SIKAP KURANG AJAR YANG TEPAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sikap kurang ajar yang tepat?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Seorang ulama menjelaskan tentang “catatan harian” seorang ayah yang kaya raya, tetapi mengalami “krisis pemikiran” karena hatinya sedih, gelisah, dan risau dengan masa depan anak-anaknya.
Si ayah sangat mendambakan semua anaknya sukses dalam hidup dan dalam bisnisnya yang dibuktikan dengan harta kekayaan yang melimpah dan pengaruh yang luar biasa, tetapi si ayah mengharapkan semua anaknya tetap mampu menjaga etika, moral, susila, dan norma agama yang baik.
Masalahnya, si ayah berpendapat bahwa seseorang yang sukses mencapai kedudukan terpandang dalam lingkungan masyarakat, sering kali mengabaikan dan melanggar norma etika, moral, susila, dan nilai-nilai agama, dan inilah pokok pangkal masalahnya.
Si ayah berkata,”Saya tidak berani menyampaikan hal ini kepada anakku, saya bimbang dan ragu apakah saya akan mengajarkan, misalnya norma “tawadu” (rendah hati) kepadanya, sedangkan saya tahu bahwa norma-norma yang baik sering kali menghalangi pencapaian kedudukan dan jabatan yang terpandang, yang oleh masyarakat diidentikkan dengan kekuasaan dan kepemimpinan.
Karena salah satu syarat untuk mencapai kesuksesan dan menjadi orang yang terpandang dalam masyarakat adalah “kemampuan untuk bersikap kurang ajar, tetapi dengan cara yang tepat dan sesuai”. Jangan tertawa membaca ini!
Yang dimaksudkan dengan “sikap kurang ajar” adalah kemampuan seseorang dalam bertindak dengan menghalalkan segala cara, tetapi sikapnya dilakukan dengan cara dan siasat yang sesuai dengan waktu dan tempatnya, sehingga dia mampu “naik ke atas”, menjadi orang yang sukses dan terhormat.
Kesimpulannya, dalam kehidupan manusia di dunia ini sering kali muncul “keistimewaan atau keganjilan” yang membuktikan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, karena orang yang mampu “naik ke atas” dan dapat mencapai kedudukan dan karier yang terpandang dalam masyarakat adalah orang yang mampu “bersikap kurang ajar yang tepat”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
Organisasi Profesi Guru
Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.
Tema Gambar Slide 2
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Tema Gambar Slide 3
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Sunday, December 10, 2017
554. AJAR
554. AJAR
SIKAP KURANG AJAR YANG TEPAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sikap kurang ajar yang tepat?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Seorang ulama menjelaskan tentang “catatan harian” seorang ayah yang kaya raya, tetapi mengalami “krisis pemikiran” karena hatinya sedih, gelisah, dan risau dengan masa depan anak-anaknya.
Si ayah sangat mendambakan semua anaknya sukses dalam hidup dan dalam bisnisnya yang dibuktikan dengan harta kekayaan yang melimpah dan pengaruh yang luar biasa, tetapi si ayah mengharapkan semua anaknya tetap mampu menjaga etika, moral, susila, dan norma agama yang baik.
Masalahnya, si ayah berpendapat bahwa seseorang yang sukses mencapai kedudukan terpandang dalam lingkungan masyarakat, sering kali mengabaikan dan melanggar norma etika, moral, susila, dan nilai-nilai agama, dan inilah pokok pangkal masalahnya.
Si ayah berkata,”Saya tidak berani menyampaikan hal ini kepada anakku, saya bimbang dan ragu apakah saya akan mengajarkan, misalnya norma “tawadu” (rendah hati) kepadanya, sedangkan saya tahu bahwa norma-norma yang baik sering kali menghalangi pencapaian kedudukan dan jabatan yang terpandang, yang oleh masyarakat diidentikkan dengan kekuasaan dan kepemimpinan.
Karena salah satu syarat untuk mencapai kesuksesan dan menjadi orang yang terpandang dalam masyarakat adalah “kemampuan untuk bersikap kurang ajar, tetapi dengan cara yang tepat dan sesuai”. Jangan tertawa membaca ini!
Yang dimaksudkan dengan “sikap kurang ajar” adalah kemampuan seseorang dalam bertindak dengan menghalalkan segala cara, tetapi sikapnya dilakukan dengan cara dan siasat yang sesuai dengan waktu dan tempatnya, sehingga dia mampu “naik ke atas”, menjadi orang yang sukses dan terhormat.
Kesimpulannya, dalam kehidupan manusia di dunia ini sering kali muncul “keistimewaan atau keganjilan” yang membuktikan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, karena orang yang mampu “naik ke atas” dan dapat mencapai kedudukan dan karier yang terpandang dalam masyarakat adalah orang yang mampu “bersikap kurang ajar yang tepat”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
553. DIRI
MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pengertian mulailah dari diri sendiri?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya, kemudian raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit yang ditentukan.
Seluruh warga kerajaan memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya, tetapi terdapat seorang warga yang berpikiran untuk menghindar dari perintah tersebut.
Mukiyo bergumam,“Aku akan membawa sesendok penuh berisi air, tetapi bukan berisi madu, karena dalam kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain dan sesendok air tersebut tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga”.
Tibalah waktu yang ditetapkan dan ternyata seluruh bejana yang disiapkan berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kerajaan berpikiran sama dengan si Mukiyo, yaitu mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu sambil membebaskan dirinya dari tanggung jawab.
Kisah simbolik seperti ini sering kali terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat manusia, sehingga wajar apabila agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman agar kejadian seperti ini tidak akan terulang.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan pembuktian ‘hujjah’ yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik".
Redaksi Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 108 mencerminkan bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan para pengikutnya.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 84 menyatakan bahwa berperang dan berjuang di jalan Allah adalah tugas dan kewajiban pribadi setiap umat Islam.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ ۚ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)”.
Nabi bersabda,”Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian ikutkan keluargamu”. Nabi bersabda,“Setiap orang adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
Friday, December 8, 2017
552. SELERA
MEMAHAMI SELERA YANG RENDAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang selera rendah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Seseorang yang membeli setumpuk kertas yang masih kosong mengeluh tentang mahalnya harga kertas, “Mengapa harga kertas yang masih kosong ini lebih mahal daripada harga kertas yang telah berisi tulisan, bukankah 'tulisan' mempunyai nilai tambah, maka semestinya harganya lebih mahal?”
“Kertas putih yang masih kosong artinya kertas tersebut belum dicemari oleh tulisan, maka harganya lebih mahal daripada karena kertas yang telah berisi tulisan, karena kertas yang berisi tulisan berarti sudah tercemar, maka harganya murah,” jawab si penjual.
“Mengapa kamu tidak mengibaratkan kertas yang masih kosong seperti gelas yang masih kosong, sedangkan kertas yang telah berisi tulisan tidak diibaratkan gelas yang berisi minuman segar?”
“Seandainya diibaratkan gelas yang berisi minuman, maka gelas tersebut bukan berisi minuman yang menyegarkan, tetapi gelas yang berisi air laut yang mengandung racun yang mematikan,” tangkis si penjual.
Kertas yang berisi tulisan mempunyai nilai tambah, tetapi nilai tambah dalam kertas tersebut bisa bernilai positif atau bernilai negatif, apabila berisi tulisan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masyarakat, maka bernilai positif.
Tulisan yang dimuat dalam media massa misalnya dalam berita koran harian, majalah, dan lainnya, apabila pertimbangannya adalah kesenangan masyarakat saja, apalagi yang berselera rendah dengan tujuan keuntungan materi saja, dan tidak mempertimbangkan manfaatnya, maka tulisan tersebut dapat membawa malapetaka.
Agama Islam bukannya tidak setuju dengan bacaan ringan seperti humor yang mengundang tawa, dan tidak melarang orang bergurau, karena Nabi Muhammad pernah bergurau yang diabadikan dalam sejarah.
Agama Islam juga bukannya tidak membenarkan pendidikan seks, asalkan tidak mengumbar nafsu dan membangkitkan selera rendah, karena Al-Quran juga berkisah tentang rayuan dan kehangatan dalam bercinta.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata,”Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
Al-Quran juga berbicara tentang puncak hubungan badan antara suami dan istri, tetapi disampaikannya dengan bahasa yang sopan dan santun, sehingga dapat disampaikan dengan cara terhormat kepada anak-anak.
Nabi bersabda,”Masuknya pedang ke dalam sarungnya”, atau “Ketika suaminya menutupinya, maka istrinya pun mengandung dengan kandungan yang ringan”.
Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 189 menyatakan secara kiasan tentang pertemuan sperma dari suami dengan ovum istri.
۞ هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“Dialah Yang menciptakanmu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,”Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
Al-Quran menjelaskan sesuatu yang dianggap “tabu” dan khusus untuk “orang dewasa” dengan redaksi yang berselera yang tinggi, santun, dan indah, bukan dengan kalimat yang berselera rendah dan Al-Quran tidak menggunakan kalimat yang jorok.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online


