Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Friday, March 4, 2022

12696. HUKUM ASALNYA SEMUA BOLEH SELAIN YANG DIHARAMKAN

 

 




HUKUM ASALNYA SEMUA BOLEH SELAIN YANG DIHARAMKAN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Dasar pertama yang ditetapkan ajaran Islam.

 

Yaitu segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah.

Hukumnya adalah halal dan mubah (boleh).

 

Tidak ada satu pun yang haram.

 

Kecuali ada ketentuan haram yang sah dan jelas.

Dari Allah dan Rasulullah.

  

Jika tidak ada ketentuan yang sah dan tegas.

 

Misalnya ada sebagian hadis daif (lemah).

 

 

Atau tidak ada hukum tegas dan sahih.

Yang menunjukkan haramnya.

 

 

Maka hukumnya mubah (boleh).

 

Segala sesuatu asalnya mubah (boleh).

Dan tidak terlarang.

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 29.

 

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 

 Dia Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untukmu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

 

 

Al-Quran surah Al-Jatsiyah (surah ke-45) ayat 13.

 

7.   وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

 

 

Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum berpikir.

 

 Al-Quran surah Lukman (surah ke-31) ayat 20.

 

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ

 

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

 

 

Allah menjadikan alam semesta.

Dan semua isinya.

Sebagai nikmat untuk manusia.

 

Kecuali beberapa hal yang diharamkan oleh Allah.

Dengan sebab yang dijelaskan nantinya.

 

 Dalam agama Islam.

 

Wilayah halal dan boleh.

Terbentang sangat luas.

 

Dan wilayah haram.

Sangat sempit.

 

 Aturan tegas dan jelas.

Tentang hal yang haram.

Jumlahnya sangat minim.

 

 Dan hal yang tidak ada keterangan halal dan haramnya.

 

Maka termasuk dalam hukum asalnya.

 

Yaitu mubah (boleh).

  

Rasulullah bersabda,

 

”Apa saja yang Allah halalkan.

Maka menjadi halal.

 

Dan apa saja yang diharamkan.

Maka menjadi haram.

 

Sedangkan apa yang didiamkan.

Maka boleh.

 

Karena itu.

Terimalah pengampunan dari Allah.

 

Sesungguhnya Allah tidak bakal lupa sedikit pun."

  

Kemudian Rasulullah membaca ayat:

 Dan Tuhanmu tidak lupa.

 

Al-Quran surah Maryam (surah ke-19) ayat 64.

 

وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا


Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.

 

 Masalah halal dan haram.

Bukan hanya menyangkut benda.

 

Tapi juga termasuk muamalah (perbuatan).

Yaitu yang bukan ibadah.

  

Pokok asalnya adalah tidak haram dan tidak terikat.

 

Kecuali sesuatu yang tegas haram oleh Allah dan Rasulullah.

  

Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 119.

  

17.        وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ

 

 Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.

  

Ayat ini bersifat umum.

 

Meliputi makanan, perbuatan.

Dan lainnya.

 

 Dalam masalah ibadah.

Harus sesuai perintah Allah dan Rasulullah.

 

Dilarang membuat model ibadah sendiri.

 

 Rasulullah bersabda,

 

”Barang siapa membuat cara baru dalam urusan kami.

 

Dengan sesuatu yang tidak ada contohnya.

 

Maka dia itu tertolak."

 

 

Dalam masalah ibadah, tercermin 2 hal yaitu:

 

1.      Hanya Allah saja yang berhak disembah.

 

2.      Untuk menyembah Allah.

Hanya dapat dilakukan menurut cara syariat Rasulullah.

 

 

Ibnu Taimiyah berkata,

 

"Sesungguhnya sikap manusia dalam bentuk perkataan  dan perbuatan.

Terbagi 2 macam, yaitu:

 

1.     Beribadah untuk agamanya.

 

2.      Adat kebiasaan untuk urusan dunianya.”

 

 

Al-Quran surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat 21.

 

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

     

Apakah mereka punya sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentu mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang zalim akan memperoleh azab amat pedih.

 

 

Dalam masalah adat kebiasaan.

Prinsipnya semuanya boleh.

 

Dan tidak terlarang.

 

Kecuali yang haram.

  

Manusia boleh melakukan jual-beli dan sewa-menyewa.

 

Makan minum sesuka hatinya.

 

Selama tidak haram.

  

Kesimpulannya.

 

1.      Dalam masalah ibadah harus sesuai syariat Allah.

 

2.      Dalam adat kebiasaan semuanya boleh.

Kecuali yang diharamkan oleh Allah dan Rasulullah.

 

  

Daftar Pustaka.

1.              Qardhawi, Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H. Mu'ammal Hamidy. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993

2.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

3.    Tafsirq.com online.

 

 

12695. ORANG PATUH BERIMAN TANDA KE SURGA YANG DURHAKA KE NERAKA

 

 





 

 

ORANG PATUH BERIMAN TANDA KE SURGA YANG DURHAKA KE NERAKA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

Para ulama berpesan:

1.      Orang mukmin wajib bersandar kepada Allah semata.

Jangan bersandar kepada selain Allah.

 

2.      Ilmu dan amal tak bisa dijadikan harapan.

 

3.      Jangan pernah yakin bahwa amalmu bisa memasukkan ke dalam surga.

Atau Menyelamatkan dari neraka.

Dan membawamu kepada Allah.

 

4.      Ingatlah bahwa Pendeta Bal’am bin Baura dan Qarun adalah ahli ibadah.

Qarun adalah ulama Bani lsrael.

 

Tapi saat meninggal keduanya mati kafir.

 

Padahal Bal’am bin Baura orang berilmu tinggi.

Dan Qarun orang kaya raya.

 

 

5.      Jadi iman atau kafir, masuk surga atau neraka.

Semuanya tergantung karunia dan keadilan Allah.

Bukan karena patuh atau maksiatnya manusia.

 

6.      Yang benar, orang yang patuh itu tandanya dia akan masuk surga.

Dan orang yang maksiat itu tanda dia akan masuk neraka.

 

Jika orang bersandar kepada ilmu dan amalnya.

Maka dia merasa bahwa ilmu dan amalnya itu hasil karyanya sendiri.

 

Tapi orang yang hanya bersandar kepada Allah.

Dia merasa ilmu dan amalnya adalah hasil anugerah dari Allah.

 

 

Kisah 2 orang Bani Israel.

Seorang pria ahli maksiat dan pelaku dosa bernama Khali’.

 

Duduk berdekatan dengan ahli ibadah  bernama Abid.

Yang di atas kepalanya selalu ada payung untuk melindunginya.

 

Khali’ pendosa bergumam,

“Aku duduk di dekat orang baik dan ahli ibadah.

Semoga Allah memberi rahmat kepadaku.”


Abid yang ahli ibadah bergumam,

“Aku orang yang ahli ibadah duduk berdekatan dengan orang yang ahli maksiat.

 Apakah dia layak duduk berdampingan denganku?”

 

Tiba-tiba Abid menendang Khali’ dengan keras.

 

Kemudian Allah memberi wahyu kepada Nabinya Bani Israel.

 

 Agar memerintahkan Abid dan Khali’ untuk memperbanyak ibadah.

 

Karena semua amalnya Abid ditolak.

Dan semua dosanya Khali’ diampuni Allah.

 

Sehingga skornya sekarang nol semua.

 

Maka payung itu berpindah kepada Khali’ untuk melindunginya.

 

Apakah manusia harus pasrah kepada Allah saja.

Jawabnya: Tidak.

 

Karena manusia adalah Abdullah dan bertugas sebagai khalifah.

 

Yaitu harus berbakti kepada Allah.

Juga harus berusaha dan bekerja mencari kehidupan di bumi.

 

Allah menempatkan tiap manusia pada “maqam” tertentu.

 

Tanda orang berada dalam “maqam” yang tepat adalah agamanya selamat.

 

Yaitu bisa seimbang dalam beribadah dan mencari kehidupan dunia.

 

Jika manusia meninggalkan usaha untuk mencari kehidupan dunia.

Agar dianggap sebagai orang zuhud.

 

Hal itu termasuk tak sopan kepada Allah.

Karena tak mau menerima apa yang sudah ditentukan oleh Allah.

 

Sehingga tiap manusia wajib  beribadah dan menuntut ilmu untuk agamanya dengan baik.

 

Juga harus berusaha dan bekerja dalam bidangnya masing-masing dengan baik.

 

Tapi jangan mengandalkan ilmu dan amal.

 

Carilah ilmu sebanyak mungkin

Hasilnya diserahkan kepada Allah.

 

 Bekerjalah sebaik mungkin.

Hasilnya diserahkan kepada Allah.

 

Al-Quran surah Az-Zariyat (surah ke-51) ayat 56.

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi kepada-Ku.

 

 

Al-Quran surah Ar-Ra’du (surah ke-13) ayat 12.

 

هُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

 

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

 

 

(Sumber Ngaji Filsafat Dr Fahrudin Faiz )