Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label SEJARAH HARAKAT TANDA BACA QURAN. Show all posts
Showing posts with label SEJARAH HARAKAT TANDA BACA QURAN. Show all posts

Sunday, May 25, 2025

40761. SEJARAH HARAKAT TANDA BACA QURAN

 


SEJARAH HARAKAT TANDA BACA ALQURAN  

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM

 

 

 

Harakat (حركات)

Yaitu tanda baca dalam tulisan Arab.

 

Untuk menunjukkan vocal.

Membantu pengucapan kata.

Secara tepat.

 

Dalam konteks Al-Qur'an.

Harakat sangat penting.

 

Membantu orang non-Arab.

1)        Mengucapkan dengan benar.

 

2)        Melafalkan ayat Al-Qur’an dengan tepat.

 

 

Sejarah ringkas harakat dalam Al-Qur’an.

 

A.       Zaman Nabi Muhammad SAW.

 

Zaman Nabi Muhammad SAW.

Al-Quran ditulis:

 

1)        Tanpa harakat.

2)        Tanpa titik.

3)        Tanpa tanda baca.

 

Cara Nabi Muhammmad menyampaikan wahyu pada para sahabatnya.

 

Yaitu:

1)        Mengucapkan langsung.

2)        Mengajarkan dalam majelis.

 

3)        Menyuruh para sahabat untuk menulis.

 

4)        Memberi contoh dalam perbuatan.

 

5)        Menjawab pertanyaan.

6)        Lewat khotbah dan pengajaran umum.

 

1.         Membacakan Langsung Ayat-ayat Al-Qur'an.

 

Setelah menerima wahyu dari Allah.

Melalui Malaikat Jibril.

 

Nabi Muhammad langsung mengucapkan  pada para sahabat.

 

Nabi menyampaikan secara lisan.

Dengan penuh hati-hati.

 

Agar para sahabat dapat:

 

1)             Mendengar.

2)             Menghafal.

3)             memahami isi wahyu.

 

2.         Nabi mengajar dalam majelis.

 

Nabi Muhammad sering mengadakan majelis ilmu.

Nabi duduk bersama para sahabat.

Untuk menjelaskan isi wahyu.

 

Dalam majelis ini.

Nabi Muhammad :

 

1)        Membacakan ayat.

2)        Menafsirkan.

 

3)        Menjelaskan makna.

4)        Cara mengamalkan.

 

3.         Melalui Penulisan Wahyu.

 

Rasulullah menunjuk beberapa sahabat.

Sebagai penulis wahyu.

 

Seperti:

 

1)        Zaid bin Tsabit.

2)        Muawiyah bin Abi Sufyan.

3)        Ubay bin Ka’ab.

 

Setelah wahyu turun.

Nabi menyuruh mereka menuliskannya.

 

Dan menunjukkan di mana posisi ayat.

Dalam susunan Al-Qur’an.

 

4.        Nabi memberi contoh dalam perbuatan.

 

Selain menyampaikan secara verbal.

Nabi juga menyampaikan wahyu.

 

Lewat perilaku dan perbuatan.

Terutama ayat bersifat praktik.

 

Seperti tata cara:

1)        Salat.

2)        Puasa.

3)        Muamalah.

 

Disebut sunah fi’liyah (perbuatan Nabi).

 

5.        Nabi menjawab pertanyaan.

 

Terkadang wahyu turun.

Sebagai jawaban atas pertanyaan.

 

Nabi memberi jawaban.

Sesuai wahyu dari Allah.

 

Misalnya.

Para sahabat bertanya tentang:

 

1)        Roh.

1)        Hukum tertentu.

 

6.        Nabi menyampaikan dalam khotbah dan pengajaran umum.

 

Nabi Muhammad menyampaikan wahyu melalui:

 

1)        Khotbah Jumat.

2)        Khotbah Idul Fitri.

 

3)        Khotbah Idul Adha.

4)        Pengajaran umum.

 

Kepada masyarakat luas.

Agar semua bisa memahami isi wahyu.

 

Termasuk yang tidak hadir.

Dalam majelis khusus.

 

Contohnya.

Turun wahyu larangan riba.

 QS. Al-Baqarah (2:275-279).

 

Nabi membacakan pada para sahabat.

Dan menjelaskan dampaknya.

 

Para sahabat segera meninggalkan praktik riba.

 

Harakat Quran zaman Nabi.

 

Warga Arab saat itu.

Fasih berbahasa Arab.

 

Mereka tak butuh tanda baca.

Untuk memahami makna.

 

Pada zaman Nabi Muhammad.

Tanda baca (harakat) dalam Al-Qur’an.

Belum ada.

 

 Tulisan Arab pada masa Nabi.

 

1)        Hanya berupa huruf.

2)        Tanpa harakat.

 

3)        Tanpa titik.

4)        Tanpa tanda baca lainnya.

 

Keterangan.

Bahasa Arab murni dipakai saat itu.

Sudah sangat dipahami oleh warga Arab.

 

Tak perlu bantuan harakat.

Untuk membaca dengan benar.

 

Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang fasih.

 

Para sahabat mengandalkan:

1)        Hafalan.

2)        Talaqqi.

3)        Musyafahah.

 

Secara langsung dari Nabi Muhammad SAW.

Kesalahan dalam bacaan.

 

Hampir tidak terjadi.

Sebab bacaan diajarkan langsung.

 

Secara lisan oleh Nabi.

Dan diulang-ulang oleh para sahabat.

 

Artinya talaqqi dan musyafahah.

Dalam konteks belajar Al-Qur’an:

 

1.        Talaqqi (تلقِّي)

Yaitu menerima secara langsung.

 

Dalam konteks ilmu Al-Qur’an.

Talaqqi.

 

Artinya:  

1)        Menerima bacaan Al-Qur’an.

2)        Secara langsung dari guru (syekh/qari).

 

3)        Guru punya sanad atau ijazah.

4)        Bersambung sampai Rasulullah SAW.

 

Proses ini menjamin:

 

1)        Keaslian bacaan.

2)        Pelafalan benar.

 

Sesuai riwayat yang sahih.

 

2.        Musyafahah (مشافهة)

Yaitu bertatap muka atau lisan.

Secara langsung.

 

Musyafahah berasal dari kata "syafah" (شفه) .

Artinya “bibir”.

 

Musyafahah.

Yaitu:

 

1)        Belajar langsung.

2)        Dari mulut ke mulut.

 

3)        Melihat dan mendengar langsung.

4)        Cara guru melafalkan Al-Qur’an.

 

5)        Penting menjaga tajwid dan makhraj huruf secara tepat.

 

Kombinasi Talaqqi Musyafahah:

 

1)        Keduanya sering digabung.

 

2)        Talaqqi.

Menjamin sanad dan metode pengajaran turun-temurun.

 

3)        Musyafahah.

Menjamin pelafalan benar.

Lewat pengawasan langsung.

 

Kesimpulan:

 

1.        Harakat belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW.

 

2.        Pada zaman Nabi Muhammad.

Mushaf hanya berisi:

 

1)        Huruf hijaiyah.

2)        Tanpa titik .

3)        Tanpa tanda vokal.

 

3.        Harakat baru ditambahkan puluhan tahun setelah wafatnya Nabi.

 

4.        Ketika Islam menyebar ke bangsa non-Arab.

 

Zaman 4 Khalifah.

Masa Khulafaur Rasyidin

 

Islam menyebar ke luar Arab.

Banyak orang non-Arab (ajam).

 

1)        Masuk Islam.

2)        Belajar membaca Al-Qur’an.

 

Kesalahan dalam bacaan Al-Qur’an.

Mulai muncul.

 

Mereka sulit membedakan lafaz.

Tanpa tanda bantu.

 

Penambahan Harakat Al-Quran.

 

1.        Abu Aswad Du'ali (wafat. 688 M)

 

Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Abu al-Aswad ad-Du'ali.

 

Ahli bahasa Arab.

Diperintahkan untuk menyusun kaidah nahwu.

 

Dan menambah sistem tanda baca dalam Al-Qur’an.

 

Harakat awal ini.

Berupa titik berwarna:

 

1)        Titik di atas huruf:

Fathah (a)

 

2)        Titik di bawah huruf:

Kasrah (i)

 

3)        Titik di samping huruf.

Dhammah (u)

 

4)        Dua titik:

Tanwin

 

Penyempurnaan Khalil bin Ahmad Farahidi (wafat. 791 M)

 

Khalil mengganti sistem titik berwarna.

Menjadi simbol harakat.

 

Seperti sekarang ini.

Yaitu berupa:

 

1)        Fathah (َ )

2)        Kasrah (ِ )

 

3)        Dhammah (ُ )

4)        Sukun (ْ )

 

5)        Tanwin (ً ٍ ٌ)

6)        Tasydid (ّ)

 

Dia juga memperkenalkan:

 

1)        Tanda-tanda tajwid.

2)        Memperkuat sistem penulisan Al-Qur’an.

3)        Agar lebih standar.

 

Harakat dalam Al-Qur'an.

Yaitu tanda baca menunjukkan vocal.

 

Contoh.

1)        Fatḥah (َ):

Menunjukkan vokal /a/

Seperti pada kata رَحْمٰنِ (Raḥmān). 

 

Huruf "ر" dibaca dengan bunyi "ra"

Karena punya fathah di atasnya.

 

 

2)        Kasrah (ِ):

Menunjukkan vokal /i/

Seperti pada kata رَحِيْمِ (Raḥīm).

 

Huruf "ي" dibaca dengan bunyi "iim" .

Karena punya kasrah di bawahnya.

 

3)        Ḍammah (ُ):

Menunjukkan vokal /u/

Seperti pada kata كُلُّ (kullu).

 

Huruf "ل" dibaca dengan bunyi "lu"

Karena punya ḍammah di atasnya.

 

4)        Sukun (ْ):

Menunjukkan tidak adanya vokal pada huruf itu.

 

 Contohnya huruf "ن".

Dalam kata رَحْمٰنِ (Raḥmān).

 

Punya sukun di bawahnya.

Dibaca tanpa vokal tambahan.

 

Contoh di atas.

Hanya sebagian kecil.

Penggunaan harakat dalam Al-Qur'an. 

 

Kombinasi berbagai harakat dan sukun.

Membentuk berbagai macam kata dan kalimat.

 

Dengan pengucapan berbeda-beda.

 

  Pemahaman tepat tentang harakat.

 

Sangat penting untuk membaca Al-Qur'an.

Dengan tajwid yang benar.

 

Contoh ayat Al-Quran.

Ditulis tanpa harakat (gundul):

 

Al-Fatihah ayat 1:*

بسم الله الرحمن الرحيم

 

Al-Fatihah ayat 2:*

الحمد لله رب العالمين

 

Al-Baqarah ayat 1-2:*

الم

ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين

 

Al-Ikhlas (seluruh surah):*

قل هو الله احد

الله الصمد

لم يلد ولم يولد

ولم يكن له كفوا احد

 

An-Nas ayat 1:*

قل اعوذ برب الناس

 

Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi - sebagian):*

الله لا اله الا هو الحي القيوم لا تاخذه سنة ولا نوم

 

Penulisan Al-Quran tanpa harakat.

Ditemukan dalam mushaf klasik.

 

Masih dipakai belajar baca Al-Quran.

Melatih kemampuan membaca.

Tanpa bantuan tanda baca.

 

 

Sumber

1)        ChatGPT.

2)        Copilot.

3)        Cici.

4)        Claude.