Wednesday, November 8, 2017

459. BUANG

AKIBAT MEMBUANG WAKTU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Akibat membuang dan menyia-nyiakan waktu menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      “Apakah akibatnya yang  akan  terjadi  apabila seseorang menyia-nyiakan dan membuang waktu?" Salah satu jawabannya adalah Al-Quran surah Al-Ashri, surah ke-103 ayat 1- 3.
     Allah memulai surah ini dengan bersumpah, “Wal ashr” (Demi masa), untuk   membantah sebagian orang yang menyalahkan waktu ketika gagal dalam pekerjaannya.
     Al-Quran surah Al-Ashri, surah ke-103 ayat 1-3.

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

      “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”.  
       Para ulama berpendapat bahwa tidak ada yang dinamakan “waktu sial” dan “waktu mujur”, karena yang berpengaruh adalah kebaikan dan keburukan hasil usaha dan pekerjaan seseorang yang dikerjakannya sendiri.
       Allah bersumpah dengan kata “ashr”, yang arti harfiahnya adalah “memeras  sesuatu, sehingga ditemukan hal yang paling tersembunyi padanya”.
      “Demi waktu”, saat manusia mencapai hasilnya setelah memeras tenaga dan apa pun hasilnya, manusia tidak akan merugi, apabila dia beriman dan beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.  
     Kerugian tersebut akan disadari setelah “waktu berlalu”, yaitu ketika seorang manusia mendekati “waktu ashar” yakni mendekati berakhirnya kehidupan seseorang, karena “waktu ashar” adalah waktu ketika matahari akan terbenam.
     Agaknya itulah sebabnya, Allah mengaitkan kerugian manusia dengan  kata  “ashr”  untuk menunjuk “waktu secara umum”, dan untuk  mengisyaratkan bahwa penyesalan dan kerugian selalu datang kemudian.   
    Kata “khusr” mempunyai banyak arti, misalnya “rugi”,  “sesat”, “celaka”, “lemah”,  dan sebagainya, yang semuanya mengarah kepada “makna negatif yang tidak disenangi oleh siapa pun”. 
     Kata “khusr” dalam Al-Quran surah Al-Ashri, surah ke-103 ayat 1-3 berbentuk  “indefinitif” (nakirah), karena memakai “tanwin”, sehingga dibaca “khusrin”,  dan bunyi  “in” itulah yang disebut “tanwin”.
      Bentuk “indefinitif” atau bunyi “in” yang ada pada kata “kusrin” artinya “"keragaman  dan kebesaran”, sehingga kata “khusr” harus dipahami sebagai “kerugian”, “kesesatan”, atau “kecelakaan besar”.
      Kata “fi”, dalam bahasa Indonesia biasanya diterjemahkan dengan “di”, misalnya seseorang berkata,”Baju di lemari atau uang di saku”, tentunya yang dimaksudkan adalah bahwa baju berada “di dalam”  lemari dan uang berada “di dalam” saku.
     Yang tergambar dalam  benak kita adalah “keseluruhan bagian baju telah berada di dalam lemari”, sehingga “tidak sedikit pun bagian baju yang berada di luar lemari”.
      Yang dimaksudkan dengan, “manusia berada di dalam kerugian”, artinya “kerugian” adalah sebuah “wadah” dan manusia berada “di dalam wadah” tersebut, serta keberadaannya dalam wadah itu mengandung arti bahwa manusia berada dalam “kerugian total”, karena tidak ada satu sisi  pun dari diri dan usahanya yang luput dari kerugian, dan kerugian itu amat besar lagi beraneka ragam.
     Waktu adalah “modal utama” bagi manusia, apabila “waktu” tidak diisi dengan kegiatan yang baik, maka “waktu” akan berlalu, dan ketika “waktu” berlalu begitu saja,  maka modal akan hilang percuma dan sia-sia.
     Ali bin Abi Thalib berkata,”Rezeki yang tidak diperoleh pada hari ini, masih bisa      diharapkan hasilnya lebih banyak pada hari besok, tetapi “waktu” yang berlalu pada hari ini, tidak mungkin akan kembali besok”.  
      Apabila “waktu” tidak diisi dengan baik, maka manusia akan merugi, dan apabila “waktu” diisi dengan hal-hal yang negatif, maka manusia tetap berada dalam kerugian. 
      Nabi bersabda,”Dua kenikmatan yang sering kali disia-siakan dan dibiarkan hilang percuma oleh banyak orang adalah nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment