Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tuesday, December 1, 2020

6883. PUASA ITU JIHAD BESAR

 


PUASA ITU JIHAD BESAR

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

Perang Teluk telah usai.

 

 

Suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam perang ini adalah umat Islam sendiri.

 

 

Paling sedikit rugi dalam segi material.

 

 

Para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan.

 

 

 

Dan yang kalah menghitung jumlah biaya yang harus mereka bayar.

 

 

 

Menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah perang yang jika dimenangkan bisa mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.

 

 

Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang jika dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi tanpa menghabisi lawan atau menghancurkan diri sendiri.

 

 

 

Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, jika pelepasanitu membahayakan hidupnya.

Singa akan rela mati daripada makan bangkai, demi memelihara kehormatan singa.

 

 

 

Wajar jika Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Furqan (surah ke-25) ayat 44.

 

 

 

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

 

 

 

Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

 

 

Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu.

 

 

 

Tetapi harus disadari perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.

 

 

 

Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya.

 

 

Karena betapa pun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang bisa dimanfaatkan.

 

 

 

Karena itu, titik temu harus dicari dan dalam perang apa pun.

 

 

Gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.

 

 

Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia.

 

 

Jika hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.

 

 

 

Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani.

 

 

Hal itu dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu.

 

 

Tetapi jangan membiarkan perang berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak.

 

 

Karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pada gilirannya akan menimpa pemenang.

 

 

Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian semua pihak memang sulit.

 

 

Dan itulah usaha manusia yang palingberat.

 

 

Bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.

 

 

Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semua butuh perjuangan.

 

 

Jihad akbar butuh kekuatan akal pikiran dan kesadaran.

 

 

Upaya itu yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan.

 

 

Sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan.

 

 

Karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.              Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2.              Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.              Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.              Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.              Tafsirq.com online

6882 JIHAD ADALAH CARA MENCAPAI TUJUAN

 


JIHAD ADALAH CARA MENCAPAI TUJUAN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

Jika bicara tentang kepahlawanan, maka biasanya mengundang pembicaraan tentang jihad.

 

 

Tidak ada kepahlawanan tanpa jihad.

 

Tetapi terjadi salah paham tentang pengertian jihad.

 

 

Hal itu mungkin karena kata jihad baru terucapkan saat perjuangan fisik.

 

 

 

Sehingga diidentikkan jihad adalah perlawanan bersenjata.

 

 

Salah paham itu disuburkan oleh terjemahan yang keliru terhadap ayat Al-Quran,

 

Yaitu “jihad” diartikan “anfus dan harta benda”.

 

 

Kata “anfus” sering diterjemahkan dengan “jiwa”.

 

Seperti dalam terjemahan Al-Quran oleh Departemen Agama RI.

 

 

Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 72 menjelaskan tentang berjihad dengan harta dan jiwa.

 

 

 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

 

 

 

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

 

 

Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-49) ayat 15 menjelaskan tentang berjihad dengan harta dan jiwa.

 

 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

 

 

 

Sesungguhnya orang-orang  beriman hanya orang-orang  beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.

 

 

Al-Quran surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 88 menjelaskan tentang berjihad dengan harta dan diri.

 

 

لَٰكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

 

 

 

Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung.

 

 

 

Kata “anfus” dalam Al-Quran punya banyak arti, yaitu:

 

1.              Nyawa.

 

2.              Hati.

 

3.              Jenis.

 

4.              Totalitas manusia yang terpadu jiwa raganya.

 

 

Al-Quran mempersonifikasikan wujud seseorang di hadapan Allah dan masyarakat dengan memakai kata “nafs”.

 

 

Sehingga tidak meleset jika kata “anfus” dalam konteks jihad dipahami sebagai “totalitas manusia”.

 

 

 

Kata “nafs” artinya mencakup “nyawa”, “emosi”, “pengetahuan”, “tenaga dan pikiran”, serta “waktu dan tempat”.

 

 

Karena manusia tidak dapat memisahkan diri dari waktu dan tempat.

 

 

 

Pengertian ini diperkuat dengan adanya perintah “berjihad” tanpa menyebutkan “nafs” atau “harta benda”.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Haj (surah ke-22) ayat 78 memerintahkan berjihad dengan sebenar-benarnya.

 

 

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ

 

 

 

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilihmu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untukmu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamaimu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikan salat, tunaikan zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

 

 

 

Dalam Al-Quran ada 40 kali kata “jihad” dengan berbagai bentuknya.

 

 

Makna “jihad” bermuara pada “mencurahkan seluruh kemampuan” atau “menanggung pengorbanan”.

 

 

 

Seorang mujahid adalah “orang yang mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dengan tenaga, pikiran, emosi, nyawa, dan apa saja yang berkaitan dengan diri manusia”.

 

 

Jihad adalah cara untuk mencapai tujuan.

 

 

 

Jika seseorang dalam berjihad, maka dia tidak mengenal putus asa, tidak mudah menyerah, tidak lemah, dan tanpa pamrih apa pun.

 

 

Dalam berjihad memerlukan modal, maka dalam berjihad disesuaikan dengan modal yang dimiliki dan tujuan yang ingin dicapai.

 

 

Artinya selama tujuan berjihad belum tercapai dan selama masih ada modal yang dimiliki, masih dituntut terus berjihad dengan modal yang tersedia.

 

 

 

Para mujahid tidak mengambil apa pun, tetapi memberikan sesuatu.

 

 

 

Seorang mujahid hanya mengharapkan imbalan dari Allah saja.

 

 

 

 

Berjihad diperintahkan untuk dilakukan semata-mata karena Allah.

 

 

Berjihad adalah titik tolak seluruh upaya.

 

 

Jihad adalah puncak segala aktivitas.

 

 

Al-Quran surah Al-Ankabut (surah ke-29) ayat 6 menjelaskan tentang berjihad untuk dirinya sendiri.

 

 

 

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

 

 

 

 

Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

 

 

 

Kesadaran untuk berjihad berdasarkan pengetahuan dan tidak dengan paksaan.

 

 

Sehingga seorang mujahid bersedia berkorban apa pun yang dimilikinya.

 

 

 

Ada bermacam-macam jihad dan hasilnya.

 

 

1.              Hasil berjihad seorang ilmuwan adalah pemanfaatan ilmunya.

 

2.              Hasil berjihad seorang karyawan adalah karyanya yang baik.

 

 

3.              Hasil berjihad seorang guru adalah hasil pendidikannya yang sempurna.

 

 

4.              Hasil berjihad seorang pemimpin adalah keadilannya.

 

 

5.              Hasil berjihad seorang pengusaha adalah kejujurannya.

 

 

6.              Dan seterusnya.

 

 

Berjihad dalam merebut kemerdekaan adalah dengan bertaruh harta dan nyawa.

 

 

 

Berjihad pada zaman sekarang.

1.              Menjaga keamanan harta dan nyawa.

 

 

2.              Mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab.

 

 

3.              Menegakkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

 

 

Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 142.

 

 

 

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

 

 

 

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.

 

 

 

Daftar Pustaka

1.   Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

2.   Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.   Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.   Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.   Tafsirq.com online