Sunday, November 12, 2017

472. FILSAF

AL-QURAN DI TENGAH FILSAFAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Al-Quran di tengah perkembangan filsafat?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Bertrand Russel menjelaskan “filsafat” adalah jenis pengetahuan yang memberikan kesatuan dan sistem ilmu pengetahuan melalui pengujian kritis terhadap dasar-dasar keputusan, prasangka-prasangka dan kepercayaan.
      Pemikiran filsafat bersifat “mengakar” (radikal) yang mencoba memberikan jawaban menyeluruh dari A sampai Z, dan mencari secara mendalam sehingga melintasi dimensi fisik dan teknik.
      Objek penelitian filasafat adalah “segala yang ada dan yang mungkin ada”, yang “ada yang umum” (ontologi 'ilm al-kainat) dan “ada yang khusus atau mutlak” yaitu (Tuhan), dengan kata lain, objek penelitian filsafat mencakup dalam pembahasan logika, estetika, etika, politik dan metafisika.
     Pembahasan ini dibatasi pada bagian “ada yang umum”, dan hanya terpusat kepada “manusia”, karena sekarang  tidak banyak yang berbicara tentang “bukti wujud Tuhan” atau kebenaran wahyu, atau pertentangan agama dengan aliran materialisme, tetapi topik pembicaraannya adalah “manusia”.
     Dalam abad pertengahan, manusia dipandang sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang melebihi makhluk lainnya, sejalan dengan keyakinan agama yang menganggap bumi tempat manusia hidup adalah “pusat dari alam semesta”.
      Pendapat ini digoyahkan oleh Galileo yang membuktikan bahwa bumi hanya bagian sangat kecil dari planet yang mengitari matahari yang didukung oleh penelitian ilmiah dan bertentangan dengan penafsiran Kitab Suci (Kristen) yang menimbulkan krisis keimanan dan krisis lainnya.
      Kemudin muncul “Teori Evolusi” oleh Darwin, pengaruhnya lebih banyak  diakibatkan oleh kesan yang ditimbulkan dalam pikiran masyarakat pada zamnnya dan sesudahnya.
      Sigmund Freud mengadakan pengamatan terhadap sekelompok orang yang sakit (abnormal) dan yang akhimya berkesimpulan, bahwa manusia pada hakikatnya adalah “makhluk bumi” yang segala aktivitasnya bertumpu dan terdorong oleh libido, sedangkan agama adalah sebuah “ilusi” (sesuatu yang palsu).
      Kemajuan Eropa dalam bidang industri dan ilmu pengetahuan sejak masa renaissance, mengantarkan masyarakat menolak kekuasaan agama secara total dan kagum berlebihan kepada otoritas sains yang terlepas dari nilai agama, yang mencapai puncaknya pada peristiwa pemboman di Hiroshima dan Nagasaki pada waktu Perang Dunia ke-2.
      Kemudian agama mulai disebut-sebut lagi, meskipun dengan suara yang sayup-sayup, dan eksistensi sains dipermasalahkan.
      Alexis Carrel menulis,”Pengetahuan manusia tentang makhluk hidup dan terutama manusia belum mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya”.
      “Manusia adalah makhluk yang kompleks, sehingga sulit mendapatkan gambarannya, tidak ada cara untuk memahami manusia secara utuh, dan  bagian-bagiannya, dan tidak juga dalam memahami hubungannya dengan alam sekitarnya."
     Keterbatasan pengetahuan tentang “manusia” karena terlambat membahasnya serta sifat akal dan kompleksnya hakikat manusia.
     Menurut pandangan agama, untuk mengetahui hakikat “manusia” dibutuhkan pengetahuan dari pencipta Yang Maha Mengetahui melalui wahyu-Nya, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan hembusan roh ciptaan Allah.
      Al-Quran surah Shad, surah ke-38 ayat 71-72.

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

      “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,”Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”.Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
       Manusia adalah makhluk pertama yang disebut dua kali dalam wahyu pertama dalam Al-Alaq, surah ke-96 ayat 1-5.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

      “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
     Manusia adalah makhluk yang dimuliakan dan kesempurnaan oleh Allah dibandingkan dengan makhluk lainnya, seperti dalam Al-Quran surah ke-17 ayat 70.

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

      “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
      Manusia diberikan kesabaran moral untuk memilih yang baik dan yang buruk, sesuai dengan nurani mereka atas bimbingan wahyu, seperti dalam Al-Quran Asy-Syam, surah ke-91 ayat 7-8.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

     “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.
      Manusia telah diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya, seperti dalam Al-Quran surah At-Tin, surah ke-95 ayat 4.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
    
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
      Manusia mendapatkan cercaan karena sangat aniaya dan mengingkari nimat dari Allah, seperti dalam surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
    
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Manusia sangat banyak membantah, seperti dalam Al-Quran surah Al-Haj, surah ke-22 ayat 67.

لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ ۖ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِي الْأَمْرِ ۚ وَادْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ إِنَّكَ لَعَلَىٰ هُدًى مُسْتَقِيمٍ

      “Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus”.
     Hal itu bukan berarti ayat Al-Quran saling bertentangan, tetapi menunjukkan potensi manusia untuk menempati posisi yang terpuji, atau meluncur ke tempat yang sangat rendah, sehingga tercela.
     Manusia diciptakan dari unsur “tanah”, sehingga manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk yang lain, misalnya manusia butuh makan, minum, hubungan seks, dan sebagainya, sedangkan “roh” dari Allah akan mengantarkan manusia ke arah tujuan “non-materi” yang tidak dapat diukur di laboratorium dan tidak  dikenal dalam alam material.
     Dimensi spiritual yang akan mengantarkan  menusia untuk cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dan semacamnya, yang akan mengantarkan manusia kepada suatu realitas Yang Maha Sempurna, tanpa cacat, tanpa batas dan tanpa Akhir, yaitu Allah Yang Maha Kuasa.
      Al-Quran surah An-Najm, surah ke-53 ayat 42.

وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ الْمُنْتَهَىٰ
      “Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”.
      Manusia bukan makhluk yang tercipta secara kebetulan, atau tercipta dari kumpulan atom, tetapi diciptakan oleh Allah untuk menjadi seorang khalifah di bumi, seperti dalam Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 30.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

      “Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
     Manusia dibekali oleh Allah dengan potensi dan kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan di dunia ke arah yang lebih baik, seperti dalam Al-Quran surah Ar-Ra’du, surah ke-13 ayat 11.

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

      ‘”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
      Manusia diberikan nikmat oleh Allah berupa ditundukkan alam semesta untuk dikelola dan dimanfaatkan, seperti dalam Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 12-13.

۞ اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

      “Allah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
      Manusia ditunjukkan arah yang harus ditempuh, seperti dalam Al-Quran Adz-Dzariyat, surah ke-51 ayat 56.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
   
  “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
     Manusia diberikan anugerah petunjuk dalam perjalanannya, seperti dalam surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 38.

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
    
“Kami berfirman,”Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment