KISAH
MAHASISWA NON MUSLIM KULIAH DI MUHAMMADIYAH
Oleh: Drs HM Yusron Hadi Tauhid, MM
Banyak
kisah mahasiswa nonmuslim.
Kuliah
di kampus Muhammadiyah.
Konsenius
Wiran Wae (23 tahun).
Agama
Katolik.
Tahun
2019.
Lulus
SMA pada 2019.
Tak langsung
kuliah.
Dia merantau
dari kampung halaman.
Di
Sikka, Nusa Tenggara Timur .
Bekerja
kumpulkan rupiah.
Kuli
bangunan.
Di Kalimantan
Timur.
Selama
2 tahun.
Menabung
untuk kuliah.
Tahun
2021.
Dia pulang
dan ingin kuliah.
Dekat kampungnya.
Masuk IKIP
Muhammadiyah.
Maumere.
Atas saran
kerabat.
Kampus
itu relatif terjangkau.
Meskipun
nuansa Islami.
Tapi
banyak mahasiswa nonmuslim.
Ayah
Wiran ragu.
Sebab universitas
Islam.
“Tapi Bapak
saya yakinkan.
Terjangkau
dan banyak mahasiswa bukan muslim.
Bapaknya
ikut Wiran.
Kunjungi
kampus.
Akhirnya
membolehkan.
Wiran pilih Program Studi.
Pendidikan Ilmu Fisika.
IKIP Muhammadiyah Maumere.
Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
“Di kampus.
Ada organisasi
Kristen dan Katolik,” ujarnya.
Wiran
beruntung.
Terima
beasiswa Lazismu.
Dan
Pemda Sikka.
Asafita
Patricia (21).
Agama Kristen.
Tahun
2021.
Ambil
program studi.
Ilmu Pemerintahan.
Saat
SMA.
Fita
ingin kuliah.
Di
Universitas SAM Ratulangi.
Manado.
“Ternyata
UMS tak kalah.
Kini jadi
kampus swasta nomor 1.
Di
Papua Barat,” katanya.
Sejarah
UMS di Papua Barat.
Tahun
1984.
Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi Al-Amin.
Tahun 2002.
Jadi Universitas
Al-Amin Sorong.
Tahun
2006.
Jadi Universitas
Al-Amin Muhammadiyah.
Sorong.
Tahun
2013.
Jadi Universitas
Muhammadiyah Sorong.
Saat
masuk UMS.
Tifa
ikut mata kuliah wajib.
1)
Al-Islam.
2)
Kemuhammadiyahan.
Awalnya
dianggap.
Materi
Islam saja.
Tapi
terima materi agama.
Berbagai
perspektif.
Nilai
universal tiap agama.
Dia tugas
kunjungi panti asuhan.
Tifa
harus buat tulisan.
Terkait
agama Kristen.
Soal nilai
kasih sayang.
Mahasiswa
UMS.
Mayoritas
non muslim.
Tifa ikut
kegiatan agama.
“Ada
UKM Kristen.
Saat Natal.
Kami
buat acara di kampus,” terangnya.
Kampus
UMS Sorong.
Anak
muda Papua Barat.
Tak perlu
merantau.
Untuk
kuliah.
Kampus Muhammadiyah.
Mayoritas mahasiswa nonmuslim.
Di Kawasan Indonesia Timur.
Berkembang pesat.
Kampus
sesuaikan.
Kondisi
sosial warga.
Termasuk
atribut mahasiswa.
Seperti
jilbab.
Kampus
sesuai kearifan.
“Muhammadiyah
organisasi Islam.
Tapi Pendidikan.
Untuk memajukan
kehidupan bangsa.
Kesempatan
terbuka.
Bagi semua,”
paparnya.
Perguruan
Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah.
Sebanyak
171 lembaga.
Dengan
perincian.
1)
82
universitas.
2)
53
sekolah tinggi.
3)
29 institut.
4)
6
politeknik.
5)
1 akademi.
(sumber muhammadiyah)



.png)