Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label BEDANYA RADIKAL AGAMA POLITIK DAN EKONOMI. Show all posts
Showing posts with label BEDANYA RADIKAL AGAMA POLITIK DAN EKONOMI. Show all posts

Tuesday, March 8, 2022

12752. BEDANYA RADIKAL AGAMA POLITIK DAN EKONOMI

 



 

 

BEDANYA RADIKAL AGAMA POLITIK DAN EKONOMI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI).

 Prof Din Syamsuddin menyampaikan.

 

 Bahwa sebagian umat Islam.

Merasa terkena tuduhan radikalisme dan intoleransi.

 

Tuduhan itu menyakitkan bagi umat Islam.

 

 Jika umat Islam tidak toleransi.

Maka tidak ada stabilitas.

Dan kerukunan di Indonesia.

 

Umat Islam adalah kelompok paling toleransi.

 

 

Buktinya kesultanan.

Yang jumlahnya sekitar 70-an.

 

 Rela bergabung untuk mendukung.

Dan berintegrasi dengan negara baru.

 

Bernama Republik Indonesia.

Yang berdasar Pancasila.

 

 

 Hal itu adalah sikap toleransi  sangat besar.

 

 

"Tidak mungkin ada tingkat kerukunan nasional seperti ini.

 

Jika umat Islam.

Yang jumlahnya banyak.

Tapi tidak toleran," kata Din kepada Republika.

 

 Usai Rapat Pleno Wantim MUI ke-44.

Di Gedung MUI Pusat, Rabu (23/10).

 

 

Dia mengingatkan.

Bahwa fungsi Kementerian Agama untuk membangun moralitas bangsa.

 

 Dan mengembangkan keberagamaan.

 

 Ke arah positif serta konstruktif bagi bangsa.

 

 

Kemenag berfungsi untuk menjaga, meningkatkan kerukunan.

Dan kualitas keagamaan.

 

 

Kemenag jangan belok menjadi anti radikalisme.

 

Jika Kemenag mendapat tugas menjadi anti radikalisme.

 

Maka seolah-olah umat beragama yang radikal.

 

Boleh saja anti radikalisme.

 

Tapi jangan hanya anti radikalisme keagamaan.

 

Tapi tidak peduli radikalisme ekonomi dan radikal politik.

 

 

"Mengapa tidak mempersoalkan radikal ekonomi?

 

Yang melakukan kekerasan pemodal.

Yang menimbulkan kesenjangan.

 

Hal itu namanya radikal ekonomi.

 

 

Radikal ekonomi.

Yaitu kegiatan ekonomi.

Yang menimbulkan kesenjangan.

 

 

Mengapa tidak peduli radikal politik?

 

Radikal politik.

Yaitu pihak yang merasa menang.

Kemudian merasa berkuasa.

Seolah-olah bisa berbuat apa saja.

 

Dalam bentuk otoritarianisme," ujarnya.

 

 

Memang kelompok dan paham yang anti Pancasila.

Harus ditolak.

 

Tapi  tidak hanya paham.

Yang bersifat keagamaan.

 

 

Sebab banyak juga kelompok.

Yang ingin mengembangkan.

Paham lain yang anti Pancasila.

 

 

Bahwa paham kapital dan liberal.

Juga anti Pancasila.

 

Bahkan sistem politik di Indonesia.

Bertentangan dengan sila ke-4 Pancasila.

 

 

Yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

 

 

Sila ke-4 Pancasila dilambangkan.

Dengan kepala banteng.

Di bagian kanan atas perisai.

Berlatar merah.

 

 

Banteng adalah hewan sosial yang kuat.

 

Dan sering berkelompok.

Atau berkumpul.

 

 

Sila ke-4 Pancasila.

Menggambarkan masyarakat harus bermusyawarah.

Berkumpul dan  mendiskusikan sesuatu.

 

Dalam mengambil keputusan.

 

 

Radikal ekonomi di Indonesia.

Juga bertentangan dengan sila ke-5 Pancasila.

 

 

Yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

 

Sila ke-5 Pancasila dilambangkan.

Dengan kapas dan padi.

Di bagian kanan bawah.

Perisai berlatar putih.

 

Padi dan kapas adalah kebutuhan utama.

 

Semua masyarakat Indonesia.

 

Tanpa melihat status dan kedudukannya.

 

Padi melambangkan makanan pokok.

 

Kapas melambangkan sandang dan pakaian. 

 

Sila ke-5 Pancasila.

Mencerminkan persamaan social.

 

Yaitu tidak adanya perbedaan.

Dan kesenjangan sosial ekonomi.

 

Dalam masyarakat Indonesia.

 

 

"Tapi kenapa.

Hal itu tidak dituduh musuh nyata Pancasila.

 

Apalagi ada separatisme," ujarnya.

 

 

(Sumber Republika.co.id)