TUJUAN ADANYA WAKTU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Tujuan adanya waktu menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Kata “waktu” menurut KBBI V bisa diartikan “seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung”, “lamanya (saat yang tertentu)”, saat yang tertentu untuk melakukan sesuatu”,”kesempatan”, “tempo”, “peluang”, “ketika”, “saat”, “hari (keadaan hari)”, dan “saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia”. Sedangkan kata “relativitas” adalah “hal (keadaan) relatif”, dan “kenisbian”.
Ketika beberapa orang sahabat Nabi mengamati bentuk bulan yang sedikit demi sedikit berubah bentuk dari bulan sabit ke bulan purnama, lalu kembali berbentuk sabit dan bulan kemudian menghilang, mereka bertanya kepada Nabi,"Mengapa terjadi demikian?" Al-Quran menjawab,”Yang demikian adalah waktu-waktu untuk manusia dan untuk menetapkan waktu ibadah haji”.
Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 189.
۞ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah,”Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”.
Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 189 mengisyaratkan bahwa peredaran matahari dan bulan yang menghasilkan pembagian terperinci, seperti perjalanan dari bulan sabit ke bulan purnama, harus dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menyelesaikan tugasnya sebagai khalifah.
Salah satu tugas yang harus diselesaikan adalah beribadah, yang dalam hal ini dicontohkan dengan ibadah haji, karena ibadah haji mencerminkan seluruh rukun Islam, yaitu sahadat, salat, zakat, puasa Ramadan, dan ibadah haji.
Keadaan bulan seperti itu juga untuk menyadarkan keberadaan manusia di permukaan bumi ini, bahwa “nasib manusia” seperti “nasib bulan”.
Manusia pada awalnya tidak tampak di permukaan bumi, lalu manusia muncul lahir di bumi yang masih kecil mungil bagaikan “bulan sabit” dan sedikit demi sedikit membesar sampai dewasa, sempurna seperti “bulan purnama”, kemudian menua sampai akhirnya hilang dari pentas bumi ini.
Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 62.
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur”.
Mengambil pelajaran berkaitan dengan kejadian masa lampau, yang menuntut introspeksi dan kesadaran menyangkut semua hal yang telah terjadi, sehingga mengantarkan manusia untuk melakukan perbaikan dan peningkatan.
Sedangkan “bersyukur” dalam definisi agama adalah “menggunakan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah sesuai dengan tujuan penganugerahannya”, hal ini menuntut upaya dan kerja keras.
Banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang peristiwa masa lampau, kemudian diakhiri dengan pernyataan, “Maka ambillah pelajaran dari peristiwa itu”.
Demikian pula ayat Al-Quran yang menyuruh manusia bekerja untuk menghadapi masa depan, atau berpikir dan menilai hal yang telah dipersiapkannya untuk masa depannya.
Salah satu ayat Al-Quran yang terkenal tentang tema ini adalah, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”.
Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 18.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 18 dimulai dengan perintah “bertakwa” dan diakhiri dengan perintah “bertakwa”, hal ini mengisyaratkan bahwa landasan berpikir dan tempat bertolak untuk menyiapkan masa depan adalah “ketakwaan”, dan hasil akhirnya yang diperoleh adalah “ketakwaan” juga.
Pengertian “hari esok” yang dimaksudkan dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 18 tidak terbatas pengertiannya pada “hari esok di akhirat kelak”, tetapi termasuk “hari esok” ketika masih berada “di dunia sekarang ini”.
Kata “ghad” yang diterjemahkan dengan “esok” ditemukan dalam Al-Quran sebanyak 5 kali, yang 3 kali secara jelas digunakan dalam konteks “hari esok duniawi”, dan yang 2 kali sisanya dapat mencakup “hari esok di dunia dan hari esok di akhirat”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment