MUHAMMADIYAH 106 TAHUN
TAK IKUT POLITIK PRAKTIS
Oleh: Drs HM Yusron
Hadi, MM
Muhammadiyah.
Tak terlibat politik
praktis.
Ketua Umum Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.
Haedar Nashir tegaskan.
“Muhammadiyah bertahan
106 tahun.
Tegak sebagai organisasi
warga.
Tak politik praktis.
Muhammadiyah dalam
situasi apa pun.
Tetap istikamah pada Khittah.
Muktamar Makassar 2015.
Khittah Denpasar 2002.
Sambungan Khittah 1971,”
ungkap Haedar.
Sabtu (5/6/2023).
Di Universitas Ahmad
Dahlan (UAD).
Muhammadiyah tetap baik.
Dan berkembang.
Dalam Khittah 1971.
Ada 9 garis Muhammdiyah.
Dalam berbangsa dan
bernegara.
1)
Bahwa politik berbangsa
dan negara.
Salah satu aspek ajaran Islam.
Dalam urusan dunia.
Harus dijiwai nilai luhur agama.
Dan moral utama.
2)
Bahwa membangun hidup berbangsa dan bernegara.
Lewat politik dan bangun warga.
Untuk wujudnya:
“Baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur”.
3)
Bahwa Muhammadiyah berjuang.
Bagi wujudnya warga madani.
Warga Islam sebenarnya.
4)
Bahwa perjuangan politik.
Bersifat praktis dan orientasi kekuasaan.
Pakai sistem politik demokratis.
Beradab sesuai cita-cita luhur bangsa dan negara.
Kedepankan kepentingan rakyat.
Wujudkan tujuan proklamasi tahun 1945.
5)
Bahwa dakwah amar makruf nahi mungkar.
Muhammadiyah aktif jadi perekat bangsa.
Hidup damai dan beradab.
6)
Muhammadiyah tak punya
hubungan organisasi dengan partai politik.
7)
Warga Muhammadiyah bebas
pakai hak pilihnya.
Sesuai hati nurani.
8)
Warga Muhammadiyah yang
aktif dalam politik.
Agar jadi teladan, akhlak mulia, dan damai.
9)
Muhammadiyah kerja sama
dengan semua pihak.
Berdasar maslahat.
Membangun bangsa dan negara.
Agar maju, demokratis dan beradab.
(Sumber
muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment