PURA PURA IKUT ARUS PADAHAL TAK HANYUT
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Ada slogan:
“men sana in corpore sano”.
Yaitu dalam tubuh sehat ada jiwa sehat.
Jargon itu dimanfaatkan industri
alat2 olahraga di Eropa.
Pada abad ke-19.
Saat industri kebugaran mau
bangkrut.
Manjur.
Orang-orang berlomba.
Membeli alat olahraga.
Faktanya.
Banyak orang tubuhnya sehat.
Tapi korupsi.
Banyak orang tubuhnya sehat.
Tapi tak bisa antre.
Tak bisa naruh sampah pd
tempatnya.
Stephen Hawking tubuhnya
sakit2an.
Tapi?
Tapi banyak temuan ilmiah
bermanfaat dari fisikawan.
yg tubuhnya sakit2an itu.
Jenderal Sudirman tubuhnya juga
sakit2an.
Chairil Anwar sakit2an tubuhnya.
Tapi puisinya?
Sehingga pihak rektorat.
Lebih suka mahasiswa aktif di UKM
olahraga.
Ketimbang UKM teater, sastra.
Kelompok diskusi sosial-politik.
Dan sejenisnya.
Biasanya aktivis olahraga.
Tak kritis lagi terhadap bangsa
dan negaranya.
Maka pihak rektorat seneng.
Anak2 teater/sastra.
Yang biasanya ringkih, kumal.
Dan kurang tidur.
Malah potensial jadi pendemo.
Ah, sudah lah.
Arusnya memang lagi begitu.
Semua tertipu oleh:
“Men Sana in Copore Sano”...
Toh hidup tak selalu harus menentang arus..
Juga perlu:
NGELI NING ORA KELI.
Menghanyut.
Tapi tak terhanyut.
Pura2 ikut arus.
Tertipu “men sana ..”
Tapi tak harus terhanyut.
Tak harus terhanyut.
Sepeda mahal.
Kostum mahal.
Dan sejenisnya.
Salam NGELI NING ORA KELI.
Penguasa ingin masyarakat pasif.
Terhadap ketidakadilan sosial?
Caranya.
Gampang suruh masyarakat olahraga.
Dukung dan fasilitasi seluruh kegiatan masyarakat.
Utk berolahraga.
Jangan dukung aktivitas sastra, teater.
Dan kesenian mereka.
Masyarakat akan sehat dan anteng
(Sumber Sujiwo Tejo)


