Wednesday, November 8, 2017

460. AMAL

MEMAHAMI AMAL KEBAIKAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Amal kebaikan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya

      Al-Quran surah Al-Ashri, surah ke-103 ayat 1-3.

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

      “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”.  
      Para ulama menegaskan bahwa waktu harus diisi dengan berbagai kegiatan yang  positif, yang dalam Al-Quran surah Al-Ashri, surah ke-103 ayat 1-3 disebutkan empat hal yang dapat menyelamatkan manusia dari kerugian dan kecelakaan besar, yaitu  (a) beriman, (b) beramal saleh, (c) saling berwasiat dalam kebenaran, dan (d) saling berwasiat dengan kesabaran.
      Setelah beriman kepada Allah, maka hal kedua adalah “amilush-shalihat” (yang melakukan amal-amal kebaikan), dan kata “amal” (pekerjaan) digunakan oleh Al-Quran untuk menggambarkan “perbuatan yang disadari oleh manusia dan jin”.
    Sebagian ulama berpendapat bahwa kata “amal” dalam Al-Quran tidak semuanya mengandung arti “berwujudnya suatu pekerjaan di alam nyata”, seperti “niat untuk melakukan sesuatu yang baik” juga dinamakan “amal”, sehingga “niat yang baik” sudah dinilai sebagai “amal”.
      Al-Quran surah Al-Zalzalah, surah ke-99 ayat 7.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

        “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.”
       Amal perbuatan manusia yang beraneka ragam itu bersumber dari empat daya yang dimilikinya. Pertama, adanya daya tubuh, yang memungkinkan manusia memiliki      kemampuan dan keterampilan teknis.   
         Kedua, adanya daya akal, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi, serta memahami dan memanfaatkan “sunnatullah”.
      Ketiga, adanya daya kalbu, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan moral, estetika, etika, serta mampu berkhayal, beriman, dan merasakan kebesaran Allah.  
      Keempat, adanya daya hidup, yang memungkinkan manusia memiliki      kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempertahankan hidup, dan menghadapi tantangan dalam kehidupan.
      Keempat daya ini apabila digunakan sesuai petunjuk AIlah, akan menjadikan perbuatan tersebut sebagai “amal saleh”, dan kata “shalih” terambil dari akar kata  “shaluha”  yang  dalam kamus  bahasa  Al-Quran, maknanya adalah “antonim”  (lawan kata) dari kata “fasid”(rusak). 
      Kata “saleh” diartikan sebagai “terhentinya kerusakan”, serta kata “shalih” juga diartikan “bermanfaat” dan “sesuai”, karena “amal saleh” adalah pekerjaan yang apabila dilakukan tidak menyebabkan “madharrat” (kerusakan), atau bila pekerjaan  tersebut dilakukan akan menghasilakn “manfaat” dan “kesesuaian”.  
      Kata “shaluha” dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Quran sebanyak 180 kali, dan secara umum dapat dikatakan bahwa kata “shaluha” ada yang dibentuk,  sehingga “membutuhkan objek” (transitif),  dan  ada  yang “tidak membutuhkan objek”  (intransitif).
      Bentuk pertama menyangkut kegiatan mengenai objek penderita, yang memberikan kesan objek itu mengandung kerusakan dan ketidaksesuaian, sehingga  pekerjaan yang dilakukan akan menjadikan objeknya rusak, sedangkan bentuk kedua menunjukkan terpenuhinya nilai manfaat dan kesesuaian  pekerjaan yang  dilakukan. 
      Usaha untuk menghindarkan kerusakan pada sesuatu dan menyingkirkan  “madharrat” (kerusakan) yang ada padanya dinamakan “ishlah”, sedangkan usaha memelihara kesesuaian dan manfaat yang terdapat pada sesuatu disebut “shalah”.
      Al-Quran tidak menjelaskan tolok ukur pemenuhan nilai keserasian, sehingga para ulama berbeda pendapat tentang definisi “amal saleh”, sebagian ulama berpendapat bahwa “amal saleh” adalah “segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan”.
     Apabila seseorang mampu melakukan “amal saleh” disertai “iman”, maka dia telah memenuhi 2 hal (beriman dan amal saleh) dari 4 hal yang harus dipenuhi untuk membebaskan diri dari kerugian total, yang ke-3 dan ke-4 adalah “Tawashauw bil haq” dan “tawashauw bish-shabr” (saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran
       Kata “haq” dapat diartikan “kebenaran yang diperoleh melalui pencarian ilmu” dan kata “shabr” adalah “ketabahan menghadapi segala sesuatu”, dan “kemampuan  untuk menahan rayuan nafsu untuk mencapai yang terbaik”.
      Surah Al-Ashri, surah ke-103 ayat 1-3 secara keseluruhan berpesan agar  seseorang tidak  hanya mengandalkan “iman” saja,  tetapi juga “amal saleh” , bahkan “iman” dan “amal saleh” belum cukup, karena masih membutuhkan “ilmu”.
        Sebagian ulama berpendapat bahwa iman, amal saleh, dan ilmu sudah cukup memadai bagi seseorang, tetapi seseorang masih memerlukan “saling memberikan nasihat agar tetap tabah dan sabar dalam kebenaran”. 
       Al-Quran menjelaskan bahwa amal perbuatan bukan sekadar upaya memenuhi kebutuhan manusia untuk makan, minum, dan rekreasi, tetapi bekerja yang beraneka  ragam sesuai dengan bakat dan minat manusia.
       Nabi bersabda,”Manusia yang akalnya belum terkalahkan oleh nafsunya, berkewajiban mengatur waktunya, sebagian untuk “bermunajat” dengan Allah, introspeksi dan memikirkan ciptaan Allah, serta untuk diri dan keluarganya guna memenuhi kebutuhan makan dan minum”.  
      Imam Syafii berkata,”Apabila manusia memahami dan memikirkan kandungan      surah Al-Ashri, surah ke-103 ayat 1-3, sesungguhnya sudah cukup menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

  • 922. TAKDIRTAKDIR ALLAH Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang takdir … Read More
  • 923. ILMIAHKEBENARAN ILMIAH AL-QURAN Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang … Read More
  • 923. ILMIAHKEBENARAN ILMIAH AL-QURAN Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang … Read More
  • 923. ILMIAHKEBENARAN ILMIAH AL-QURAN Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang … Read More
  • 923. ILMIAHKEBENARAN ILMIAH AL-QURAN Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang … Read More

0 comments:

Post a Comment