Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Sunday, August 6, 2017

178. BADUI PINTAR

ORANG BADUI YANG “BODOH” TETAPI “PINTAR”
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

 
      Seorang lelaki Badui tinggal di pedalaman yang jauh dari pusat keramaian kota. Dia berada di daerah terpencil di pelosok pedesaan.
      Tempat tinggalnya termasuk daerah terpencil, terjauh dan terluar. Wilayahnya sulit terjangkau. Dia tidak berpendidikaan dan orang “bodoh”. Dia tidak pernah “makan” sekolah.
      Si Badui datang menjumpai Nabi. Badui bertanya, “Wahai Nabi, siapakah yang mengurus hisabnya seluruh makhluk?” “Allah”, jawab Nabi. “Apakah Allah mengurusnya seorang diri?” Tanya Si Badui. “Ya,” jawab Nabi.
      Mendengarkan jawaban Nabi, si Badui tersenyum puas, dan tampaknya dia amat gembira. Nabi bertanya, “Mengapa engkau tersenyum, Wahai orang Badui?” Badui menjawab, “Seorang yang pemurah, jika menghisab pasti akan banyak memaafkan.”
     Si Badui melanjutkan,”Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun. Jika Allah menghisab manusia pasti akan banyak memaafkan, dan banyak memberi ampunan.” Nabi tersenyum mendengarkan jawabannya.
     Nabi bersabda,”Engkau benar, tidak ada yang lebih pemurah dibandingkan dengan Allah.  Allah Maha Pemurah dan Maha Pengampun.”
     Si Badui mengucapkan terima kasih kepada Nabi dan pamit pulang dengan riang gembira. Nabi bersabda, “Dia sungguh pintar.”
Sumber :
1. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2. Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran. Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3. Kisah Para Sahabat.

178. BADUI PINTAR

ORANG BADUI YANG “BODOH” TETAPI “PINTAR”
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

 
      Seorang lelaki Badui tinggal di pedalaman yang jauh dari pusat keramaian kota. Dia berada di daerah terpencil di pelosok pedesaan.
      Tempat tinggalnya termasuk daerah terpencil, terjauh dan terluar. Wilayahnya sulit terjangkau. Dia tidak berpendidikaan dan orang “bodoh”. Dia tidak pernah “makan” sekolah.
      Si Badui datang menjumpai Nabi. Badui bertanya, “Wahai Nabi, siapakah yang mengurus hisabnya seluruh makhluk?” “Allah”, jawab Nabi. “Apakah Allah mengurusnya seorang diri?” Tanya Si Badui. “Ya,” jawab Nabi.
      Mendengarkan jawaban Nabi, si Badui tersenyum puas, dan tampaknya dia amat gembira. Nabi bertanya, “Mengapa engkau tersenyum, Wahai orang Badui?” Badui menjawab, “Seorang yang pemurah, jika menghisab pasti akan banyak memaafkan.”
     Si Badui melanjutkan,”Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun. Jika Allah menghisab manusia pasti akan banyak memaafkan, dan banyak memberi ampunan.” Nabi tersenyum mendengarkan jawabannya.
     Nabi bersabda,”Engkau benar, tidak ada yang lebih pemurah dibandingkan dengan Allah.  Allah Maha Pemurah dan Maha Pengampun.”
     Si Badui mengucapkan terima kasih kepada Nabi dan pamit pulang dengan riang gembira. Nabi bersabda, “Dia sungguh pintar.”
Sumber :
1. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2. Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran. Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3. Kisah Para Sahabat.

Saturday, August 5, 2017

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

.177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

177. BERANI

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Tiga orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, mereka sedang berzikir dan membaca Al-Quran. Mereka duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri; Pak Toni, duduk di tengah; sedangkan  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang baik, Pak Toni lebih baik, Pak Sanusi sangat baik.
     Ali Baba datang menghampiri mereka dari arah depan. Ali Baba ingin membuktikan orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang yang paling kiri, dia menghampiri Pak Joko. “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban, karena Pak Joko sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak!” Pak Joko tidak bereaksi. Pak Joko diam saja, Pak Joko orang baik, dan tidak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tidak ingin membalas orang yang menyakitinya. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, yaitu Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tidak terdengar jawaban. Pak Toni sedang khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak!” Pak Toni berkata lembut, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tidak merasa tersakiti, dan tidak mau membalas orang yang menyakitinya. PakToni malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, yaitu Pak Sanusi. Ali Baba ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya.
     Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tidak terdengar jawaban. Pak Sanusi sedang khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak!” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak! Plak! “ Pak Sanusi membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah MENGHUKUM SEMUA orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TIDAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San. Semuanya orang saleh, semuanya orang baik. Mari berdoa semoga semua orang yang baik, orang yang lebih baik, dan orang sangat baik, bisa akur dan rukun. Amin.

176. SIAR

MENGAPA ISLAM DISEBARKAN DARI MEKAH?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

     Beberapa orang bertanya,”Mengapa agama Islam disebarkan dari Mekah, Arab Saudi? Tolong dijelaskan, mengapa agama Islam disiarkan dari Mekah, Arab Saudi? Profesor Quraish Shihab mencoba menjawabnya.
      Apabila seseorang ingin menyampaikan “pesan” ke seluruh dunia. Sebaiknya memilih tempat yang berada di tengah-tengah, dan mencari daerah yang strategis, serta lokasi yang memudahkan “pesan” tersebar kemana-mana. Sehingga “nasihat” cepat menyebar ke segala penjuru.
     Hindari tempat yang berpotensi mengganggu dan jauhi lokasi yang terdapat kekuatan yang bisa menghalangi.  Pilih tempat yang tidak merugikan dan pilih orang yang simpatik, berwibawa, dan berkemampuan.  Pilih orang yang memiliki daya tarik tersendiri, sehingga  “pesan” mudah tersiar dan gampang menyebar.
      Mekah dan Madinah berada di Arab Saudi. Termasuk wilayah Timur Tengah. Timur Tengah berada di tengah-tengah peta dunia.  Dr. Zakir Naik, ahli perbandingan agama yang berasal dari India berpendapat bahwa peta dunia pertama dibuat oleh orang Islam. Kutub Selatan diletakkan di atas peta dan Kutub Utara berada di bawah peta. Mekah berada di tengah-tengah peta dunia.
      Orang Barat membuat peta dunia. Kutub Utara diletakkan di atas peta dan Kutub Selatan berada di bawah peta. Mekah tetap berada di tengah-tengah dunia. Jadi, menurut peta yang dibuat orang Islam maupun orang Barat, Mekah tetap berada di tengah-tengah peta dunia.
     Timur Tengah merupakan jalur penghubung antara timur dan barat, maka sangat wajar Mekah dan Madinah menjadi pilihan tempat diturunkan wahyu Allah yang terakhir.
     Pada zaman Nabi Muhammad, pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi, terdapat dua kerajaan raksasa, yaitu Kerajaan Persia dan Romawi. Pemimpin dan masyarakat Persia menyembah api, sedangkan Raja dan rakyat Romawi beragama Kristen.
     Kedua adidaya selalu bersaing memperebutkan daerah kekuasaan untuk memperluas wilayah jajahan. Masa itu, wilayah Hejaz di Timur Tengah belum dikuasai siapa pun. Meskipun, Raja Abrahah dengan pasukan gajahnya sudah mencoba menaklukkan Mekah. Tetapi usahanya gagal, karena diserang ribuan burung Ababil.
     Seandainya, agama Islam dikumandangkan di wilayah Kerajaan Persia atau di daerah kekuasaan Kerajaan Romawi, yang  berbeda keyakinan dengan agama Islam, maka semua pengikutnya pasti akan ditumpas, dan umat Islam akan habis tidak bersisa.
       Wilayah Timur Tengah kala itu belum dikuasai siapa pun, dan banyak kelompok kecil yang saling bermusuhan. Perang antarsuku sering terjadi dan belum ada pemenang yang dominan. Tidak ada kepala suku yang menguasai daerah Timur Tengah.
     Mekah adalah pusat daerah Hejaz tempat para pedagang dan seniman berkumpul memamerkan hasil karya mereka.  Wilayah Mekah tempat bertemu kafilah “antarnegara”. Tempat berjumpa kafilah dari utara dan selatan dan lokasi berkumpul para “turis” lokal maupun mancanegara dari barat dan timur.
      Al-Quran surah Qurasy, surah ke-106 ayat 1-2. “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, yang suka bepergian pada musim dingin dan musim panas.”
      Penduduk Mekah sering bepergian pada musim dingin dan musim panas. Mereka pergi ke wilayah Romawi dan Persia. Hal ini, akan memudahkan penyebaran agama Islam ke seluruh dunia.
      Faktor lain yang mendukung adalah penduduk Mekah zaman itu belum banyak disentuh peradaban. Waktu itu, masyarakat Mekah belum mengenal sifat “munafik” atau  “bermuka dua”.  Watak penduduk Mekah sangat keras kepala dan ungkapan lidah mereka amat tajam.
      Al-Quran surah Al-Ahzab, surah ke-33 ayat 19. “Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan (bahaya). Kamu lihat mereka memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik. Seperti orang yang pingsan karena akan mati. Apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam. Sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
      Penduduk Mekah amat kuat memegang pendiriannya. Meskipun ditekan, diancam,  disiksa, dan dibunuh. Mereka tetap teguh memegang keyakinannya. Walaupun agama Islam  membolehkan berpura-pura asalkan hatinya tetap beriman.
      Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 106. “Barangsiapa kafir kepada Allah, sesudah dia beriman. Dia mendapat kemurkaan Allah. Kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap beriman. Dia tidak berdosa. Tetapi, orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran. Kemurkaan Allah menimpanya. Dan baginya azab yang besar.”
       Sifat orang munafik baru muncul di Madinah. Entahlah, bagaimana perkembangan agama Islam apabila pada awal perkembangannya sudah ada  orang yang munafik?
      Suku Quraisy amat berpengaruh di Mekah. Bahasa dan dialeknya amat indah. Suku Quraisy memiliki dua keluarga besar yaitu Bani Hasyim dan Bani Umayah. Keduanya bersumber dari keluarga yang sama, tetapi amat  berbeda watak dan perilakunya.
      Bani Hasyim terkenal budiman, gagah, dan taat beragama, sedangkan Bani Umayah adalah politikus, pekerja ambisius, dan penuh tipu daya. Keluarga siapakah yang pantas menerima tugas kenabian? Jawabnya, tentu saja, keluarga Bani Hasyim.
      Nabi Muhammad terpilih menjadi nabi, karena berasal dari keluarga Bani Hasyim. Orangnya gagah, simpatik, berwibawa, dan penuh pesona. Nabi Muhammad berbudi pekerti sangat luhur. Al-Quran surah Al-Qalam, surah ke-68 ayat 4. “Sungguh, kamu Muhammad, benar-benar berbudi pekerti luhur.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.