BANGUNAN JAMARAT 5 TINGKAT DI MINA
TAHUN 2018
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM
Mina adalah lembah
di padang pasir.
Terletak sekitar 5 kilometer sebelah timur kota
Mekah, Arab Saudi.
Mina di antara Mekah dan Muzdalifah.
Mina mendapat julukan kota tenda.
Karena berisi ribuan tenda untuk mabit jutaan jemaah
haji seluruh dunia.
Tenda-tenda itu tetap berdiri.
Meskipun musim haji tidak berlangsung.
Mina sangat dikenal sebagai tempat melempar jumrah
dalam ibadah haji.
Mina didatangi jemaah haji pada 8 Zulhijah.
Atau sehari sebelum wukuf di Arafah.
Jemaah haji
tinggal di Mina sehari semalam.
Mereka melakukan salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan
Subuh.
Setelah salat Subuh 9 Zulhijah.
Jemaah haji berangkat dari Mina ke Arafah untuk
wukuf.
Jemaah haji datang lagi ke Mina.
Setelah selesai wukuf di Arafah.
Untuk melontar jumrah.
Tempat melempar jumrah ada 3 yaitu:
Ula (tugu ke-1), Wusta (tugu ke-2), dan Aqabah (tugu
ke-3).
Di Mina jemaah
haji wajib mabit (bermalam).
Yaitu malam tanggal 11 dan 12 Zulhijah bagi jemaah
haji nafar awal.
Atau malam tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah bagi
jemaah nafar sani.
Mina juga tempat penyembelihan binatang kurban.
Di Mina ada Masjid Khaif.
Tempat Nabi Muhammad salat dan khotbah ketika berada
di Mina.
Saat ibadah haji.
Jamarat di Mina menjadi sasaran lontaran kerikil
(dalam ibadah haji).
Sebagai simbol tempat melempar setan.
Yang menggoda Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti
Hajar.
ketika Nabi
Ibrahim melakukan perintah Allah.
Menyembelih Nabi Ismail sebagai ujian ketaatan kepada
Allah.
Lokasi jamarat tempat melontar jumrah terus diperbaiki.
Untuk kenyamanan, kelancaran, dan keselamatan jemaah
haji dari seluruh penjuru dunia.
Selama ini
tragedi memilukan sering terjadi di kawasan jamarat.
Ketika para jemaah melontarkan jumrah.
Banyak jemaah
haji yang meninggal.
Karena berdesakan, sesak nafas, atau terinjak jamaah lain.
Arab Saudi terus memperluas lokasi pelontaran jumrah.
Proyek
bangunan jamarat tingkat 5 lantai mulai dibangun tahun 2006.
Dan selesai sepenuhnya pada tahun 2015.
Yang dirancang untuk kebutuhan masa depan.
Bangunan jamarat bisa diperluas hingga 12 lantai.
Yang mampu menampung lebih dari 5 juta jemaah.
Desain jamarat yang baru dibuat oleh perusahaan Dar
Al-Handasah.
Dan dibangun kontraktor Saudi Binladin Group.
Bentuk bangunan jamarat lama berupa 3 pilar kecil.
Yaitu Ula, Wusta, dan Aqabah.
Yang masing-masing tingginya 18 meter.
Bangunan
jamarat yang baru berbentuk dinding elips (bulat memanjang).
Masing-masing tingginya 40 meter.
Menembus dari lantai 1 sampai lantai 5.
Dan atasnya ditutupi kanopi kain raksasa.
Jalanan ke
jamarat dibuat berbentuk 5 lapis jembatan.
Yang mendaki dan menurun secata landai.
Panjangnya 950 meter dan lebar tiap jalan 80 meter.
Pada jembatan
jamarat dipasang 11 pintu masuk.
Dan 12 pintu keluar.
Yang menjamin kelancaran arus sedikitnya 30.000
jamaah per jam.
Bangunan
jamarat dilengkapi sistem pendingin udara.
Yang mampu
menurunkan suhu udara pada musim panas.
Hingga hanya 29 derajat Celcius.
Ada 2 helipad (tempat pendaratan helikopter) untuk
berjaga dalam situasi darurat.
Dan dipasang CCTV di berbagai sudut.
Untuk memantau situasi darurat.
Arus jemaah
yang masuk melontar jumrah dan yang keluar.
Setelah melontar jumrah diatur agar tidak saling
bertubrukan.
Setiap maktab diatur agar melontar jumrah pada lantai
tertentu.
Jarak setiap lantai tingginya 8 meter.
Dengan sudut elevasi yang landai.
Sehingga para jamaah tidak terasa saat mendaki dan
menurun.
Jamaah maktab nomor 1-50 melontar jumrah di lantai
dasar (lantai 1).
Jamaah maktab
nomor 51-80 melontar jumrah di lantai 2.
Berarti naik 8 meter.
Jemaah maktab nomor 81-100 melontar jumrah di lantai
3.
Berarti naik 16 meter.
Dalam
terowongan yang menembus gunung batu.
Dipasang travelator semacam konveyor 15 buah.
Masing-masing panjangnya 75 meter.
Jemaah haji
harus berjalan kaki sejauh 2 km.
Dari mulut terowongan hingga ke tempat pelontaran
jumrah.
Dan 2 km kembali ke maktab.
Jauhnya jarak menuju tempat pelontaran jumrah bisa
dilihat pada layar display.
Yang dipasang di mulut terowongan.
Angkutan bis dari Arafah, Muzdalifah, ke Mina.
Memakai sistem taraddudi (shuttle).
Yaitu armada bis datang berkelompok.
Menjemput dan mengantar menumpang.
Dari perkemahan ke tempat tujuan.
Kemudian bis balik berputar lagi.
Sampai jemaah habis terangkut semuanya.
Selama di Mina jemaah berteduh dalam tenda besar
tahan api.
Yang dilengkapi alat pendingin udara.
Tiap tenda dilengkapi alas tidur berupa karpet tanpa
bantal.
Jemaah tinggal
di tenda Mina sejak tanggal 10 sampai 13 Zulhijah.
Tetapi jemaah nafar awal meninggalkan Mina pada
tanggal 12 Zulhijah.
Setelah melontar 3 tempat jumrah.
Selama tinggal di Mina, jemaah mendapat makanan 11 kali.
Dengan menu masakan Indonesia yang diurus maktab.
Jemaah dilarang mencorat-coret.
Dengan tulisan/cat/spidol di tenda, batu, dinding
jumrah, dan fasilitas lainnya.
Jemaah melontarkan
jumrah berombongan.
Segera balik lagi masuk ke dalam tendanya.
Jemaah harus mematuhi jadwal melontar jumrah.
Yang diatur panitia haji untuk kebaikan bersama.
Jemaah harus
menjaga kesehatan dengan makan, minum, dan istirahat cukup.
Pelayanan
jamaah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Dikoordinasikan organisasi khusus disebut SATOP
ARMUZNA.
Yaitu Satuan Operasional Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
SATOP ARMUZNA
dibagi 3 satgas, yaitu:
1)
Satgas Arafah.
2)
Satgas Muzdalifah.
3)
Satgas Mina.
Setiap satgas punya pos pelayanan, yaitu:
1) Pos
Komando.
2) Pos Pelayanan.
3) Pos
Pembantu.
Tiap pos dengan jenis pelayanan sama, yaitu:
1) Pelayanan umum.
2) Pelayanan
kesehatan.
3) Pelayanan
ibadah.
Catatan haji tahun 2018
Oleh: HM. Yusron Hadi bin HM. Tauhid Ismail.
Sidoarjo, JawaTimur.
Jemaah mandiri non-KBIH
Ketua regu 23, rombongan 6, kloter 71 Surabaya.












