Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, July 3, 2017

122. BISMILLAH

DENGAN MEMBACA BASMALAH,
KITA MULAI SEMUA KEGIATAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

            Mari kita selalu memulai setiap kegiatan dengan membaca “Basmalah.” Yaitu ucapan “Bismillahi rahmani rahim.” Bi ismi Allah Al-Rahman Al-Rahim. Yang artinya “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.
      Dengan membaca “Basmalah”, bukan sekedar mengharapkan “berkah.” Tetapi, kita juga diharapkan menghayati maknanya. Sehingga mampu menghasilkan sikap, perilaku, pengetahuan, dan hasil karya yang positif.
      Profesor Quraish Shihab menjelaskan makna “Basmalah”. Kata “bi’ diterjemahkan “dengan” yang dikaitkan dengan kegiatan memulai sesuatu. Sehingga setiap orang yang mengucapkan basmalah, pada hakikatnya berkata,”Dengan nama Allah atau Demi Allah, saya memulai pekerjaan ini”.
      Ketika seseorang berkata,”Demi Allah, saya memulai kegiatan ini”. Maka pekerjaan tersebut pasti tak akan merugikan pihak mana pun. Dengan mengucapkan “Dengan nama Allah”, berarti kita membentengi diri dan pekerjaan kita dari godaan nafsu dan ambisi pribadi. 
      Kata “bi” juga dikaitkan dengan “kekuasaan dan pertolongan.” Sehingga semua orang yang mengucapkan “basmalah”, juga menyadari pekerjaan yang dilakukannya bisa terlaksana dan dapat selesai dengan baik, semuanya atas izin dan bantuan Allah.
     Dengan permohonan itu, dalam diri si pengucap tertanam jiwa sebagai makhluk yang lemah di hadapan Allah. Tetapi, pada saat yang sama, tertanam pula kekuatan, perasaan percaya diri, dan sikap optimis dalam menghadapi segala hal.
      Apabila suatu pekerjaan dilakukan atas nama Allah, pastilah hasilnya akan sempurna, indah, baik ,dan benar karena sifat-sifat Allah menjiwai dalam pekerjaan tersebut.
     Allah memiliki sifat Maha Sempurna. Dalam ucapan basmalah, terdapat dua sifat yang ditonjolkan. Yaitu sifat Al-Rahman dan Al-Rahim.
      Sifat Al-Rahman berupa curahan rahmat yang diberikan kepada semua makhluk Allah, dan kepada seluruh alam raya. Karunia rahmat ini diberikan kepada semua manusia yang beriman maupun yang tidak beriman.
      Sifat Al-Rahim merupakan curahan rahmat yang diberikan hanya untuk orang-orang yang beriman saja, di akhirat kelak. Rahmat yang hanya diberikan kepada orang yang melaksanakan semua perintah Allah, dan menjauhi segala larangan Allah.
      Kedua sifat tersebut, yaitu sifat Al-Rahman dan sifat Al-Rahim. Selalu diusahakan oleh orang yang mengucap basmalah dalam setiap memulai pekerjaannya. Kasih sayangnya dicurahkan bukan hanya untuk sesama muslim saja, tetapi juga diberikan kepada sesama manusia. Bahkan kepada sesama mahkluk Allah.  Termasuk kepada hewan dan tumbuhan.
      Mengucapkan basmalah pada saat kita akan mulai menulis. Niscaya tulisan kita akan menjadi indah dan benar. Kasih sayang akan tercurah dalam tulisan kita. Sehingga tulisan kita akan bermanfaat. Tak menjadi tulisan sia-sia.
     Mengucapkan basmalah saat kita akan memakai pakaian, berjalan, belajar, bekerja, dan berbaring, dan sebagainya. Agar kasih sayang Allah tercurah kepada kita dan kita mampu mencurahkan kasih saying kepada yang lain.
      Jadi, marilah kita biasakan mengucapkan basmalah, saat akan mulai berbuat apa pun. Agar kita bisa mendapatkan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Amin.
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

122. BISMILLAH

DENGAN MEMBACA BASMALAH,
KITA MULAI SEMUA KEGIATAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

Mari kita selalu memulai setiap kegiatan dengan membaca “Basmalah.” Yaitu ucapan “Bismillahi rahmani rahim.” Bi ismi Allah Al-Rahman Al-Rahim. Yang artinya “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.
      Dengan membaca “Basmalah”, bukan sekedar mengharapkan “berkah.” Tetapi, kita juga diharapkan menghayati maknanya. Sehingga mampu menghasilkan sikap, perilaku, pengetahuan, dan hasil karya yang positif.
      Profesor Quraish Shihab menjelaskan makna “Basmalah”. Kata “bi’ diterjemahkan “dengan” yang dikaitkan dengan kegiatan memulai sesuatu. Sehingga setiap orang yang mengucapkan basmalah, pada hakikatnya berkata,”Dengan nama Allah atau Demi Allah, saya memulai pekerjaan ini”.
      Ketika seseorang berkata,”Demi Allah, saya memulai kegiatan ini”. Maka pekerjaan tersebut pasti tak akan merugikan pihak mana pun. Dengan mengucapkan “Dengan nama Allah”, berarti kita membentengi diri dan pekerjaan kita dari godaan nafsu dan ambisi pribadi. 
      Kata “bi” juga dikaitkan dengan “kekuasaan dan pertolongan.” Sehingga semua orang yang mengucapkan “basmalah”, juga menyadari pekerjaan yang dilakukannya bisa terlaksana dan dapat selesai dengan baik, semuanya atas izin dan bantuan Allah.
     Dengan permohonan itu, dalam diri si pengucap tertanam jiwa sebagai makhluk yang lemah di hadapan Allah. Tetapi, pada saat yang sama, tertanam pula kekuatan, perasaan percaya diri, dan sikap optimis dalam menghadapi segala hal.
      Apabila suatu pekerjaan dilakukan atas nama Allah, pastilah hasilnya akan sempurna, indah, baik ,dan benar karena sifat-sifat Allah menjiwai dalam pekerjaan tersebut.
     Allah memiliki sifat Maha Sempurna. Dalam ucapan basmalah, terdapat dua sifat yang ditonjolkan. Yaitu sifat Al-Rahman dan Al-Rahim.
      Sifat Al-Rahman berupa curahan rahmat yang diberikan kepada semua makhluk Allah, dan kepada seluruh alam raya. Karunia rahmat ini diberikan kepada semua manusia yang beriman maupun yang tidak beriman.
      Sifat Al-Rahim merupakan curahan rahmat yang diberikan hanya untuk orang-orang yang beriman saja, di akhirat kelak. Rahmat yang hanya diberikan kepada orang yang melaksanakan semua perintah Allah, dan menjauhi segala larangan Allah.
      Kedua sifat tersebut, yaitu sifat Al-Rahman dan sifat Al-Rahim. Selalu diusahakan oleh orang yang mengucap basmalah dalam setiap memulai pekerjaannya. Kasih sayangnya dicurahkan bukan hanya untuk sesama muslim saja, tetapi juga diberikan kepada sesama manusia. Bahkan kepada sesama mahkluk Allah.  Termasuk kepada hewan dan tumbuhan.
      Mengucapkan basmalah pada saat kita akan mulai menulis. Niscaya tulisan kita akan menjadi indah dan benar. Kasih sayang akan tercurah dalam tulisan kita. Sehingga tulisan kita akan bermanfaat. Tak menjadi tulisan sia-sia.
     Mengucapkan basmalah saat kita akan memakai pakaian, berjalan, belajar, bekerja, dan berbaring, dan sebagainya. Agar kasih sayang Allah tercurah kepada kita dan kita mampu mencurahkan kasih saying kepada yang lain.
      Jadi, marilah kita biasakan mengucapkan basmalah, saat akan mulai berbuat apa pun. Agar kita bisa mendapatkan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Amin.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

Sunday, July 2, 2017

121. ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka

1.      Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

121. ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka

1.      Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

121. ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka

1.      Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

121.ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

121. ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

121. ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

121. ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

121. ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

121. ALQURAN

ALQURAN, BACAAN YANG MULIA DAN SEMPURNA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Profesor Quraish Shihab menjelaskan pengertian Al-Quran. “Al-Quran” secara harfiah bermakna “Bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. “Al-Quran Al-Karim” berarti “Bacaan yang mahasempurna dan mahamulia.” 
     Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan bacaan “Al-Quran”, tak hanya bisa dipahami oleh para ahli. Tetapi, juga dapat dipahami oleh orang yang menggunakan “sedikit” pikirannya.
      Ustad Felix Siauw menyatakan Al-Quran sebuah kitab yang “sombong”. Biasanya semua buku atau tulisan apa pun. Terdapat pengantar berupa permintaan “mohon saran dan kritik”. Tetapi, Al-Quran amat yakin dengan kebenaran dirinya. Sangat percaya diri, tak ada keraguan di dalamnya. Tak akan dijumpai kesalahan padanya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 2. “Kitab Al-Quran ini, TIDAK ADA KERAGUAN padanya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib. Yang mendirikan salat. Menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.“
      Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang dibaca orang sejak ribuan tahun lalu. Sebuah “buku” yang dibaca oleh orang yang memahami artinya maupun orang yang tak mengerti artinya.  Yang lebih aneh, dalam kejuaraan internasional. Pemenang “Lomba Bacaan Al-Quran”, bukan orang yang berasal dari negeri berbahasa Arab.
        Juara MTQ internasional sering dimenangkan orang Indonesia. Padahal, orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tak menggunakan bahasa Arab. Tentu saja, bahasa ibu orang Indonesia bukan bahasa Arab.
      Cuma Al-Quran sebuah “buku” yang dipelajari dan diketahui sejarahnya. Bukan sekedar secara umum, tetapi diketahui sejarahnya ayat demi ayat. Kapan turunnya, tahun berapa, bulan apa, musim apa, dan pada siang hari atau malam hari, serta dalam kondisi bagaimana?. Sungguh, Al-Quran merupakan “buku” yang luar biasa.
       Hanya Al-Quran sebuah “buku” yang  dipelajari secara terperinci redaksinya. Bukan hanya dalam penetapan kata per kata. Bentuk susunannya dan pemilihan suatu kata. Tetapi, juga mencakup kandungan arti yang tersurat maupun yang tersirat. Sungguh mengagumkan.
       Cuma A-Quran sebuah buku yang dibaca, dipelajari, dan dijaga beraneka ragam bacaannya. Jumlah model bacaannya lebih dari  sepuluh macam.  Juga, ditetapkan cara membacanya. Kapan harus dibaca panjang, dan kapan harus dibaca pendek?
      Di mana tempat harus berhenti? Di mana dianjurkan berhenti dan di mana dilarang berhenti? Juga, diatur irama dan lagu yang dibolehkan maupun yang dilarang. Sampai kepada sikap orang waktu membaca pun diatur adab dan etikanya. Sungguh luar biasa. 
     Hanya Al-Quran sebuah buku yang diatur penulisan dan dipelajari tata cara penulisannya. Segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini. Sampai mencari rahasia perbedaan kata-kata yang sama. Kemudian ditemukan pertimbangan yang mengagumkan. Dari pemilihan kata-kata tersebut.
     Apakah kita pernah menjumpai sebuah buku yang seperti Al-Quran? Wajarlah apabila kalam Allah yang diturunkan lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad disebut Al-Quran. Yang berarti “Bacaan yang mulia dan sempurna.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

120. RAHMAT

NABI MUHAMMAD,
RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir. Bertepatan 20 April 571 Masehi. Abdullah bin Abdul Muththalib, 25 tahun, ayah Nabi. Meninggal 6 bulan sebelum Nabi lahir. Aminah binti Wahab, ibu Nabi. Berasal dari Madinah.  Abdullah dan Aminah, keduanya berasal dari Bani Abdi Manaf.
       Nabi Muhammad lahir yatim. Hidup dalam lingkungan terbelakang. Namun anak inilah yang namanya disebut-sebut ratusan juta manusia. Disertai decak kagum. Sejak zaman dahulu sampai sekarang. Sungguh luar biasa.
    Nabi Muhammad berbudi amat luhur. Dengan tekun dan sikap ksatria. Nabi menyebarkan rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam. Dengan rahmat itu, terpenuhi semua kebutuhan batin manusia. Menuju ketenangan, kedamaian, dan kesejahteraan.
      Nabi Muhammad menyebarkan kebaikan bagi seluruh alam. Bukan hanya untuk umat Islam saja. Tetapi untuk seluruh umat manusia. Juga, kebaikan untuk seluruh makhluk lainnya. Nabi Muhammad mengajarkan. “Apabila kalian mengendarai seekor binatang. Berikan hak-haknya. Jangan menyiksanya.”
      Nabi bersabda,”Seorang wanita dimasukkan ke dalam neraka. Karena dia mengurung seekor kucing. Dia tidak memberinya makan. Juga, tidak dilepasnya untuk mencari makan”. Pada kesempatan lain. Nabi bersabda,”Seorang yang bergelimang dosa. Diampuni dosa-dosanya oleh Allah. Karena dia memberi minum seekor anjing yang kehausan.” 
      Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bersahabat dengan alam. Nabi tak menggunakan istilah “menundukkan” alam. Karena hal ini dapat menimbulkan kesombongan. Bisa memunculkan sikap sewenang-wenang. Nabi menggunakan istilah “Allah memudahkan alam untuk dikelola manusia.”
      Al-Quran surah Ibrahim. Surah ke-14 ayat 32. “Allah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit. Kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan yang menjadi rezeki untukmu. Dia menundukkan bahtera bagimu, supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya. Dia  menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”
      Nabi berpesan agar tak merusak alam. Nabi melarang memetik buah yang masih mentah. Nabi melarang mengambil buah yang belum matang. Nabi melarang memetik bunga yang belum mekar. Nabi bersabda,”Biarkan semua bunga bermekaran, agar mata menikmati keindahannya. Supaya lebah dapat menghisap sarinya.”
     Nabi mencintai benda-benda yang tak bernyawa. Nabi memberi nama benda yang dimilikinya. Sebuah perisai diberi nama “Al-Fudhul”. Pedang Nabi diberi gelar “Zulfiqar”. Sebuah pelana disebut “Al-Daj.”
       Nabi memberi nama tikarnya dengan “Al-Kuz’. Sebuah cermin disebut “Al-Midallah.” Gelas Nabi diberi nama “Al-Shadir.” Tongkat Nabi dijuluki “Al-Mamsyuk.” Dan yang lainnya.
      Semua barang-barang Nabi diberi nama yang indah. Seolah-olah  benda  tak bernyawa itu mempunyai kepribadian. Membutuhkan uluran perawatan, penjagaan, persahabatan, rahmat, dan “kasih sayang”.
      Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih. Tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
      Beberapa sifat tawon atau lebah. Hinggap di tempat bersih. Menyerap sesuatu yang bersih. Mengeluarkan sesuatu yang bersih. Pekerja keras. Tak merusak yang dihinggapinya. Tak pernah melukai. Jika diganggu, dia akan melawan.
      Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Hanya mengonsumsi yang baik. Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tak suka merusak. Tak senang menyakiti orang lain. Tak akan merusak lingkungannya.
     Nabi Muhammad membawa ajaran Islam yang mulia. Islam agama yang “rahmatan lilalamin”. Yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

120. RAAHMAT

NABI MUHAMMAD,
RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir. Bertepatan 20 April 571 Masehi. Abdullah bin Abdul Muththalib, 25 tahun, ayah Nabi. Meninggal 6 bulan sebelum Nabi lahir. Aminah binti Wahab, ibu Nabi. Berasal dari Madinah.  Abdullah dan Aminah, keduanya berasal dari Bani Abdi Manaf.
       Nabi Muhammad lahir yatim. Hidup dalam lingkungan terbelakang. Namun anak inilah yang namanya disebut-sebut ratusan juta manusia. Disertai decak kagum. Sejak zaman dahulu sampai sekarang. Sungguh luar biasa.
    Nabi Muhammad berbudi amat luhur. Dengan tekun dan sikap ksatria. Nabi menyebarkan rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam. Dengan rahmat itu, terpenuhi semua kebutuhan batin manusia. Menuju ketenangan, kedamaian, dan kesejahteraan.
      Nabi Muhammad menyebarkan kebaikan bagi seluruh alam. Bukan hanya untuk umat Islam saja. Tetapi untuk seluruh umat manusia. Juga, kebaikan untuk seluruh makhluk lainnya. Nabi Muhammad mengajarkan. “Apabila kalian mengendarai seekor binatang. Berikan hak-haknya. Jangan menyiksanya.”
      Nabi bersabda,”Seorang wanita dimasukkan ke dalam neraka. Karena dia mengurung seekor kucing. Dia tidak memberinya makan. Juga, tidak dilepasnya untuk mencari makan”. Pada kesempatan lain. Nabi bersabda,”Seorang yang bergelimang dosa. Diampuni dosa-dosanya oleh Allah. Karena dia memberi minum seekor anjing yang kehausan.” 
      Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bersahabat dengan alam. Nabi tak menggunakan istilah “menundukkan” alam. Karena hal ini dapat menimbulkan kesombongan. Bisa memunculkan sikap sewenang-wenang. Nabi menggunakan istilah “Allah memudahkan alam untuk dikelola manusia.”
      Al-Quran surah Ibrahim. Surah ke-14 ayat 32. “Allah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit. Kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan yang menjadi rezeki untukmu. Dia menundukkan bahtera bagimu, supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya. Dia  menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”
      Nabi berpesan agar tak merusak alam. Nabi melarang memetik buah yang masih mentah. Nabi melarang mengambil buah yang belum matang. Nabi melarang memetik bunga yang belum mekar. Nabi bersabda,”Biarkan semua bunga bermekaran, agar mata menikmati keindahannya. Supaya lebah dapat menghisap sarinya.”
     Nabi mencintai benda-benda yang tak bernyawa. Nabi memberi nama benda yang dimilikinya. Sebuah perisai diberi nama “Al-Fudhul”. Pedang Nabi diberi gelar “Zulfiqar”. Sebuah pelana disebut “Al-Daj.”
       Nabi memberi nama tikarnya dengan “Al-Kuz’. Sebuah cermin disebut “Al-Midallah.” Gelas Nabi diberi nama “Al-Shadir.” Tongkat Nabi dijuluki “Al-Mamsyuk.” Dan yang lainnya.
      Semua barang-barang Nabi diberi nama yang indah. Seolah-olah  benda  tak bernyawa itu mempunyai kepribadian. Membutuhkan uluran perawatan, penjagaan, persahabatan, rahmat, dan “kasih sayang”.
      Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih. Tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
      Beberapa sifat tawon atau lebah. Hinggap di tempat bersih. Menyerap sesuatu yang bersih. Mengeluarkan sesuatu yang bersih. Pekerja keras. Tak merusak yang dihinggapinya. Tak pernah melukai. Jika diganggu, dia akan melawan.
      Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Hanya mengonsumsi yang baik. Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tak suka merusak. Tak senang menyakiti orang lain. Tak akan merusak lingkungannya.
     Nabi Muhammad membawa ajaran Islam yang mulia. Islam agama yang “rahmatan lilalamin”. Yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.