Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, June 2, 2022

13392. IRONI RAKYAT SEKOLAH RENDAH TENTUKAN MASA DEPAN INDONESIA

 



IRONI RAKYAT SEKOLAH RENDAH TENTUKAN MASA DEPAN INDONESIA

Oleh:  Drs. HM Yusron Hadi, MM

 

 

Mantan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

Ryaas Rasyid mengatakan.

 

Bahwa sejak dulu dia pesimist.

Sistem pemilihan umum langsung.

Dapat menghasilkan pemimpin ideal.

 

Karena pemilih yang bodoh.

Tak punya kapasitas untuk menilai program.

Dan integritas kandidat yang maju.

 

"Jika rakyatnya masih bodoh.’

Maka tak apa-apa mendapat pemimpin bodoh.

 

Jangan harap mendapat pemimpin cerdas.

Jika yang memilih masih bodoh.

 

Jadi, terima saja nasib," kata Ryaas.

 

Dalam diskusi bertema:

 'Partisipasi Perempuan dalam Mendukung Agenda Demokrasi Pemilu Serentak.

Tahun 2019', di Jakarta.

Senin (16/10/2017).

 

Menurut Ryaas.

Dengan kondisi rakyat Indonesia.

Yang seperti saat ini,.

 

 lebih baik pemilu dikembalikan ke sistem tidak langsung.

Yaitu dipilih oleh MPR.

 

"Saya tak punya harapan.

Dengan sistem ini.

 

Ingin mendapat pemimpin cerdas, dan kompeten.

 

Tapi semuanya batal.

Karena dipilih rakyat yang masih bodoh.

 

Karena rakyat yang bodoh.

Tidak bisa menilai itu," ucapnya.

 

 

Dia memberi contohnya.

 

Dalam kampanye terbuka.

Hanya sedikit rakyat.

Yang benar-benar menyimak visi-misi.

Atau program calon yang maju.

 

 

"Sisanya sudah kepanasan.

 

Hanya menunggu door prize.

Atau penyanyi dangdut.

 

Rakyat yang bodoh.

Tak mungkin bisa menilai program," katanya.

 

Maka penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

Ryaas berpesan kepada para wanita.

Untuk mencerdaskan anggota keluarga.

Dan komunitasnya.

 

 

Data tahun 2020.

Penduduk Jawa Timur.

 

Hanya 7,3 persen mengenyam Perguruan Tinggi.

 

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 6 Desember 2021

 

Salah satu indikator.

Mutu sumber daya manusia.

 

Yaitu melihat jumlah penduduk .

Yang tamat pendidikan tinggi.

 

 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan.

Bahwa penduduk usia 10 tahun ke atas di Jawa Timur.

 

Yang menempuh jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi.

Hanya 7,31 persen

 

Hal ini salah satu indicator.

Masih rendahnya tingkat pendidikan.

 

Penduduk berusia 10 tahun ke atas.

Di Jawa Timur.

 

Padahal kebutuhan pendidikan lebih tinggi dan memadai.

 

Sangat perlu dalam membuka peluang kesempatan lebih baik.

Bagi penduduk.

 

Terutama terkait ekonomi.

 

Data statistic Jawa Timur tahun 2020.

 

1.        Tak punya ijasah = 22,02 persen.

2.        SD = 27, 34 persen.

 

3.        SMP = 19,44 persen.

4.        SMA = 24,21 persen.

5.        Perguruan Tinggi = 7,31 persen.

 

 

 

 

 

(Dari berbagai sumber)

 

 

13391. SAAT KE PANTAI HARUS BAYAR ITU LOGIKA TERBALIK

 


 

 

SAAT KE PANTAI HARUS BAYAR ITU LOGIKA TERBALIK

Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Saya bingung.

 

Di Indonesia.

Masuk pantai.

Harus  bayar.

 

Lihat air terjun.

Harus  bayar.

 

Lihat danau.

Harus bayar.

 

Sampai saya bertanya.

Apakah pantai.

Yang membikin nenek kamu?

 

Apakah air terjun.

Yang membuat kakek kamu?

 

Apakah danau.

Yang menciptakan bapak ibu kamu?

 

Jawabnya,

“Bukan.”

 

Dan argumennya.

Demi kebersihan.

Demi keamanan.

 

Karena dikelola oleh penduduk.

Dijaga oleh adat.

 

Dan alasan lainnya.

 

Apakah benar.

Yang menikmati karcis dan tiket.

Memangnya semua penduduk setempat.

 

Apakah hasilnya.

Dibagi rata untuk semua penduduk?.

 

Tapi ternyata.

Sampah berserakan.

 

Toilet tak bersih.

Dan lainnya.

 

Ambyar.

 

Tapi di luar negeri.

Misalnya Amerika, Eropa.

Dan negara maju lainnya.

 

Di negara maju.

Jika ingin ke pantai.

 

Gratis.

Alias Tak bayar.

 

Kamu mau ke air terjun Niagara Falls misalnya.

Gratis.

 

Kamu ingin mau datang kapan pun.

Bebas.

Gratis.

 

Kamu tahu Niagara Falls?

 

Tapi harus membayar.

Jika pengunjung ingin makan dan minum.

 

Mau naik ferry.

Dan pakai fasilitas lainnyaa.

 

Mereka baru membayar.

Pihak restoran.

 

Pemilik ferry.

Dan  fasilitas lainnya.

Terkena pajak.

Hasil pajak ini.

Dipakai untuk mengelola.

 

Kebersihan.

Keamanan.

Dan lainnya.

 

Begitu logikanya!

 

Yang dijual itu layanan penunjang.

Makin bagus layanan penunjang.

Maka makin cuan.

 

Tapi wisata alamnya.

Hal itu ciptaan Allah.

Maka harus gratis.

 

Jangan terbalik.

 

Ada sepotong tempat viral.

Kamu bergegas bikin pagar.

 

Bikin loket.

Bikin karcis.

Mulai mencari duit.

 

Allah menciptakan gratis.

Untuk umat manusia.

 

Tapi kamu malah memungut uangnya.

Jika seperti ini.

 

Maka tempat itu tak pernah maju.

 

Negara lain.

Pengunjung satu lokasi.

Bisa 1-2 juta turis asing.

 

Karena diurus dengan baik.

Tapi di Indonesia ini.

 

Seluruh Indonesia.

Turis asingnya cuma segitu.

Kalah dibanding Paris dan Singapura.

Dan tempat lainnya.

 

 

Cobalah bercermin.

Semoga generasi berikutnya.

Yang sudah terbiasa ke LN.

 

Bisa belajar.

Dan saat mereka jadi penguasa.

 

Semua logika kacau ini.

Bisa diperbaiki.

 

(Sumber Tere Liye)