Friday, November 3, 2017

445. MARHAB

MARHABAN YA RAMADAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Marhaban Ya Ramadan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya

      Kata “marhaban” menurut KBBI V bisa diartikan “kata seru (afektif) untuk menyambut atau menghormati kedatangan tamu (yang berarti selamat datang)”, dan “lagu puji-pujian”.
      Kata “ya” bisa diartikan “kata untuk menyatakan setuju (membenarkan dan sebagainya)”, “ia”, “kata untuk memastikan, menegaskan dalam bertanya (…bukan)”, “tah”, “gerangan”, “kata untuk memberi tekanan pada suatu pernyataan”, “(kata seru) hai”, “o”, “kata untuk meyahut panggilan”, dan “nama huruf ke-29 abjad Arab”.
      Kata “marhaban” sama dengan “ahlan wa sahlan” yang artinya “selamat datang”, meskipun keduanya bermakna “selamat datang”, tetapi penggunaannya berbeda, karena para ulama tidak menggunakan “ahlan wa sahlan”  untuk menyambut  datangnya  bulan Ramadan, tetapi memakai “Marhaban Ya Ramadan”.  
      Kata “ahlan”  terambil dari  kata  “ahl” yang artinya “keluarga”, sedangkan kata “sahlan”  berasal  dari kata “sahl” yang maknanya “mudah”, dan “dataran rendah”  karena mudah  dilalui,  tidak seperti “jalan mendaki”.
     “Ahlan  wa  sahlan” adalah ungkapan selamat datang,  yang  dicelahnya  terdapat  kalimat  tersirat yaitu, “Anda  berada  di tengah keluarga dan melangkahkan kaki di dataran rendah yang mudah”.
   Kata “marhaban” terambil dari kata “rahb” yang artinya “luas” dan “lapang”,  sehingga “marhaban” menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan  dada yang lapang,  penuh  kegembiraan  serta dipersiapkan  baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.
     Dari akar kata “marhaban”, terbentuk kata “rahbat” yang bermakna “ruangan yang luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan.”
     Marhaban Ya Ramadhan berarti “Selamat  datang Ramadan” mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak dengan   menggerutu dan menganggap kehadirannya akan “mengganggu ketenangan” dan suasana nyaman kita.
  Marhaban Ya  Ramadan, kita ucapkan untuk menyambut bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah. 
      Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui Allah, itulah nafsu, dan di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu agar  tidak melanjutkan perjalanan, serta bertambah tinggi gunung yang didaki, maka bertambah hebat ancaman dan rayuan, serta semakin curam dan ganas pula perjalanan.
     Tetapi, apabila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga.
    Dan apabila perjalanan dilanjutkan akan menemukan kendaraan “Ar-Rahman”  untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasih, yaitu Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. 
     Umat Islam perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu, yaitu benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita, dan tekad yang membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadan dengan salat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian  untuk agama, bangsa dan negara. Semoga kita berhasil, amin.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment