Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Friday, December 8, 2017

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

552. SELERA

MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”

     “Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
     “Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
    “Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
     Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
     Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
     Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
    Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

      “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
      Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.

۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

      “Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
      Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Thursday, December 7, 2017

551. MORAL

MEMAHAMI BAHASA MORAL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang bahasa moral dalam masyarakat menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Umar bin Khattab adalah seorang Muslim yang memiliki karakter kuat dalam memimpin dengan sikapnya yang tegas dan otaknya yang cerdas sering kali melahirkan ide-ide dan pendapat brilian, bahkan sebelum Umar bin Khattab menjadi pemimpin.
     Beberapa pendapat Umar bin Khattab yang menjadi faktor penyebab turunnya beberapa ayat Al-Quran.
     Pertama, menjadikan “maqam Ibrahim” sebagai tempat salat. Saat itu Umar bin Khattab mengusulkan kepada Nabi untuk menjadikan “maqam Ibrahim” sebagai tempat salat, dan kemudian turunlah Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 125.

وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

      “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail,”Bersihkan rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud”.
     Kedua, hijab untuk para istri Nabi. Umar bin Khattab mengusulkan kepada Nabi,”Wahai Nabi, ada hal bagus dan jelek yang menimpa istri-istrimu, mungkin lebih baik engkau memerintahkan mereka untuk berhijab”. Selanjutnya turunlah Al-Quran surah An-Nur, surah ke-24 ayat 31.

    وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

  “Katakanlah kepada wanita yang beriman,”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.
     Ketiga, ketika istri-istri Nabi saling cemburu, termasuk putri Umar bin Khattab yang bernama Hafsah binti Umar, lalu Umar bin Khattab memberikan nasihat kepada putrinya, Hafsah binti Umar untuk tidak berlaku demikian, karena Nabi dapat menceraikannya dan dicarikan ganti oleh Allah dengan istri yang lebih baik.
      Kemudian turun Al-Quran surah At-Tahrim, surah ke-66 ayat 5.

عَسَىٰ رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا
  
   “Jika Nabi menceraikanmu, boleh jadi Tuhannya akan memberikan ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan”.
     Keempat, tentang tawanan Perang Badar. Umar bin Khattab mengusulkan agar  kaum Qurasy tawanan Perang Badar dibunuh, karena mereka akan membocorkan informasi dan menyiapkan pembalasan kepada pihak Muslim.
     Tetapi Nabi lebih memilih pendapat Abu Bakar untuk tidak membunuhnya dan memberikan hukuman lain kepada mereka, dan Al-Quran turun menegur Nabi dan menyetujui pendapat Umar bin Khattab.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 67.

مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

      “Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
     Tetapi, juga terdapat pendapat Umar bin Khattab yang ditolak dan ditegur oleh Nabi, yaitu dalam Perjanjian Hudaibiyah, ketika Umar bin Khattab menolak dengan keras, “Mengapa kita harus mengalah dan menerima syarat yang meremehkan agama kita?”.
     Dalam Perang Hudaibiyah situasinya memang berbeda, sehingga dalam setiap situasi membutuhkan sikap yang tepat dan berlandaskan pengetahuan yang benar dan arif, serta sikap tepat adalah hikmah atau kebijaksanaan.
     Artinya kadang kala kita perlu bersikap lunak dan perlu bersikap keras, apabila keliru bersikap maka artinya kita telah berbuat tidak adil, karena “keadilan” adalah “menempatkan sesuatu pada tempatnya”.
     Seorang Muslim yang baik dapat merasakan kebersamaan dengan Muslim lainnya, seperti organ dalam satu tubuh yang merasakan derita yang dirasakan oleh organ tubuh lainnya.
    Tetapi pada saat yang sama, sebagai seorang Muslim harus juga merasakan kebersamaannya dengan penganut agama lain dan dengan seluruh umat manusia lainnya, juga harus mempunyai “perasaan” yang sama, yaitu sesama manusia dan makhluk Allah di bumi.
     Apabila menggunakan bahasa agama, kadang kala sulit dan tidak dipahami oleh menganut agama yang lain, sehingga semua manusia memerlukan bahasa yang sama,  yaitu  bahasa moral dan etika.
      Al-Quran dan hadis Nabi mendorong disebarluaskan bahasa moral dan etika, karena Nabi diutus untuk menyempurnakan budi pekerti dan akhlak yang mulia.
      Al-Quran surah Al-Ahzab, surah ke-33 ayat 21.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

      “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
      Al-Quran surah Al-Qalam, surah ke-68 ayat 4.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

     “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

      Nabi bersabda,“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
      Dasar dari segala etika adalah “mengorbankan kepentingan diri sendiri, untuk kepentingan orang lain”. Tetapi dasar etika ini dapat mengalami perkembangan  sesuai dengan perkembangan zaman.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online