KISAH GURU SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO TAHUN 1980 (2)
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kisah unik guru olahraga bola voli.
Saya, Pak Yusron.
Guru keterampilan elektronika.
Sejak 1 Maret 1978.
Jadi calon guru PNS.
Di SMP Negeri 1 Sidoarjo.
Sebagai calon guru PNS.
Golongan ruang II/a.
Dengan pangkat Pengatur Muda.
Nomor Induk Pegawai 130684046.
Saya menerima gaji Rp16.960,00 per bulan.
Yaitu sebesar 80 persen.
Dari gaji pokok Rp21.200,00.
Saat itu.
SMP Negeri 1 Sidoarjo.
Punya 2 sekolah filial (cabang).
Yaitu:
1)
SMP Negeri Juanda.
(Sekarang SMP N 1
Sedati).
2)
SMP Negeri Candi.
(Sekarang SMP N 1
Candi).
Saya mengajar di 3 sekolah itu.
Diatur sesuai jadwalnya.
Saya guru keterampilan elektronika.
Tapi diberi tugas mengajar keterampilan bebas.
Yaitu mengajar olah raga bola voli.
Di SMP Negeri 1 Candi.
Terkadang terjadi kisah unik.
Saat guru keterampilan elektronika.
Mengajar teori dan praktik.
Bermain olah raga bola voli.
Mengajar teori.
Bisa dilakukan dalam kelas.
Tapi praktik.
Harus dalam kondisi nyata.
Pada suatu pagi.
Saya mengajar praktik para siswa.
Bermain olah raga bola voli.
Di lapangan halaman sekolah.
Para siswa berkumpul di sekitar lapangan.
Saya sebagai guru.
Memberi contoh ke-1.
Cara melakukan pukulan servis awal.
Dalam bermain bola voli.
Saya berdiri di sudut luar pojok.
Lapangan bola voli.
Menghadap ke arah net.
Yang melintang di tengah lapangan.
Para siswa berdiri di sekitar lapangan.
Saya berkata,
“Anak-anak coba perhatikan.
Cara melakukan servis awal.
Dalam bermain bola voli.”
Saya memegang bola voli.
Dengan tangan kiri.
Bola saya ayunkan ke atas.
Dan saya pukul ke tengah lapangan.
Pakai ayunan tangan kanan.
“Dung..”
Ternyata bolanya … tersangkut net.
Semua siswa tertawa.
Saya berkata,
“Anak-anak itu adalah contoh.
Cara servis yang salah.
Cara servis yang benar.
Bola harus melambung di atas net.
Dan jatuh di bagian dalam garis lapangan.”
Saya memberi contoh ke-2.
Saya memegang bola voli.
Dengan tangan kiri.
Bola saya ayunkan ke atas.
Dan saya pukul ke tengah lapangan.
Pakai ayunan tangan kanan.
Dengan sekuat tenaga.
“Der..”
Ternyata bolanya … jatuh di luar lapangan.
Siswa tertawa tambah keras.
Termasuk para guru.
Yang melihat dari dalam kelas.
Ikut menyumbang tertawa.
Saya berkata,
“Anak-anak itu adalah contoh.
Yang salah lagi.”
Cara servis yang benar.
Bola harus melambung di atas net.
Dan jatuh di bagian dalam garis lapangan.
Bukan di luar lapangan.”
Saya memberi contoh ke-3.
Saya memanggil siswa.
Bernama Agus.
Yang pintar bermain voli.
Karena ikut klub voli.
Di luar sekolah.
Saya minta Agus memberi contoh.
Cara servis bola voli yang benar.
Ternyata Agus bisa melakukan servis.
Bola voli dengan baik.
Saya berkata,
“Anak-anak.
Ya, itu adalah contoh yang benar.”
Semua tertawa gembira.
Termasuk guru dalam kelas.
Ikut tertawa meledak.
Catatan.
Saya memberi contoh.
Cara servis bola voli.
Dengan memegang bola.
Pakai tangan kiri.
Dan bola dipukul .
Dengan tangan kanan.
Karena saya bukan KIDAL.
Pemain kidal.
Dominan pakai anggota tubuh bagian kiri.
Misalnya:
Pemain sepak bola kidal:
1)
Messi dari Argentina.
2)
Mo Salah dari Mesir.
KIDAL.
Bisa diartikan KIri DAri Lahir.
Kebanyakan manusia tak kidal.
Manusia umumnya dominan.
Pakai tangan kanan dan kaki kanan.
Bukan kidal.
Kiri dari lahir.
Disebut KIDAL.
Maka kanan dari lahir.
Disebut….
KADAL (MAAF)
Saya sering guyon dengan siswa.
Misalnya:
Anak diberi nama Agus.
Karena lahir bulan Agustus.
Agus bisa diartikan agak gundul sedikit.
Gunawan… gundul namun menawan.
Pembalap …pemuda berbadan gelap.
(Mohon maaf… bersambung)
2. KISAH GURU BELI JAMU DI SURABAYA
Saya, Pak Yusron.
Guru elektronika.
SMP N 1 Sidoarjo.
Pak Baheramsyah.
Guru Matematika.
Pak Putut.
Guru Bahasa lndonesia.
Pak Andi Rani.
Guru kesenian.
SMP N Juanda.
Pak Sunardi.
Pegawai Tata Usaha.
Biasa kami panggil:
Lek Di.
Pak Sunardi.
Adiknya Pak Abdul Manab.
Ka TU SMP N 1 Sidoarjo.
Kami para GURUMUD.
Yaitu guru muda.
Sering bermain ke rumah Pak Manab.
Putra-putri Pak Manab.
Memanggil: Pak Sunardi.
Dengan panggilan:
Lek Di.
Kami ikut memanggil:
Lek Di.
Pada suatu hari.
Kami rombongan.
Naik sepeda motor ke Surabaya.
Bermain ke rumah Pak Baher.
Beberapa waktu.
Kami berkeling Surabaya.
Dalam perjalanan.
Kembali ke Sidoarjo.
Pak Baher ajak mampir.
Beli jamu tradisional.
Di pinggir jalan.
Pak Baher berkata,
“Ayo mampir beli jamu dulu.
Agar tetap sehat.
Nanti saya yang bayar.”
Kami pesan jamu.
Sesuai selera masing-masing.
Jamu.
Yaitu obat dibuat dari
akar-akaran, daun-daunan, dan lainnya.
Kata orang
Jawa.
Agar
tubuh kita.
Selalu
sehat lahir batin.
Jangan
lupa rutin.
Minum
JAMU.
JAMU bisa
diartikan JAGA MULUT.
Yang keluar
dari mulut berupa:
UCAPAN.
Yang
masuk dalam mulut berupa:
Asupan
MAKANAN dan MINUMAN.
Agar
kita selalu sehat lahir dan batin.
Jangan
lupa JAMU!.
Jangan
lupa.
Untuk
selalu menjaga.
Mulut
kita masing-masing.
Beberapa waktu kemudian.
Kami selesai minum jamu.
Pak Baher.
Tubuhnya penuh dengan keringat.
Apa yang terjadi?
Kami mengira.
Alhamdulillah.
Berarti jamunya cocok.
Khasiat jamu bekerja baik.
Karena tubuhnya penuh keringat.
Ternyata kami keliru.
Tubuh Pak Baher beringat.
Bukan jamunya cocok.
Tapi waktu akan bayar.
Ternyata …
Dompetnya ketinggalan.
Sehingga tubuhnya berkeringat…
Terpaksa balik ke Surabaya.
Untuk ambil dompet.
(Bersambung…



