Saturday, November 4, 2017

450. TELADAN

PUASA MENELADANI SIFAT ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Puasa adalah meneladani sifat-sifat Allah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
      Kata “puasa” (menurut KBBI V) bisa diartikan “meniadakan makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan)”, “salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari”, dan “saum”.
      Kata “teladan” menurut KBI V bisa diartikan “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya)”, sedangkan “meneladani” adalah  memberi teladan.
      Para ulama berpendapat bahwa beragama adalah upaya manusia untuk meneladani  sifat-sifat Allah, yang disesuaikan dengan kedudukan manusia sebagai  makhluk, karena Nabi bersabda,”Takhallaqu  bi akhlaq Allah” (Berakhlaklah dan teladanilah sifat-sifat Allah). 
      Manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan “fa'ali”, yaitu makan, minum, dan hubungan seksual, sedangkan Allah memperkenalkan diri-Nya tidak mempunyai anak dan istri.
      Al-Quran surah Al-An'am, surah ke-6 ayat 101.

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

     “Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu”.
          Al-Quran surah Al-Jin, surah ke-72 ayat 3 menyatakan Allah tidak beristri dan tidak beranak.

وَأَنَّهُ تَعَالَىٰ جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا
 
   “Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak”.
  
          Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 14 menyatakan Allah memberi makan dan tidak diberi makan.

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلا يُطْعَمُ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

      “Katakanlah,”Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?” Katakanlah,”Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.”
    Dengan berpuasa Ramadan, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal mencontohi sifat-sifat Allah tersebut, yaitu tidak makan, tidak minum, dan memberi makanan kepada orang lain, ketika berbuka puasa), serta tidak  berhubungan seks suami dan istri pada siang hari.
      Sifat-sifat Allah yang terkenal adalah 99 “asmaul husna” (nama-nama yang baik),   yang semuanya harus diupayakan untuk diteladani sesuai dengan kemampuan dan kedudukan manusia sebagai makhluk Allah.
    Upaya peneladanan ini dapat mengantarkan manusia untuk menghadirkan sifat Allah dalam kesadarannya, dan apabila berhasil dilakukan, maka dapat mencapai derajat takwa.  
      Nilai  puasa ditentukan oleh kadar pencapaian kesadaran untuk meneladani sifat-sifat Allah tersebut, bukan pada sisi lapar dan dahaganya, sehingga dapat  dipahami   Nabi bersabda,”Banyak orang yang berpuasa, tetapi  tidak memperoleh apa pun dari puasanya, selain rasa lapar dan dahaga saja”.

  Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment