Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, February 12, 2018

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

695. HUJAN

SALAT MINTA HUJAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat istisqa (minta diturunkan hujan) menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “hujan” menurut KBBI V dapat diartikan “titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendingnan”, atau “yang datang dan sebagainya banyak-bayak”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salat istisqa (salat minta hujan) adalah salat yang dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar berkenan menurunkan hujan yang membawa nikmat dan berkah ke lapisan bumi.
      Umat Islam dalam memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah dan rahmat ke bumi terdapat tiga cara.
      Pertama, umat Islam berdoa sendirian atau secara bersama-sama memohon kepada Allah agar menurunkan hujan yang membawa rahmat dan berkah untuk seluruh makhluk di permukaan bumi.
      Kedua, berdoa memohon hujan yang membawa nikmat dan berkah kepada Allah ketika khatib sedang berkhotbah pada hari Jumat di hadapan para jamaah.
      Ketiga, memohon hujan kepada Allah dengan cara mengerjakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat.
      Cara salat istisqa (salat minta hujan) adalah berikut ini.
      Pertama, semua umat Islam dianjurkan berpuasa sunah selama 4 hari berturutan. Kedua, pagi hari ketika masih berpuasa sunah hari ke-4 semua umat Islam berkumpul untuk mendengarkan nasihat dari seorang ulama untuk bertobat dan berhenti dari segala macam kemaksiatan dan dosa lalu menggantinya dengan amal kebaikan kepada Allah.
      Semua penduduk pria, wanita, tua, muda, dan anak-anak berpakaian kerja seperti biasa berjalan dengan tenang dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh harapan dan kecemasan menuju tanah lapang yang terbuka.
      Melaksanakan salat istisqa (salat minta hujan) dua rakaat dipimpin seorang imam, kemudian dilanjutkan berkhotbah seperti khotbah Jumat di atas mimbar atau tempat yang agak tinggi diawali dengan “astagfirullah” (memohon ampunan kepada Allah) sebanyak 9 kali pada khotbah pertama dan mengulanginya sebanyak 7 kali pada khotbah kedua.
      Khatib menghadap para jamaah menyampaikan khotbah berisi pujian kepada Alllah, syahadat, selawat kepada Nabi Muhammad, nasihat bertobat kepada Allah, dan berdoa memohon hujan.
      Khatib dan para jamaah mengangkat kedua tangan menghadap kiblat dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kemudian khatib membalikkan selendangnya dan berputar lagi menghadap para jamaah.
      Lafaz doa yang dibaca dalam salat istisqa (salat minta hujan).

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
      “Ya Allah, jadikan curah hujan sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan sebagai siksaan, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah, turunkan hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah, sungguh hamba-hamba-Mu serta wilayah mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh kami tidak mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkan berkah dari langit, tumbuhkan berkah dari bumi, keluarkan kami dari bahaya yang tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkan hujan dari langit untuk kami.”
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

Sunday, February 11, 2018

694. MATAHARI

SALAT GERHANA MATAHARI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat gerhana matahari menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Gerhana bulan adalah cahaya bulan tidak sampai ke bumi karena titik pusat geometri bulan, bumi, dan matahari terletak pada satu garis dan bumi berada di tengahnya.
      Gerhana matahari adalah saat bulan terletak di tengah-tengah jarak antara bumi dan matahari sehingga bayangan bulan jatuh ke permukaan bumi.
      Al-Quran surah Fussilat, surah ke-41 ayat 37.

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

       “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
        Ketika terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari , umat Islam disunahkan mengerjakan salat gerhana bulan dan salat gerhana matahari. Salat gerhana  bulan dan salat gerhana matahari hukumnya sunah istimewa, artinya sunah yang istimewa karena boleh dikerjakan sendirian maupun secara berjamaah.
      Diriwayatkan bahwa telah terjadi gerhana matahari pada hari wafatnya Ibrahim, putra Nabi Muhammad dengan Maria Qibti. Orang-orang berkata,”Telah terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim, putra Nabi Muhammad, kemudian Nabi bersabda,”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebagian tanda-tanda kebesaran Allah. Terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan bukanlah karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kamu melihat gerhana, maka hendaklah kamu salat dan berdoa sampai selesainya gerhana.”
      Salat gerhana matahari terdapat tiga cara seperti berikut ini.
      Cara pertama, mengerjakan salat gerhana matahari minimal dua rakaat, caranya  seperti salat sunah yang lain.
      Cara kedua, mengerjakan salat gerhana matahari sebanyak 2 rakaat, dengan membaca surah Al-Fatihah 4 kali, rukuk 4 kali, duduk di antara 2 sujud 2 kali, dan 4 kali sujud. Setelah salat gerhana matahari disunahkan ada orang yang berkhotbah memberikan nasihat untuk bertakwa dan beramal kebaikan lainnya.
      Caranya seperti berikut ini. Ke-1, pada rakaat pertama berniat salat gerhana matahari. Ke-2, takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan setinggi telinga atau setinggi pundak. Ke-3, mengucapkan surah Al-Fatihah. Ke-4, mengerjakan gerakan rukuk. Ke-5, berdiri tegak kembali dan mengucapkan surah Al-Fatihah lagi.
      Ke-6, melakukan gerakan rukuk lagi. Ke-7, mengerjakan iktidal, yaitu bangkit dari rukuk. Ke-8, mengerjakan sujud pertama. Ke-9, duduk di antara dua sujud. Ke-10, melakukan sujud kedua. Ke-11, berdiri untuk mengerjakan rakaat kedua, caranya sama dengan rakaat pertama. Ke-12, duduk tasyahud akhir dan mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.
      Cara ketiga, mengerjakan salat gerhana matahari seperti cara kedua dengan berdiri agak lama ditambah membaca surah yang panjang dengan suara keras dan rukuk yang agak lama. Setelah salat gerhana matahari disunahkan ada orang yang berkhotbah memberikan nasihat untuk bertakwa dan beramal kebaikan lainnya
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

694. MATAHARI

SALAT GERHANA MATAHARI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat gerhana matahari menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Gerhana bulan adalah cahaya bulan tidak sampai ke bumi karena titik pusat geometri bulan, bumi, dan matahari terletak pada satu garis dan bumi berada di tengahnya.
      Gerhana matahari adalah saat bulan terletak di tengah-tengah jarak antara bumi dan matahari sehingga bayangan bulan jatuh ke permukaan bumi.
      Al-Quran surah Fussilat, surah ke-41 ayat 37.

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

       “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
        Ketika terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari , umat Islam disunahkan mengerjakan salat gerhana bulan dan salat gerhana matahari. Salat gerhana  bulan dan salat gerhana matahari hukumnya sunah istimewa, artinya sunah yang istimewa karena boleh dikerjakan sendirian maupun secara berjamaah.
      Diriwayatkan bahwa telah terjadi gerhana matahari pada hari wafatnya Ibrahim, putra Nabi Muhammad dengan Maria Qibti. Orang-orang berkata,”Telah terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim, putra Nabi Muhammad, kemudian Nabi bersabda,”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebagian tanda-tanda kebesaran Allah. Terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan bukanlah karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kamu melihat gerhana, maka hendaklah kamu salat dan berdoa sampai selesainya gerhana.”
      Salat gerhana matahari terdapat tiga cara seperti berikut ini.
      Cara pertama, mengerjakan salat gerhana matahari minimal dua rakaat, caranya  seperti salat sunah yang lain.
      Cara kedua, mengerjakan salat gerhana matahari sebanyak 2 rakaat, dengan membaca surah Al-Fatihah 4 kali, rukuk 4 kali, duduk di antara 2 sujud 2 kali, dan 4 kali sujud. Setelah salat gerhana matahari disunahkan ada orang yang berkhotbah memberikan nasihat untuk bertakwa dan beramal kebaikan lainnya.
      Caranya seperti berikut ini. Ke-1, pada rakaat pertama berniat salat gerhana matahari. Ke-2, takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan setinggi telinga atau setinggi pundak. Ke-3, mengucapkan surah Al-Fatihah. Ke-4, mengerjakan gerakan rukuk. Ke-5, berdiri tegak kembali dan mengucapkan surah Al-Fatihah lagi.
      Ke-6, melakukan gerakan rukuk lagi. Ke-7, mengerjakan iktidal, yaitu bangkit dari rukuk. Ke-8, mengerjakan sujud pertama. Ke-9, duduk di antara dua sujud. Ke-10, melakukan sujud kedua. Ke-11, berdiri untuk mengerjakan rakaat kedua, caranya sama dengan rakaat pertama. Ke-12, duduk tasyahud akhir dan mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.
      Cara ketiga, mengerjakan salat gerhana matahari seperti cara kedua dengan berdiri agak lama ditambah membaca surah yang panjang dengan suara keras dan rukuk yang agak lama. Setelah salat gerhana matahari disunahkan ada orang yang berkhotbah memberikan nasihat untuk bertakwa dan beramal kebaikan lainnya
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online