Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, December 4, 2017

542. CINTA

MEMAHAMI CINTA DAN BENCI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cinta dan benci yang dimiliki oleh seorang manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama bahwa Nabi pernah bersabda,”Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketika dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu secara wajar juga, siapa tahu suatu saat dia akan menjadi kekasihmu”.
      Perasaan cinta dan benci adalah naluri dasar sifat manusia, maka agama Islam memberikan petunjuk menyangkut perasaan cinta dan benci tersebut, seperti pedoman dalam bidang dan potensi manusia yang lain.
      Manusia memiliki kalbu, dan kata “qalbu” (kalbu) yang dalam bahasa aslinya bermakna “bolak-balik”, sehingga “hati” manusia dinamakan “kalbu” karena hati manusia sering kali berubah-ubah, dan mudah terombang-ambing, apalagi hati yang dimiliki oleh manusia tidak memiliki pedoman hidup yang pasti.
     Perasaan cinta dan benci mengisi suatu “ruang dan waktu”, sedangkan “waktu” akan terus berlalu sampai ke anak cucu, sehingga perasaan cinta dan benci pun dapat berlalu sampai ke anak cucu.
    Sungguh aneh, sebelum bercinta, seseorang akan merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”, tetapi ketika bercinta, dia merasakan memiliki segala yang “ada” dan tidak menghiraukan “ada” yang lain, tetapi ketika cintanya putus, dia merasa menjadi “tidak ada” dan hampa.
     Demikianlah cinta dan benci dapat mempermainkan manusia, menurut para ahli perasaan cinta dan persahabatan anak muda didorong oleh usaha untuk memperoleh kelezatan dan kenikmatan.
     Sehingga perasaan cinta dan persahabatan terjadi serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus, sedangkan perasaan cinta dan persahabatan pada orang dewasa adalah untuk memperoleh manfaat yang beragam, sehingga perasaan cinta dan persahabatan umumnya bersifat sementara.
     Menurut sebagian ulama bahwa perjalanan yang paling panjang dalam kehidupan seseorang adalah perjalanan mencari sahabat, karena sahabat bagaikan dirinya sendiri, tetapi fisiknya adalah berupa orang lain.
     Sahabat seperti dirinya sendiri, dan sahabat juga mempunyai “kalbu” yang sering kali berubah-ubah dengan cepat, sehingga dapat dikatakan tidak ada persahabatan yang abadi, apalagi dalam dunia kenikmatan dan kepentingan.
     Al-Quran mejelaskan bahwa para sahabat yang akrab, pada hari kiamat kelak akan saling bermusuhan,  kecuali orang orang yang bertakwa, karena orang bertakwa memiliki pegangan hidup dan tolok ukur yang pasti yang bersumber dari Allah yang Maha Kekal.
      Al-Quran surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 67.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

      “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
    Nasihat di atas sungguh terasa benarnya, misalnya hubungan antara Irak, Iran, dan Kuwait, karena selama delapan tahun terjadi pertumpahan darah antara Irak dengan Iran, dan selama delapan tahun Kuwait memberikan banyak bantuan dana kepada Irak untuk pembiayaan perang.
    Tetapi, dengan serta-merta, Irak yang menjadi teman dengan Kuwait kemarin, berubah menjadi musuh, dan musuh yang kemarin dirangkul agar menjadi teman, serta penyesalan dan permohonan maaf pun mengalir dari orang-orang yang mengutuknya kemarin.
      Al-Quran mengingatkan kepada kita,”Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum medorongmu untuk tidak berlaku adil, tetapi tetap berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

542. CINTA

MEMAHAMI CINTA DAN BENCI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cinta dan benci yang dimiliki oleh seorang manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama bahwa Nabi pernah bersabda,”Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketika dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu secara wajar juga, siapa tahu suatu saat dia akan menjadi kekasihmu”.
      Perasaan cinta dan benci adalah naluri dasar sifat manusia, maka agama Islam memberikan petunjuk menyangkut perasaan cinta dan benci tersebut, seperti pedoman dalam bidang dan potensi manusia yang lain.
      Manusia memiliki kalbu, dan kata “qalbu” (kalbu) yang dalam bahasa aslinya bermakna “bolak-balik”, sehingga “hati” manusia dinamakan “kalbu” karena hati manusia sering kali berubah-ubah, dan mudah terombang-ambing, apalagi hati yang dimiliki oleh manusia tidak memiliki pedoman hidup yang pasti.
     Perasaan cinta dan benci mengisi suatu “ruang dan waktu”, sedangkan “waktu” akan terus berlalu sampai ke anak cucu, sehingga perasaan cinta dan benci pun dapat berlalu sampai ke anak cucu.
    Sungguh aneh, sebelum bercinta, seseorang akan merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”, tetapi ketika bercinta, dia merasakan memiliki segala yang “ada” dan tidak menghiraukan “ada” yang lain, tetapi ketika cintanya putus, dia merasa menjadi “tidak ada” dan hampa.
     Demikianlah cinta dan benci dapat mempermainkan manusia, menurut para ahli perasaan cinta dan persahabatan anak muda didorong oleh usaha untuk memperoleh kelezatan dan kenikmatan.
     Sehingga perasaan cinta dan persahabatan terjadi serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus, sedangkan perasaan cinta dan persahabatan pada orang dewasa adalah untuk memperoleh manfaat yang beragam, sehingga perasaan cinta dan persahabatan umumnya bersifat sementara.
     Menurut sebagian ulama bahwa perjalanan yang paling panjang dalam kehidupan seseorang adalah perjalanan mencari sahabat, karena sahabat bagaikan dirinya sendiri, tetapi fisiknya adalah berupa orang lain.
     Sahabat seperti dirinya sendiri, dan sahabat juga mempunyai “kalbu” yang sering kali berubah-ubah dengan cepat, sehingga dapat dikatakan tidak ada persahabatan yang abadi, apalagi dalam dunia kenikmatan dan kepentingan.
     Al-Quran mejelaskan bahwa para sahabat yang akrab, pada hari kiamat kelak akan saling bermusuhan,  kecuali orang orang yang bertakwa, karena orang bertakwa memiliki pegangan hidup dan tolok ukur yang pasti yang bersumber dari Allah yang Maha Kekal.
      Al-Quran surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 67.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

      “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
    Nasihat di atas sungguh terasa benarnya, misalnya hubungan antara Irak, Iran, dan Kuwait, karena selama delapan tahun terjadi pertumpahan darah antara Irak dengan Iran, dan selama delapan tahun Kuwait memberikan banyak bantuan dana kepada Irak untuk pembiayaan perang.
    Tetapi, dengan serta-merta, Irak yang menjadi teman dengan Kuwait kemarin, berubah menjadi musuh, dan musuh yang kemarin dirangkul agar menjadi teman, serta penyesalan dan permohonan maaf pun mengalir dari orang-orang yang mengutuknya kemarin.
      Al-Quran mengingatkan kepada kita,”Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum medorongmu untuk tidak berlaku adil, tetapi tetap berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

542. CINTA

MEMAHAMI CINTA DAN BENCI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cinta dan benci yang dimiliki oleh seorang manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama bahwa Nabi pernah bersabda,”Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketika dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu secara wajar juga, siapa tahu suatu saat dia akan menjadi kekasihmu”.
      Perasaan cinta dan benci adalah naluri dasar sifat manusia, maka agama Islam memberikan petunjuk menyangkut perasaan cinta dan benci tersebut, seperti pedoman dalam bidang dan potensi manusia yang lain.
      Manusia memiliki kalbu, dan kata “qalbu” (kalbu) yang dalam bahasa aslinya bermakna “bolak-balik”, sehingga “hati” manusia dinamakan “kalbu” karena hati manusia sering kali berubah-ubah, dan mudah terombang-ambing, apalagi hati yang dimiliki oleh manusia tidak memiliki pedoman hidup yang pasti.
     Perasaan cinta dan benci mengisi suatu “ruang dan waktu”, sedangkan “waktu” akan terus berlalu sampai ke anak cucu, sehingga perasaan cinta dan benci pun dapat berlalu sampai ke anak cucu.
    Sungguh aneh, sebelum bercinta, seseorang akan merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”, tetapi ketika bercinta, dia merasakan memiliki segala yang “ada” dan tidak menghiraukan “ada” yang lain, tetapi ketika cintanya putus, dia merasa menjadi “tidak ada” dan hampa.
     Demikianlah cinta dan benci dapat mempermainkan manusia, menurut para ahli perasaan cinta dan persahabatan anak muda didorong oleh usaha untuk memperoleh kelezatan dan kenikmatan.
     Sehingga perasaan cinta dan persahabatan terjadi serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus, sedangkan perasaan cinta dan persahabatan pada orang dewasa adalah untuk memperoleh manfaat yang beragam, sehingga perasaan cinta dan persahabatan umumnya bersifat sementara.
     Menurut sebagian ulama bahwa perjalanan yang paling panjang dalam kehidupan seseorang adalah perjalanan mencari sahabat, karena sahabat bagaikan dirinya sendiri, tetapi fisiknya adalah berupa orang lain.
     Sahabat seperti dirinya sendiri, dan sahabat juga mempunyai “kalbu” yang sering kali berubah-ubah dengan cepat, sehingga dapat dikatakan tidak ada persahabatan yang abadi, apalagi dalam dunia kenikmatan dan kepentingan.
     Al-Quran mejelaskan bahwa para sahabat yang akrab, pada hari kiamat kelak akan saling bermusuhan,  kecuali orang orang yang bertakwa, karena orang bertakwa memiliki pegangan hidup dan tolok ukur yang pasti yang bersumber dari Allah yang Maha Kekal.
      Al-Quran surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 67.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

      “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
    Nasihat di atas sungguh terasa benarnya, misalnya hubungan antara Irak, Iran, dan Kuwait, karena selama delapan tahun terjadi pertumpahan darah antara Irak dengan Iran, dan selama delapan tahun Kuwait memberikan banyak bantuan dana kepada Irak untuk pembiayaan perang.
    Tetapi, dengan serta-merta, Irak yang menjadi teman dengan Kuwait kemarin, berubah menjadi musuh, dan musuh yang kemarin dirangkul agar menjadi teman, serta penyesalan dan permohonan maaf pun mengalir dari orang-orang yang mengutuknya kemarin.
      Al-Quran mengingatkan kepada kita,”Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum medorongmu untuk tidak berlaku adil, tetapi tetap berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

542. CINTA

MEMAHAMI CINTA DAN BENCI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cinta dan benci yang dimiliki oleh seorang manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama bahwa Nabi pernah bersabda,”Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketika dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu secara wajar juga, siapa tahu suatu saat dia akan menjadi kekasihmu”.
      Perasaan cinta dan benci adalah naluri dasar sifat manusia, maka agama Islam memberikan petunjuk menyangkut perasaan cinta dan benci tersebut, seperti pedoman dalam bidang dan potensi manusia yang lain.
      Manusia memiliki kalbu, dan kata “qalbu” (kalbu) yang dalam bahasa aslinya bermakna “bolak-balik”, sehingga “hati” manusia dinamakan “kalbu” karena hati manusia sering kali berubah-ubah, dan mudah terombang-ambing, apalagi hati yang dimiliki oleh manusia tidak memiliki pedoman hidup yang pasti.
     Perasaan cinta dan benci mengisi suatu “ruang dan waktu”, sedangkan “waktu” akan terus berlalu sampai ke anak cucu, sehingga perasaan cinta dan benci pun dapat berlalu sampai ke anak cucu.
    Sungguh aneh, sebelum bercinta, seseorang akan merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”, tetapi ketika bercinta, dia merasakan memiliki segala yang “ada” dan tidak menghiraukan “ada” yang lain, tetapi ketika cintanya putus, dia merasa menjadi “tidak ada” dan hampa.
     Demikianlah cinta dan benci dapat mempermainkan manusia, menurut para ahli perasaan cinta dan persahabatan anak muda didorong oleh usaha untuk memperoleh kelezatan dan kenikmatan.
     Sehingga perasaan cinta dan persahabatan terjadi serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus, sedangkan perasaan cinta dan persahabatan pada orang dewasa adalah untuk memperoleh manfaat yang beragam, sehingga perasaan cinta dan persahabatan umumnya bersifat sementara.
     Menurut sebagian ulama bahwa perjalanan yang paling panjang dalam kehidupan seseorang adalah perjalanan mencari sahabat, karena sahabat bagaikan dirinya sendiri, tetapi fisiknya adalah berupa orang lain.
     Sahabat seperti dirinya sendiri, dan sahabat juga mempunyai “kalbu” yang sering kali berubah-ubah dengan cepat, sehingga dapat dikatakan tidak ada persahabatan yang abadi, apalagi dalam dunia kenikmatan dan kepentingan.
     Al-Quran mejelaskan bahwa para sahabat yang akrab, pada hari kiamat kelak akan saling bermusuhan,  kecuali orang orang yang bertakwa, karena orang bertakwa memiliki pegangan hidup dan tolok ukur yang pasti yang bersumber dari Allah yang Maha Kekal.
      Al-Quran surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 67.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

      “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
    Nasihat di atas sungguh terasa benarnya, misalnya hubungan antara Irak, Iran, dan Kuwait, karena selama delapan tahun terjadi pertumpahan darah antara Irak dengan Iran, dan selama delapan tahun Kuwait memberikan banyak bantuan dana kepada Irak untuk pembiayaan perang.
    Tetapi, dengan serta-merta, Irak yang menjadi teman dengan Kuwait kemarin, berubah menjadi musuh, dan musuh yang kemarin dirangkul agar menjadi teman, serta penyesalan dan permohonan maaf pun mengalir dari orang-orang yang mengutuknya kemarin.
      Al-Quran mengingatkan kepada kita,”Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum medorongmu untuk tidak berlaku adil, tetapi tetap berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

542. CINTA

MEMAHAMI CINTA DAN BENCI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cinta dan benci yang dimiliki oleh seorang manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama bahwa Nabi pernah bersabda,”Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketika dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu secara wajar juga, siapa tahu suatu saat dia akan menjadi kekasihmu”.
      Perasaan cinta dan benci adalah naluri dasar sifat manusia, maka agama Islam memberikan petunjuk menyangkut perasaan cinta dan benci tersebut, seperti pedoman dalam bidang dan potensi manusia yang lain.
      Manusia memiliki kalbu, dan kata “qalbu” (kalbu) yang dalam bahasa aslinya bermakna “bolak-balik”, sehingga “hati” manusia dinamakan “kalbu” karena hati manusia sering kali berubah-ubah, dan mudah terombang-ambing, apalagi hati yang dimiliki oleh manusia tidak memiliki pedoman hidup yang pasti.
     Perasaan cinta dan benci mengisi suatu “ruang dan waktu”, sedangkan “waktu” akan terus berlalu sampai ke anak cucu, sehingga perasaan cinta dan benci pun dapat berlalu sampai ke anak cucu.
    Sungguh aneh, sebelum bercinta, seseorang akan merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”, tetapi ketika bercinta, dia merasakan memiliki segala yang “ada” dan tidak menghiraukan “ada” yang lain, tetapi ketika cintanya putus, dia merasa menjadi “tidak ada” dan hampa.
     Demikianlah cinta dan benci dapat mempermainkan manusia, menurut para ahli perasaan cinta dan persahabatan anak muda didorong oleh usaha untuk memperoleh kelezatan dan kenikmatan.
     Sehingga perasaan cinta dan persahabatan terjadi serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus, sedangkan perasaan cinta dan persahabatan pada orang dewasa adalah untuk memperoleh manfaat yang beragam, sehingga perasaan cinta dan persahabatan umumnya bersifat sementara.
     Menurut sebagian ulama bahwa perjalanan yang paling panjang dalam kehidupan seseorang adalah perjalanan mencari sahabat, karena sahabat bagaikan dirinya sendiri, tetapi fisiknya adalah berupa orang lain.
     Sahabat seperti dirinya sendiri, dan sahabat juga mempunyai “kalbu” yang sering kali berubah-ubah dengan cepat, sehingga dapat dikatakan tidak ada persahabatan yang abadi, apalagi dalam dunia kenikmatan dan kepentingan.
     Al-Quran mejelaskan bahwa para sahabat yang akrab, pada hari kiamat kelak akan saling bermusuhan,  kecuali orang orang yang bertakwa, karena orang bertakwa memiliki pegangan hidup dan tolok ukur yang pasti yang bersumber dari Allah yang Maha Kekal.
      Al-Quran surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 67.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

      “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
    Nasihat di atas sungguh terasa benarnya, misalnya hubungan antara Irak, Iran, dan Kuwait, karena selama delapan tahun terjadi pertumpahan darah antara Irak dengan Iran, dan selama delapan tahun Kuwait memberikan banyak bantuan dana kepada Irak untuk pembiayaan perang.
    Tetapi, dengan serta-merta, Irak yang menjadi teman dengan Kuwait kemarin, berubah menjadi musuh, dan musuh yang kemarin dirangkul agar menjadi teman, serta penyesalan dan permohonan maaf pun mengalir dari orang-orang yang mengutuknya kemarin.
      Al-Quran mengingatkan kepada kita,”Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum medorongmu untuk tidak berlaku adil, tetapi tetap berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

542. CINTA

MEMAHAMI CINTA DAN BENCI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cinta dan benci yang dimiliki oleh seorang manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama bahwa Nabi pernah bersabda,”Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketika dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu secara wajar juga, siapa tahu suatu saat dia akan menjadi kekasihmu”.
      Perasaan cinta dan benci adalah naluri dasar sifat manusia, maka agama Islam memberikan petunjuk menyangkut perasaan cinta dan benci tersebut, seperti pedoman dalam bidang dan potensi manusia yang lain.
      Manusia memiliki kalbu, dan kata “qalbu” (kalbu) yang dalam bahasa aslinya bermakna “bolak-balik”, sehingga “hati” manusia dinamakan “kalbu” karena hati manusia sering kali berubah-ubah, dan mudah terombang-ambing, apalagi hati yang dimiliki oleh manusia tidak memiliki pedoman hidup yang pasti.
     Perasaan cinta dan benci mengisi suatu “ruang dan waktu”, sedangkan “waktu” akan terus berlalu sampai ke anak cucu, sehingga perasaan cinta dan benci pun dapat berlalu sampai ke anak cucu.
    Sungguh aneh, sebelum bercinta, seseorang akan merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”, tetapi ketika bercinta, dia merasakan memiliki segala yang “ada” dan tidak menghiraukan “ada” yang lain, tetapi ketika cintanya putus, dia merasa menjadi “tidak ada” dan hampa.
     Demikianlah cinta dan benci dapat mempermainkan manusia, menurut para ahli perasaan cinta dan persahabatan anak muda didorong oleh usaha untuk memperoleh kelezatan dan kenikmatan.
     Sehingga perasaan cinta dan persahabatan terjadi serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus, sedangkan perasaan cinta dan persahabatan pada orang dewasa adalah untuk memperoleh manfaat yang beragam, sehingga perasaan cinta dan persahabatan umumnya bersifat sementara.
     Menurut sebagian ulama bahwa perjalanan yang paling panjang dalam kehidupan seseorang adalah perjalanan mencari sahabat, karena sahabat bagaikan dirinya sendiri, tetapi fisiknya adalah berupa orang lain.
     Sahabat seperti dirinya sendiri, dan sahabat juga mempunyai “kalbu” yang sering kali berubah-ubah dengan cepat, sehingga dapat dikatakan tidak ada persahabatan yang abadi, apalagi dalam dunia kenikmatan dan kepentingan.
     Al-Quran mejelaskan bahwa para sahabat yang akrab, pada hari kiamat kelak akan saling bermusuhan,  kecuali orang orang yang bertakwa, karena orang bertakwa memiliki pegangan hidup dan tolok ukur yang pasti yang bersumber dari Allah yang Maha Kekal.
      Al-Quran surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 67.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

      “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
    Nasihat di atas sungguh terasa benarnya, misalnya hubungan antara Irak, Iran, dan Kuwait, karena selama delapan tahun terjadi pertumpahan darah antara Irak dengan Iran, dan selama delapan tahun Kuwait memberikan banyak bantuan dana kepada Irak untuk pembiayaan perang.
    Tetapi, dengan serta-merta, Irak yang menjadi teman dengan Kuwait kemarin, berubah menjadi musuh, dan musuh yang kemarin dirangkul agar menjadi teman, serta penyesalan dan permohonan maaf pun mengalir dari orang-orang yang mengutuknya kemarin.
      Al-Quran mengingatkan kepada kita,”Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum medorongmu untuk tidak berlaku adil, tetapi tetap berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

541. ROKOK

EGOISME PEROKOK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang egoisme seorang yang merokok?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya, maka apa pun bahaya merokok adalah risiko saya pribadi, dan saya akan menanggungnya sendiri, bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”
     Temannya berkata kepada orang yang merokok,”Maaf Mas, bukan begitu, dalam ajaran agama Islam dan pertimbangan akal manusia, hidup yang kita nikmati adalah pemberian dari Allah, dan diperintahkan oleh Allah digunakan untuk keselamatan dan kesejahteraan diri kita, keluarga, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
      Setiap manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, karena Nabi Muhammad bersabda,”Sesunguhnya fisik jasmani seorang manusia memiliki hak atas dirinya sendiri”.
      Kewajiban bagi setiap manusia muncul karena penggunaan berbagai kenikmatan dan fasilitas yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk diolah oleh manusia dengan masyarakat sekitarnya.
     Apabila manusia menyia-nyiakan hidupnya, maka kewajiban manusia yang lain untuk mengingatkannya, karena mengingatkan manusia yang salah dan keliru adalah kewajiban sesama manusia yang lain.
     Semua sikap dan tindakan seorang manusia pasti memberikan pengaruh terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya, yang akan memberikan dampak positif atau negatif, sehingga sangat salah dan keliru apabila kita menganggap bahwa masalah merokok dan kegiatan lainnya adalah urusan pribadi.
     Seorang perokok yang mengepulkan asap ke udara dan orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya terpaksa harus menghirup udara yang telah dikotori oleh racun nikotin dari rokok dan mencium bau aroma rokok yang diisap.
     Senyum simpul kegembiraan yang ditampilkan oleh seseorang pada pagi hari yang cerah akan menularkan kegembiraan tersebut terhadap sekelilingnya dan membuat suasana yang indah dan menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.
      Sebaliknya, suara teriakan dan jeritan gejolak amarah dari orang-orang yang sedang bertengkar akan mendebarkan jantung orang-orang yang mendengarnya, sehingga setiap manusia pasti terpengaruh oleh kondisi lingkungannya.
    Cinta dan kasih sayang dapat kita peroleh dari orang tua kita, keluarga  kita, dan masyarakat sekitar, sedangkan sikap, perilaku, dan ilmu pengetahuan dapat kita raih dari para guru dan para ilmuwan yang mendidik dan mengajar kita.
     Perasaan aman dan ketenangan dapat diperoleh dari kehadiran petugas keamanan, polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijaksana, serta para seniman yang menyejukkan jiwa kita, dan para ilmuwan yang membuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.
     Kita berteduh di bawah pohon yang rindang dan dapat menikmati buah-buahan yang segar, karena ditanam oleh generasi terdahulu, sehingga sangat wajar apabila kita sekarang merasa ikut terpanggil untuk menjaga lingkungan kita dan berkewajiban untuk menanam pohon atau kebaikan berupa apa pun yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.
     Apabila demikian, maka sebaiknya kita tidak berkata, “Saya bebas melakukan apa pun dan di mana pun, karena itu adalah hak pribadi saya, tidak boleh ada orang yang melarangnya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.”
      Tetapi agama Islam mengajarkan untuk mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
     Allah memuji sekelompok sahabat Nabi yang “Mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam kesusahan”.
    Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang yang merokok dan kegiatan apa pun yang tidak baik, yang mengutamakan kepentingan dan kesenangannya sendiri, meskipun mengancam kesehatan orang lain dan dapat merusak lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

541. ROKOK

EGOISME PEROKOK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang egoisme seorang yang merokok?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya, maka apa pun bahaya merokok adalah risiko saya pribadi, dan saya akan menanggungnya sendiri, bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”
     Temannya berkata kepada orang yang merokok,”Maaf Mas, bukan begitu, dalam ajaran agama Islam dan pertimbangan akal manusia, hidup yang kita nikmati adalah pemberian dari Allah, dan diperintahkan oleh Allah digunakan untuk keselamatan dan kesejahteraan diri kita, keluarga, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
      Setiap manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, karena Nabi Muhammad bersabda,”Sesunguhnya fisik jasmani seorang manusia memiliki hak atas dirinya sendiri”.
      Kewajiban bagi setiap manusia muncul karena penggunaan berbagai kenikmatan dan fasilitas yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk diolah oleh manusia dengan masyarakat sekitarnya.
     Apabila manusia menyia-nyiakan hidupnya, maka kewajiban manusia yang lain untuk mengingatkannya, karena mengingatkan manusia yang salah dan keliru adalah kewajiban sesama manusia yang lain.
     Semua sikap dan tindakan seorang manusia pasti memberikan pengaruh terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya, yang akan memberikan dampak positif atau negatif, sehingga sangat salah dan keliru apabila kita menganggap bahwa masalah merokok dan kegiatan lainnya adalah urusan pribadi.
     Seorang perokok yang mengepulkan asap ke udara dan orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya terpaksa harus menghirup udara yang telah dikotori oleh racun nikotin dari rokok dan mencium bau aroma rokok yang diisap.
     Senyum simpul kegembiraan yang ditampilkan oleh seseorang pada pagi hari yang cerah akan menularkan kegembiraan tersebut terhadap sekelilingnya dan membuat suasana yang indah dan menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.
      Sebaliknya, suara teriakan dan jeritan gejolak amarah dari orang-orang yang sedang bertengkar akan mendebarkan jantung orang-orang yang mendengarnya, sehingga setiap manusia pasti terpengaruh oleh kondisi lingkungannya.
    Cinta dan kasih sayang dapat kita peroleh dari orang tua kita, keluarga  kita, dan masyarakat sekitar, sedangkan sikap, perilaku, dan ilmu pengetahuan dapat kita raih dari para guru dan para ilmuwan yang mendidik dan mengajar kita.
     Perasaan aman dan ketenangan dapat diperoleh dari kehadiran petugas keamanan, polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijaksana, serta para seniman yang menyejukkan jiwa kita, dan para ilmuwan yang membuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.
     Kita berteduh di bawah pohon yang rindang dan dapat menikmati buah-buahan yang segar, karena ditanam oleh generasi terdahulu, sehingga sangat wajar apabila kita sekarang merasa ikut terpanggil untuk menjaga lingkungan kita dan berkewajiban untuk menanam pohon atau kebaikan berupa apa pun yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.
     Apabila demikian, maka sebaiknya kita tidak berkata, “Saya bebas melakukan apa pun dan di mana pun, karena itu adalah hak pribadi saya, tidak boleh ada orang yang melarangnya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.”
      Tetapi agama Islam mengajarkan untuk mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
     Allah memuji sekelompok sahabat Nabi yang “Mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam kesusahan”.
    Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang yang merokok dan kegiatan apa pun yang tidak baik, yang mengutamakan kepentingan dan kesenangannya sendiri, meskipun mengancam kesehatan orang lain dan dapat merusak lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

541. ROKOK

EGOISME PEROKOK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang egoisme seorang yang merokok?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya, maka apa pun bahaya merokok adalah risiko saya pribadi, dan saya akan menanggungnya sendiri, bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”
     Temannya berkata kepada orang yang merokok,”Maaf Mas, bukan begitu, dalam ajaran agama Islam dan pertimbangan akal manusia, hidup yang kita nikmati adalah pemberian dari Allah, dan diperintahkan oleh Allah digunakan untuk keselamatan dan kesejahteraan diri kita, keluarga, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
      Setiap manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, karena Nabi Muhammad bersabda,”Sesunguhnya fisik jasmani seorang manusia memiliki hak atas dirinya sendiri”.
      Kewajiban bagi setiap manusia muncul karena penggunaan berbagai kenikmatan dan fasilitas yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk diolah oleh manusia dengan masyarakat sekitarnya.
     Apabila manusia menyia-nyiakan hidupnya, maka kewajiban manusia yang lain untuk mengingatkannya, karena mengingatkan manusia yang salah dan keliru adalah kewajiban sesama manusia yang lain.
     Semua sikap dan tindakan seorang manusia pasti memberikan pengaruh terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya, yang akan memberikan dampak positif atau negatif, sehingga sangat salah dan keliru apabila kita menganggap bahwa masalah merokok dan kegiatan lainnya adalah urusan pribadi.
     Seorang perokok yang mengepulkan asap ke udara dan orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya terpaksa harus menghirup udara yang telah dikotori oleh racun nikotin dari rokok dan mencium bau aroma rokok yang diisap.
     Senyum simpul kegembiraan yang ditampilkan oleh seseorang pada pagi hari yang cerah akan menularkan kegembiraan tersebut terhadap sekelilingnya dan membuat suasana yang indah dan menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.
      Sebaliknya, suara teriakan dan jeritan gejolak amarah dari orang-orang yang sedang bertengkar akan mendebarkan jantung orang-orang yang mendengarnya, sehingga setiap manusia pasti terpengaruh oleh kondisi lingkungannya.
    Cinta dan kasih sayang dapat kita peroleh dari orang tua kita, keluarga  kita, dan masyarakat sekitar, sedangkan sikap, perilaku, dan ilmu pengetahuan dapat kita raih dari para guru dan para ilmuwan yang mendidik dan mengajar kita.
     Perasaan aman dan ketenangan dapat diperoleh dari kehadiran petugas keamanan, polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijaksana, serta para seniman yang menyejukkan jiwa kita, dan para ilmuwan yang membuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.
     Kita berteduh di bawah pohon yang rindang dan dapat menikmati buah-buahan yang segar, karena ditanam oleh generasi terdahulu, sehingga sangat wajar apabila kita sekarang merasa ikut terpanggil untuk menjaga lingkungan kita dan berkewajiban untuk menanam pohon atau kebaikan berupa apa pun yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.
     Apabila demikian, maka sebaiknya kita tidak berkata, “Saya bebas melakukan apa pun dan di mana pun, karena itu adalah hak pribadi saya, tidak boleh ada orang yang melarangnya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.”
      Tetapi agama Islam mengajarkan untuk mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
     Allah memuji sekelompok sahabat Nabi yang “Mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam kesusahan”.
    Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang yang merokok dan kegiatan apa pun yang tidak baik, yang mengutamakan kepentingan dan kesenangannya sendiri, meskipun mengancam kesehatan orang lain dan dapat merusak lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

541. ROKOK

EGOISME PEROKOK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang egoisme seorang yang merokok?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya, maka apa pun bahaya merokok adalah risiko saya pribadi, dan saya akan menanggungnya sendiri, bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”
     Temannya berkata kepada orang yang merokok,”Maaf Mas, bukan begitu, dalam ajaran agama Islam dan pertimbangan akal manusia, hidup yang kita nikmati adalah pemberian dari Allah, dan diperintahkan oleh Allah digunakan untuk keselamatan dan kesejahteraan diri kita, keluarga, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
      Setiap manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, karena Nabi Muhammad bersabda,”Sesunguhnya fisik jasmani seorang manusia memiliki hak atas dirinya sendiri”.
      Kewajiban bagi setiap manusia muncul karena penggunaan berbagai kenikmatan dan fasilitas yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk diolah oleh manusia dengan masyarakat sekitarnya.
     Apabila manusia menyia-nyiakan hidupnya, maka kewajiban manusia yang lain untuk mengingatkannya, karena mengingatkan manusia yang salah dan keliru adalah kewajiban sesama manusia yang lain.
     Semua sikap dan tindakan seorang manusia pasti memberikan pengaruh terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya, yang akan memberikan dampak positif atau negatif, sehingga sangat salah dan keliru apabila kita menganggap bahwa masalah merokok dan kegiatan lainnya adalah urusan pribadi.
     Seorang perokok yang mengepulkan asap ke udara dan orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya terpaksa harus menghirup udara yang telah dikotori oleh racun nikotin dari rokok dan mencium bau aroma rokok yang diisap.
     Senyum simpul kegembiraan yang ditampilkan oleh seseorang pada pagi hari yang cerah akan menularkan kegembiraan tersebut terhadap sekelilingnya dan membuat suasana yang indah dan menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.
      Sebaliknya, suara teriakan dan jeritan gejolak amarah dari orang-orang yang sedang bertengkar akan mendebarkan jantung orang-orang yang mendengarnya, sehingga setiap manusia pasti terpengaruh oleh kondisi lingkungannya.
    Cinta dan kasih sayang dapat kita peroleh dari orang tua kita, keluarga  kita, dan masyarakat sekitar, sedangkan sikap, perilaku, dan ilmu pengetahuan dapat kita raih dari para guru dan para ilmuwan yang mendidik dan mengajar kita.
     Perasaan aman dan ketenangan dapat diperoleh dari kehadiran petugas keamanan, polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijaksana, serta para seniman yang menyejukkan jiwa kita, dan para ilmuwan yang membuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.
     Kita berteduh di bawah pohon yang rindang dan dapat menikmati buah-buahan yang segar, karena ditanam oleh generasi terdahulu, sehingga sangat wajar apabila kita sekarang merasa ikut terpanggil untuk menjaga lingkungan kita dan berkewajiban untuk menanam pohon atau kebaikan berupa apa pun yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.
     Apabila demikian, maka sebaiknya kita tidak berkata, “Saya bebas melakukan apa pun dan di mana pun, karena itu adalah hak pribadi saya, tidak boleh ada orang yang melarangnya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.”
      Tetapi agama Islam mengajarkan untuk mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
     Allah memuji sekelompok sahabat Nabi yang “Mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam kesusahan”.
    Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang yang merokok dan kegiatan apa pun yang tidak baik, yang mengutamakan kepentingan dan kesenangannya sendiri, meskipun mengancam kesehatan orang lain dan dapat merusak lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

541. ROKOK

EGOISME PEROKOK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang egoisme seorang yang merokok?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya, maka apa pun bahaya merokok adalah risiko saya pribadi, dan saya akan menanggungnya sendiri, bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”
     Temannya berkata kepada orang yang merokok,”Maaf Mas, bukan begitu, dalam ajaran agama Islam dan pertimbangan akal manusia, hidup yang kita nikmati adalah pemberian dari Allah, dan diperintahkan oleh Allah digunakan untuk keselamatan dan kesejahteraan diri kita, keluarga, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
      Setiap manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, karena Nabi Muhammad bersabda,”Sesunguhnya fisik jasmani seorang manusia memiliki hak atas dirinya sendiri”.
      Kewajiban bagi setiap manusia muncul karena penggunaan berbagai kenikmatan dan fasilitas yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk diolah oleh manusia dengan masyarakat sekitarnya.
     Apabila manusia menyia-nyiakan hidupnya, maka kewajiban manusia yang lain untuk mengingatkannya, karena mengingatkan manusia yang salah dan keliru adalah kewajiban sesama manusia yang lain.
     Semua sikap dan tindakan seorang manusia pasti memberikan pengaruh terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya, yang akan memberikan dampak positif atau negatif, sehingga sangat salah dan keliru apabila kita menganggap bahwa masalah merokok dan kegiatan lainnya adalah urusan pribadi.
     Seorang perokok yang mengepulkan asap ke udara dan orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya terpaksa harus menghirup udara yang telah dikotori oleh racun nikotin dari rokok dan mencium bau aroma rokok yang diisap.
     Senyum simpul kegembiraan yang ditampilkan oleh seseorang pada pagi hari yang cerah akan menularkan kegembiraan tersebut terhadap sekelilingnya dan membuat suasana yang indah dan menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.
      Sebaliknya, suara teriakan dan jeritan gejolak amarah dari orang-orang yang sedang bertengkar akan mendebarkan jantung orang-orang yang mendengarnya, sehingga setiap manusia pasti terpengaruh oleh kondisi lingkungannya.
    Cinta dan kasih sayang dapat kita peroleh dari orang tua kita, keluarga  kita, dan masyarakat sekitar, sedangkan sikap, perilaku, dan ilmu pengetahuan dapat kita raih dari para guru dan para ilmuwan yang mendidik dan mengajar kita.
     Perasaan aman dan ketenangan dapat diperoleh dari kehadiran petugas keamanan, polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijaksana, serta para seniman yang menyejukkan jiwa kita, dan para ilmuwan yang membuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.
     Kita berteduh di bawah pohon yang rindang dan dapat menikmati buah-buahan yang segar, karena ditanam oleh generasi terdahulu, sehingga sangat wajar apabila kita sekarang merasa ikut terpanggil untuk menjaga lingkungan kita dan berkewajiban untuk menanam pohon atau kebaikan berupa apa pun yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.
     Apabila demikian, maka sebaiknya kita tidak berkata, “Saya bebas melakukan apa pun dan di mana pun, karena itu adalah hak pribadi saya, tidak boleh ada orang yang melarangnya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.”
      Tetapi agama Islam mengajarkan untuk mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
     Allah memuji sekelompok sahabat Nabi yang “Mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam kesusahan”.
    Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang yang merokok dan kegiatan apa pun yang tidak baik, yang mengutamakan kepentingan dan kesenangannya sendiri, meskipun mengancam kesehatan orang lain dan dapat merusak lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

541. ROKOK

EGOISME PEROKOK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang egoisme seorang yang merokok?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya, maka apa pun bahaya merokok adalah risiko saya pribadi, dan saya akan menanggungnya sendiri, bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”
     Temannya berkata kepada orang yang merokok,”Maaf Mas, bukan begitu, dalam ajaran agama Islam dan pertimbangan akal manusia, hidup yang kita nikmati adalah pemberian dari Allah, dan diperintahkan oleh Allah digunakan untuk keselamatan dan kesejahteraan diri kita, keluarga, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
      Setiap manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, karena Nabi Muhammad bersabda,”Sesunguhnya fisik jasmani seorang manusia memiliki hak atas dirinya sendiri”.
      Kewajiban bagi setiap manusia muncul karena penggunaan berbagai kenikmatan dan fasilitas yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk diolah oleh manusia dengan masyarakat sekitarnya.
     Apabila manusia menyia-nyiakan hidupnya, maka kewajiban manusia yang lain untuk mengingatkannya, karena mengingatkan manusia yang salah dan keliru adalah kewajiban sesama manusia yang lain.
     Semua sikap dan tindakan seorang manusia pasti memberikan pengaruh terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya, yang akan memberikan dampak positif atau negatif, sehingga sangat salah dan keliru apabila kita menganggap bahwa masalah merokok dan kegiatan lainnya adalah urusan pribadi.
     Seorang perokok yang mengepulkan asap ke udara dan orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya terpaksa harus menghirup udara yang telah dikotori oleh racun nikotin dari rokok dan mencium bau aroma rokok yang diisap.
     Senyum simpul kegembiraan yang ditampilkan oleh seseorang pada pagi hari yang cerah akan menularkan kegembiraan tersebut terhadap sekelilingnya dan membuat suasana yang indah dan menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.
      Sebaliknya, suara teriakan dan jeritan gejolak amarah dari orang-orang yang sedang bertengkar akan mendebarkan jantung orang-orang yang mendengarnya, sehingga setiap manusia pasti terpengaruh oleh kondisi lingkungannya.
    Cinta dan kasih sayang dapat kita peroleh dari orang tua kita, keluarga  kita, dan masyarakat sekitar, sedangkan sikap, perilaku, dan ilmu pengetahuan dapat kita raih dari para guru dan para ilmuwan yang mendidik dan mengajar kita.
     Perasaan aman dan ketenangan dapat diperoleh dari kehadiran petugas keamanan, polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijaksana, serta para seniman yang menyejukkan jiwa kita, dan para ilmuwan yang membuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.
     Kita berteduh di bawah pohon yang rindang dan dapat menikmati buah-buahan yang segar, karena ditanam oleh generasi terdahulu, sehingga sangat wajar apabila kita sekarang merasa ikut terpanggil untuk menjaga lingkungan kita dan berkewajiban untuk menanam pohon atau kebaikan berupa apa pun yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.
     Apabila demikian, maka sebaiknya kita tidak berkata, “Saya bebas melakukan apa pun dan di mana pun, karena itu adalah hak pribadi saya, tidak boleh ada orang yang melarangnya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.”
      Tetapi agama Islam mengajarkan untuk mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
     Allah memuji sekelompok sahabat Nabi yang “Mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam kesusahan”.
    Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang yang merokok dan kegiatan apa pun yang tidak baik, yang mengutamakan kepentingan dan kesenangannya sendiri, meskipun mengancam kesehatan orang lain dan dapat merusak lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

541. ROKOK

EGOISME PEROKOK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang egoisme seorang yang merokok?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya, maka apa pun bahaya merokok adalah risiko saya pribadi, dan saya akan menanggungnya sendiri, bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”
     Temannya berkata kepada orang yang merokok,”Maaf Mas, bukan begitu, dalam ajaran agama Islam dan pertimbangan akal manusia, hidup yang kita nikmati adalah pemberian dari Allah, dan diperintahkan oleh Allah digunakan untuk keselamatan dan kesejahteraan diri kita, keluarga, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
      Setiap manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, karena Nabi Muhammad bersabda,”Sesunguhnya fisik jasmani seorang manusia memiliki hak atas dirinya sendiri”.
      Kewajiban bagi setiap manusia muncul karena penggunaan berbagai kenikmatan dan fasilitas yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk diolah oleh manusia dengan masyarakat sekitarnya.
     Apabila manusia menyia-nyiakan hidupnya, maka kewajiban manusia yang lain untuk mengingatkannya, karena mengingatkan manusia yang salah dan keliru adalah kewajiban sesama manusia yang lain.
     Semua sikap dan tindakan seorang manusia pasti memberikan pengaruh terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya, yang akan memberikan dampak positif atau negatif, sehingga sangat salah dan keliru apabila kita menganggap bahwa masalah merokok dan kegiatan lainnya adalah urusan pribadi.
     Seorang perokok yang mengepulkan asap ke udara dan orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya terpaksa harus menghirup udara yang telah dikotori oleh racun nikotin dari rokok dan mencium bau aroma rokok yang diisap.
     Senyum simpul kegembiraan yang ditampilkan oleh seseorang pada pagi hari yang cerah akan menularkan kegembiraan tersebut terhadap sekelilingnya dan membuat suasana yang indah dan menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.
      Sebaliknya, suara teriakan dan jeritan gejolak amarah dari orang-orang yang sedang bertengkar akan mendebarkan jantung orang-orang yang mendengarnya, sehingga setiap manusia pasti terpengaruh oleh kondisi lingkungannya.
    Cinta dan kasih sayang dapat kita peroleh dari orang tua kita, keluarga  kita, dan masyarakat sekitar, sedangkan sikap, perilaku, dan ilmu pengetahuan dapat kita raih dari para guru dan para ilmuwan yang mendidik dan mengajar kita.
     Perasaan aman dan ketenangan dapat diperoleh dari kehadiran petugas keamanan, polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijaksana, serta para seniman yang menyejukkan jiwa kita, dan para ilmuwan yang membuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.
     Kita berteduh di bawah pohon yang rindang dan dapat menikmati buah-buahan yang segar, karena ditanam oleh generasi terdahulu, sehingga sangat wajar apabila kita sekarang merasa ikut terpanggil untuk menjaga lingkungan kita dan berkewajiban untuk menanam pohon atau kebaikan berupa apa pun yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.
     Apabila demikian, maka sebaiknya kita tidak berkata, “Saya bebas melakukan apa pun dan di mana pun, karena itu adalah hak pribadi saya, tidak boleh ada orang yang melarangnya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.”
      Tetapi agama Islam mengajarkan untuk mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
     Allah memuji sekelompok sahabat Nabi yang “Mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam kesusahan”.
    Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang yang merokok dan kegiatan apa pun yang tidak baik, yang mengutamakan kepentingan dan kesenangannya sendiri, meskipun mengancam kesehatan orang lain dan dapat merusak lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online