MEMAHAMI MAKNA WAKTU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Makna waktu menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Kata “waktu” menurut KBBI V bisa diartikan “seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung”, “lamanya (saat yang tertentu)”, saat yang tertentu untuk melakukan sesuatu”,”kesempatan”, “tempo”, “peluang”, “ketika”, “saat”, “hari (keadaan hari)”, dan “saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia”.
Al-Quran menggunakan beberapa kata untuk menunjukkan makna-makna di atas.
Pertama, kata “Ajal” untuk menunjukkan “waktu berakhirnya sesuatu”, seperti berakhirnya usia manusia atau masyarakat.
Al-Quran surah Yunus, surah ke-10 ayat 49 menyatakan setiap umat mempunyai umur batas waktu.
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖوَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Katakanlah,”Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah”. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya)”.
Al-Quran surah Al-Qashas, surah ke-28 ayat 28.
قَالَ ذَٰلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ ۖأَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ ۖوَالَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
“Dia (Musa) berkata,”Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”.
Al-Quran surah Al-Insan, ke-76 ayat 1.
قَالَ ذَٰلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ ۖأَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ ۖوَالَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”
Kedua, kata “Dahr” digunakan untuk saat berkepanjangan yang dilalui alam semesta dalam kehidupan dunia ini, yaitu sejak diciptakan oleh Allah sampai punahnya alam semesta ini.
Al-Quran surah Al-Insan, surah ke-76 ayat 1.
هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”
Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 24.
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُم بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ ﴿٢٤﴾
“Dan mereka berkata,”Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”.
Ketiga, kata “Waqt” digunakan dalam arti “batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa”. Karena itu, sering kali Al-Quran menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari satu masa.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 103.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.
Keempat, kata “Ashr” kata ini biasanya diartikan “waktu menjelang terbenammya matahari”, dan dapat diartikan sebagai “masa” secara mutlak. Makna terakhir ini diambil berdasarkan asumsi bahwa “ashr” adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia.
Kata “ashr” sendiri bermakna "perasan", seakan-akan masa harus digunakan oleh manusia untuk memeras pikiran dan keringatnya, dan hal ini hendaknya dilakukan kapan pun sepanjang masa.
Al-Quran surah Al-Ashari, surah ke-103 ayat 1-3.
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”.
Para ulama menjelaskan bahwa pandangan Al-Quran tentang “waktu” mengandung pengertian berikut.
Pertama, kata “ajal” memberikan kesan bahwa segala sesuatu mempunyai batas waktu, sehingga makhluk dalam semesta ini tidak ada yang abadi, yang kekal hanya Allah Yang Maha Kuasa.
Kedua, kata “dahr” memberikan kesan bahwa segala sesuatu yang ada sekarang ini, dahulunya tidak ada, sehingga keberadaannya menjadikannya terikat dan dibatasi oleh waktu.
Ketiga, kata “waqt” digunakan dalam konteks yang berbeda-beda dan diartikan sebagai batas akhir suatu kesempatan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, serta memberikan kesan agar manusia membuat jadwal kegiatan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
Keempat, kata “ashr” memberikan kesan bahwa saat-saat yang dialami oleh manusia harus diisi dengan kerja keras dan kerja cerdas dengan memeras pikiran.
Demikianlah makna dan kesan yang diperoleh dari akar serta penggunaan kata yang berarti “waktu” dalam berbagai makna.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment