Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tuesday, June 5, 2018

872. QADAR 2

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa secara gamblang Al-Quran dan hadis Nabi menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak  pula mengetahui tentang perkara yang gaib apabila tidak diberitahu oleh Allah.
    Pertanyaan “Ma yudrika” (Tahukah kamu?) digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi manusia lainnya, sedangkan “Ma adraka” (Tahukah kamu?) pada akhirnya Allah akan memberitahukan informasi  lanjutannya  kepada Nabi Muhammad, itulah perbedaan kedua kalimat tersebut.
      Kata “qadar” paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu yang pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”, sehingga “Lailatul Qadar” dapat dipahami sebagai “malam penetapan” oleh Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagian ulama membatasi penetapan ini berlaku selama setahun.
     Al-Quran yang turun pada malam “Lailatul Qadar” dapat diartikan pada malam  itu Allah mengatur dan menetapkan “khiththah” dan strategi bagi Nabi Muhammad   dalam mengajak manusia kepada agama yang benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu dan kelompok.
      Yang kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”, maknanya pada malam itu adalah  malam sangat mulia, karena terpilih sebagai  malam  turunnya Al-Quran, dan   menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 91 kata “qadar” artinya “mulia”.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah,”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah,”Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Yang ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”, maknanya pda malam itu adalah  “malam  yang  sempit”,  karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Qadr, surah ke-97 ayat 4.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

      “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
      Al-Quran surah Al-Ra’du, surah ke-13 ayat 26 kata “qadar” artinya “sempit”.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

      “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”.
     Ketiga arti “qadar” yaitu “penetapan dan pengaturan”, “mulia”, dan “sempit” semuanya bisa benar, karena malam itu adalah “malam mulia”, yang bila mampu diraih maka akan dapat “menetapkan masa depan manusia”, dan malam itu adalah “malam yang sempit” karena banyaknya para malaikat yang  turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
      Sebagian ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” hanya muncul sekali yaitu pada waktu turunnya Al-Quran wahyu pertama kepada Nabi Muhammad pada zaman dahulu.
      Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” turun setiap tahun pada bulan Ramadan berdasarkan teks Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menyambutnya, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
     Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

872. QADAR 2

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa secara gamblang Al-Quran dan hadis Nabi menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak  pula mengetahui tentang perkara yang gaib apabila tidak diberitahu oleh Allah.
    Pertanyaan “Ma yudrika” (Tahukah kamu?) digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi manusia lainnya, sedangkan “Ma adraka” (Tahukah kamu?) pada akhirnya Allah akan memberitahukan informasi  lanjutannya  kepada Nabi Muhammad, itulah perbedaan kedua kalimat tersebut.
      Kata “qadar” paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu yang pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”, sehingga “Lailatul Qadar” dapat dipahami sebagai “malam penetapan” oleh Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagian ulama membatasi penetapan ini berlaku selama setahun.
     Al-Quran yang turun pada malam “Lailatul Qadar” dapat diartikan pada malam  itu Allah mengatur dan menetapkan “khiththah” dan strategi bagi Nabi Muhammad   dalam mengajak manusia kepada agama yang benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu dan kelompok.
      Yang kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”, maknanya pada malam itu adalah  malam sangat mulia, karena terpilih sebagai  malam  turunnya Al-Quran, dan   menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 91 kata “qadar” artinya “mulia”.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah,”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah,”Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Yang ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”, maknanya pda malam itu adalah  “malam  yang  sempit”,  karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Qadr, surah ke-97 ayat 4.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

      “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
      Al-Quran surah Al-Ra’du, surah ke-13 ayat 26 kata “qadar” artinya “sempit”.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

      “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”.
     Ketiga arti “qadar” yaitu “penetapan dan pengaturan”, “mulia”, dan “sempit” semuanya bisa benar, karena malam itu adalah “malam mulia”, yang bila mampu diraih maka akan dapat “menetapkan masa depan manusia”, dan malam itu adalah “malam yang sempit” karena banyaknya para malaikat yang  turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
      Sebagian ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” hanya muncul sekali yaitu pada waktu turunnya Al-Quran wahyu pertama kepada Nabi Muhammad pada zaman dahulu.
      Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” turun setiap tahun pada bulan Ramadan berdasarkan teks Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menyambutnya, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
     Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

872. QADAR 2

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa secara gamblang Al-Quran dan hadis Nabi menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak  pula mengetahui tentang perkara yang gaib apabila tidak diberitahu oleh Allah.
    Pertanyaan “Ma yudrika” (Tahukah kamu?) digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi manusia lainnya, sedangkan “Ma adraka” (Tahukah kamu?) pada akhirnya Allah akan memberitahukan informasi  lanjutannya  kepada Nabi Muhammad, itulah perbedaan kedua kalimat tersebut.
      Kata “qadar” paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu yang pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”, sehingga “Lailatul Qadar” dapat dipahami sebagai “malam penetapan” oleh Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagian ulama membatasi penetapan ini berlaku selama setahun.
     Al-Quran yang turun pada malam “Lailatul Qadar” dapat diartikan pada malam  itu Allah mengatur dan menetapkan “khiththah” dan strategi bagi Nabi Muhammad   dalam mengajak manusia kepada agama yang benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu dan kelompok.
      Yang kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”, maknanya pada malam itu adalah  malam sangat mulia, karena terpilih sebagai  malam  turunnya Al-Quran, dan   menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 91 kata “qadar” artinya “mulia”.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah,”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah,”Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Yang ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”, maknanya pda malam itu adalah  “malam  yang  sempit”,  karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Qadr, surah ke-97 ayat 4.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

      “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
      Al-Quran surah Al-Ra’du, surah ke-13 ayat 26 kata “qadar” artinya “sempit”.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

      “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”.
     Ketiga arti “qadar” yaitu “penetapan dan pengaturan”, “mulia”, dan “sempit” semuanya bisa benar, karena malam itu adalah “malam mulia”, yang bila mampu diraih maka akan dapat “menetapkan masa depan manusia”, dan malam itu adalah “malam yang sempit” karena banyaknya para malaikat yang  turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
      Sebagian ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” hanya muncul sekali yaitu pada waktu turunnya Al-Quran wahyu pertama kepada Nabi Muhammad pada zaman dahulu.
      Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” turun setiap tahun pada bulan Ramadan berdasarkan teks Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menyambutnya, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
     Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

872. QADAR 2

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa secara gamblang Al-Quran dan hadis Nabi menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak  pula mengetahui tentang perkara yang gaib apabila tidak diberitahu oleh Allah.
    Pertanyaan “Ma yudrika” (Tahukah kamu?) digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi manusia lainnya, sedangkan “Ma adraka” (Tahukah kamu?) pada akhirnya Allah akan memberitahukan informasi  lanjutannya  kepada Nabi Muhammad, itulah perbedaan kedua kalimat tersebut.
      Kata “qadar” paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu yang pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”, sehingga “Lailatul Qadar” dapat dipahami sebagai “malam penetapan” oleh Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagian ulama membatasi penetapan ini berlaku selama setahun.
     Al-Quran yang turun pada malam “Lailatul Qadar” dapat diartikan pada malam  itu Allah mengatur dan menetapkan “khiththah” dan strategi bagi Nabi Muhammad   dalam mengajak manusia kepada agama yang benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu dan kelompok.
      Yang kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”, maknanya pada malam itu adalah  malam sangat mulia, karena terpilih sebagai  malam  turunnya Al-Quran, dan   menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 91 kata “qadar” artinya “mulia”.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah,”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah,”Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Yang ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”, maknanya pda malam itu adalah  “malam  yang  sempit”,  karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Qadr, surah ke-97 ayat 4.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

      “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
      Al-Quran surah Al-Ra’du, surah ke-13 ayat 26 kata “qadar” artinya “sempit”.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

      “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”.
     Ketiga arti “qadar” yaitu “penetapan dan pengaturan”, “mulia”, dan “sempit” semuanya bisa benar, karena malam itu adalah “malam mulia”, yang bila mampu diraih maka akan dapat “menetapkan masa depan manusia”, dan malam itu adalah “malam yang sempit” karena banyaknya para malaikat yang  turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
      Sebagian ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” hanya muncul sekali yaitu pada waktu turunnya Al-Quran wahyu pertama kepada Nabi Muhammad pada zaman dahulu.
      Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” turun setiap tahun pada bulan Ramadan berdasarkan teks Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menyambutnya, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
     Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

872. QADAR 2

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa secara gamblang Al-Quran dan hadis Nabi menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak  pula mengetahui tentang perkara yang gaib apabila tidak diberitahu oleh Allah.
    Pertanyaan “Ma yudrika” (Tahukah kamu?) digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi manusia lainnya, sedangkan “Ma adraka” (Tahukah kamu?) pada akhirnya Allah akan memberitahukan informasi  lanjutannya  kepada Nabi Muhammad, itulah perbedaan kedua kalimat tersebut.
      Kata “qadar” paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu yang pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”, sehingga “Lailatul Qadar” dapat dipahami sebagai “malam penetapan” oleh Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagian ulama membatasi penetapan ini berlaku selama setahun.
     Al-Quran yang turun pada malam “Lailatul Qadar” dapat diartikan pada malam  itu Allah mengatur dan menetapkan “khiththah” dan strategi bagi Nabi Muhammad   dalam mengajak manusia kepada agama yang benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu dan kelompok.
      Yang kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”, maknanya pada malam itu adalah  malam sangat mulia, karena terpilih sebagai  malam  turunnya Al-Quran, dan   menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 91 kata “qadar” artinya “mulia”.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah,”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah,”Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Yang ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”, maknanya pda malam itu adalah  “malam  yang  sempit”,  karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Qadr, surah ke-97 ayat 4.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

      “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
      Al-Quran surah Al-Ra’du, surah ke-13 ayat 26 kata “qadar” artinya “sempit”.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

      “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”.
     Ketiga arti “qadar” yaitu “penetapan dan pengaturan”, “mulia”, dan “sempit” semuanya bisa benar, karena malam itu adalah “malam mulia”, yang bila mampu diraih maka akan dapat “menetapkan masa depan manusia”, dan malam itu adalah “malam yang sempit” karena banyaknya para malaikat yang  turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
      Sebagian ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” hanya muncul sekali yaitu pada waktu turunnya Al-Quran wahyu pertama kepada Nabi Muhammad pada zaman dahulu.
      Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” turun setiap tahun pada bulan Ramadan berdasarkan teks Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menyambutnya, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
     Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

872. QADAR 2

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa secara gamblang Al-Quran dan hadis Nabi menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak  pula mengetahui tentang perkara yang gaib apabila tidak diberitahu oleh Allah.
    Pertanyaan “Ma yudrika” (Tahukah kamu?) digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi manusia lainnya, sedangkan “Ma adraka” (Tahukah kamu?) pada akhirnya Allah akan memberitahukan informasi  lanjutannya  kepada Nabi Muhammad, itulah perbedaan kedua kalimat tersebut.
      Kata “qadar” paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu yang pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”, sehingga “Lailatul Qadar” dapat dipahami sebagai “malam penetapan” oleh Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagian ulama membatasi penetapan ini berlaku selama setahun.
     Al-Quran yang turun pada malam “Lailatul Qadar” dapat diartikan pada malam  itu Allah mengatur dan menetapkan “khiththah” dan strategi bagi Nabi Muhammad   dalam mengajak manusia kepada agama yang benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu dan kelompok.
      Yang kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”, maknanya pada malam itu adalah  malam sangat mulia, karena terpilih sebagai  malam  turunnya Al-Quran, dan   menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 91 kata “qadar” artinya “mulia”.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah,”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah,”Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Yang ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”, maknanya pda malam itu adalah  “malam  yang  sempit”,  karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Qadr, surah ke-97 ayat 4.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

      “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
      Al-Quran surah Al-Ra’du, surah ke-13 ayat 26 kata “qadar” artinya “sempit”.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

      “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”.
     Ketiga arti “qadar” yaitu “penetapan dan pengaturan”, “mulia”, dan “sempit” semuanya bisa benar, karena malam itu adalah “malam mulia”, yang bila mampu diraih maka akan dapat “menetapkan masa depan manusia”, dan malam itu adalah “malam yang sempit” karena banyaknya para malaikat yang  turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
      Sebagian ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” hanya muncul sekali yaitu pada waktu turunnya Al-Quran wahyu pertama kepada Nabi Muhammad pada zaman dahulu.
      Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” turun setiap tahun pada bulan Ramadan berdasarkan teks Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menyambutnya, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
     Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

872. QADAR 2

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa secara gamblang Al-Quran dan hadis Nabi menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak  pula mengetahui tentang perkara yang gaib apabila tidak diberitahu oleh Allah.
    Pertanyaan “Ma yudrika” (Tahukah kamu?) digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi manusia lainnya, sedangkan “Ma adraka” (Tahukah kamu?) pada akhirnya Allah akan memberitahukan informasi  lanjutannya  kepada Nabi Muhammad, itulah perbedaan kedua kalimat tersebut.
      Kata “qadar” paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu yang pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”, sehingga “Lailatul Qadar” dapat dipahami sebagai “malam penetapan” oleh Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagian ulama membatasi penetapan ini berlaku selama setahun.
     Al-Quran yang turun pada malam “Lailatul Qadar” dapat diartikan pada malam  itu Allah mengatur dan menetapkan “khiththah” dan strategi bagi Nabi Muhammad   dalam mengajak manusia kepada agama yang benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu dan kelompok.
      Yang kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”, maknanya pada malam itu adalah  malam sangat mulia, karena terpilih sebagai  malam  turunnya Al-Quran, dan   menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 91 kata “qadar” artinya “mulia”.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah,”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah,”Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Yang ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”, maknanya pda malam itu adalah  “malam  yang  sempit”,  karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Qadr, surah ke-97 ayat 4.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

      “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
      Al-Quran surah Al-Ra’du, surah ke-13 ayat 26 kata “qadar” artinya “sempit”.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

      “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”.
     Ketiga arti “qadar” yaitu “penetapan dan pengaturan”, “mulia”, dan “sempit” semuanya bisa benar, karena malam itu adalah “malam mulia”, yang bila mampu diraih maka akan dapat “menetapkan masa depan manusia”, dan malam itu adalah “malam yang sempit” karena banyaknya para malaikat yang  turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
      Sebagian ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” hanya muncul sekali yaitu pada waktu turunnya Al-Quran wahyu pertama kepada Nabi Muhammad pada zaman dahulu.
      Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” turun setiap tahun pada bulan Ramadan berdasarkan teks Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menyambutnya, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
     Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

872. QADAR 2

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar, surah ke-97 ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa secara gamblang Al-Quran dan hadis Nabi menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak  pula mengetahui tentang perkara yang gaib apabila tidak diberitahu oleh Allah.
    Pertanyaan “Ma yudrika” (Tahukah kamu?) digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi manusia lainnya, sedangkan “Ma adraka” (Tahukah kamu?) pada akhirnya Allah akan memberitahukan informasi  lanjutannya  kepada Nabi Muhammad, itulah perbedaan kedua kalimat tersebut.
      Kata “qadar” paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu yang pertama, kata “qadar” artinya “penetapan dan pengaturan”, sehingga “Lailatul Qadar” dapat dipahami sebagai “malam penetapan” oleh Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagian ulama membatasi penetapan ini berlaku selama setahun.
     Al-Quran yang turun pada malam “Lailatul Qadar” dapat diartikan pada malam  itu Allah mengatur dan menetapkan “khiththah” dan strategi bagi Nabi Muhammad   dalam mengajak manusia kepada agama yang benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu dan kelompok.
      Yang kedua, kata “qadar” artinya “kemuliaan”, maknanya pada malam itu adalah  malam sangat mulia, karena terpilih sebagai  malam  turunnya Al-Quran, dan   menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 91 kata “qadar” artinya “mulia”.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

      “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah,”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah,”Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”.
     Yang ketiga, kata “qadar” artinya “sempit”, maknanya pda malam itu adalah  “malam  yang  sempit”,  karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Qadr, surah ke-97 ayat 4.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

      “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
      Al-Quran surah Al-Ra’du, surah ke-13 ayat 26 kata “qadar” artinya “sempit”.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

      “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”.
     Ketiga arti “qadar” yaitu “penetapan dan pengaturan”, “mulia”, dan “sempit” semuanya bisa benar, karena malam itu adalah “malam mulia”, yang bila mampu diraih maka akan dapat “menetapkan masa depan manusia”, dan malam itu adalah “malam yang sempit” karena banyaknya para malaikat yang  turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.
      Sebagian ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” hanya muncul sekali yaitu pada waktu turunnya Al-Quran wahyu pertama kepada Nabi Muhammad pada zaman dahulu.
      Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam “Lailatul Qadar” turun setiap tahun pada bulan Ramadan berdasarkan teks Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menyambutnya, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
     Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

871. QADAR 1

MEMAHAMI MALAM “LAILATUL QADAR”
(Seri ke-1)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang Malam Lailatul Qadar  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Al-Quran surah Al-Qadar (surah ke-97) ayat 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

      “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.  
      Para ulama menjelaskan bahwa surah Al-Qadar (surah ke-97) menurut urutan mushaf dalam Al-Quran diletakkan setelah surah Iqra (surah ke-96), penempatan ini sesuai dengan petunjuk dari Allah, dan perurutan ini ditemukan keserasian yang mengagumkan.
      Al-Quran surah Iqra (surah ke-96) adalah perintah untuk “membaca”, maka wajar setelah surah Iqra (surah ke- 96), kemudian disusul surah Al-Qadar (surah ke-97), yang   berbicara tentang “turunnya Al-Quran” dan “lailatul qadar” (malam kemuliaan) yang terpilih sebagai malam “Nuzulul Quran”.
      Para ulama menjelaskan bahwa surah Al-Qadar (surah ke-97), diturunkan kepada Nabi  jauh sesudah turunnya surat Iqra (surah ke-96), bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa surah Al-Qadar (surah ke-97)  turun setelah Nabi berhijrah ke Madinah, sedangkan surah Iqra (surah ke-96) adalah wahyu pertama yang turun di Mekah.  
       Kalau dalam surat Iqra(surah ke-96) Nabi dan umat Islam diperintahkan untuk “membaca” dan yang dibaca itu salah satunya adalah “Al-Quran”, sedangkan surah Al-Qadar (surah ke-97) menjelaskan tentang “bulan Ramadan” yang memiliki banyak  keistimewaan, salah satunya adalah malam “lailatul qadar” yaitu suatu malam yang dikatakan oleh Al-Quran “lebih baik daripada seribu bulan”.
      Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 185.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

      “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.
      Al-Quran surah Ad-Dukhan (surah ke-44) ayat 3-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ

      “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami Yang mengutus rasul-rasul”.
      Kalaimat “ma adraka?” (tahukah kamu?) muncul 13 kali dalam Al-Quran, yang 10 mempertanyakan  tentang kehebatan yang berkait dengan hari akhir, seperti “ma adraka ma  yaumul fashl”  dan sebagainya, yang semuanya adalah hal yang sulit bahkan mustahil dijangkau oleh akal pikiran manusia.
     Sedangkan yang 3 kali dalam surah At-Thariq [86]: 2), surah Al-Balad [90]: 12), dan surah Al-Qadr [97]: 2).
      Al-Quran surah At-Thariq (surah ke-86) ayat 2.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ

      “Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?”
      Al-Quran surah Al-Balad (surah ke-90) ayat 12.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ

      “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?”
      Al-Quran surah Al-Qadar (surah ke-97) ayat 2.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
      “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?”
      Pemakaian kalimat “ma adraka” (tahukah kamu?) dalam Al-Quran berkaitan dengan objek pertanyaan yang menunjukkan hal yang sangat hebat dan sulit  dijangkau  hakikatnya  secara  sempurna  oleh  akal pikiran manusia. 
     Para ulama   membedakan antara pertanyaan “ma adraka” (tahukah kamu?)  dengan “ma yudrika” (tahukah kamu?) yang dipakai Al-Quran dalam 3 ayat, yaitu dalam surah Al-Ahzab [33]: 63), surah Asy-Syura [42]: 17), dan surah Abasa [80]: 3).
      Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 63.

يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

      “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya”.
      Al-Quran surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat 17.

اللَّهُ الَّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ ۗ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ

       “Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat?”
      Al-Quran surah Abasa (surah ke-80) ayat 3.

وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ

      “Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa)”.
      Para ulama menjelaskan bahwa ayat yang ke-1 dan ke-2 mempertanyakan dengan “ma yudrika” menyangkut “waktu kedatangan hari kiamat”, sedangkan ayat  ke-3 berkaitan dengan “kesucian jiwa manusia” dan ketiga  hal  tersebut tidak mungkin diketahui oleh manusia.  
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.