Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Sunday, July 3, 2022

13846. HUBUNGAN UMAT ISLAM DAN UMAT AGAMA LAIN

 

 

 

 

HUBUNGAN UMAT ISLAM DAN UMAT AGAMA LAIN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Mencari Biang Stigma

(repost).

 

Dalam sebuah pertemuan.

Franz Magnis Suseno.

Salah seorang Jesuit Senior di Indonesia.

 

Terlibat pembicaraan serius.

Dengan Dr.  Adian Husaini.

Salah seorang cendekiawan muslim.

 

Yang populer di kalangan anak muda Islam.

 

Inti pembicaraan.

Yaitu keberatan Romo Magnis.

 

Atas penolakan umat Islam.

Tentang pembangunan gereja Katolik.

Di wilayah Jakarta.

 

Padahal kata Franz Magnis.

Gereja yang ada.

Sudah tidak mampu menampung jemaah yang ada.

 

Yang mengalami perkembangan alami.

Lewat kelahiran dan migrasi.

 

Ustaz Adian Husaini.

Paham keberatan Franz Magnis Suseno.

 

Tapi Adian menunjukkan beberapa fakta.

Yang selama ini.

Mungkin tidak terlintas.

Dalam benak Magnis Suseno. 

 

 

Pendirian gereja di kalangan masyarakat muslim.

Sering dipandang ekspansi keagamaan.

 

Bukan sekedar kebutuhan tempat ibadah.

 

Gereja identik dengan kristenisasi.

 

Dan stigma ini.

Kata Adian Husaini.

 

Tak muncul dari sikap su’udzon.

Atau prasangka buruk.

 

Tapi karena fakta yang terjadi di masyarakat.

 

Dr. Adian Husaini membuka laptop.

Dan menunjukkan salah satu acara.

Di Sekolah Tinggi Theologia di Jakarta.

 

Yaitu semua peserta pria pakai peci.

Dan wanitanya berjilbab.

 

Acara itu berjudul:

 “Lomba Thilawatil Injil”.

 

Yaitu injil dibaca dengan bahasa arab.

Dan dilagukan.

 

Seperti para qari dan qari’ah.

Membaca Al Qur’an saat Musabaqoh Tilawatil Qur’an.

 

Juga ditunjukkan pertunjukkan:

 “Shalawatan Kristen”.

 

Yang meniru “plek”.

Tradisi selawatan masyarakat muslim.

 

 Belum selesai klip di putar.

 

Franz Magnis Suseso.

Bergumam “Menjijikkan”.

 

Komentar spontan Franz Magnis Suseno.

 

Jadi, saat ada anggapan.

Bahwa “gereja” identik dengan “kristenisasi”.

 

Stigma itu muncul.

Karena ulah “sebagian” orang kristen sendiri.

 

Jika orang Katolik ikut kena imbas.

Jangan hanya menuding umat Islam.

 

Pihak Kristen harus berani membenahi unsur internalnya.

 

Dari kelompok “bandel”  dan “bengal”.

Yang jumlahnya tidak sedikit.

 

Hal disampaikan Dr. Adian Husaini.

 Menyebabkan Franz Magnis Suseno.

Spontan berujar “menjijikkan”.

 

Baru sejumput kecil fakta.

Dan tidak terlalu “istimewa”. 

 

Bagi santri Ma’had Al Adhzar Bogor.

Pada tahun 1993.

 

Tidak akan lupa.

Kisah penyamaran seorang mahasiswi.

 

Sekolah Tinggi Theologi.

Ke pesantren itu.

 

Suatu ketika.

Wanita muda berjilbab.

 

Mengaku mualaf datang ke pesantren.

Dengan alasan diusir pihak keluarga.

 

Oleh para santriwati.

Dia diterima dengan baik.

Dan aktif kegiatan pesantren.

 

Tapi setelah 1 bulan berselang.

 

Para santriwati.

Yang memperlakukan “mualaf”.

Dengan baik.

Dibuat terperangah.

 

Sebab hari itu.

Si “mualaf” tampil beda.

 

Dengan kaos dan jeans ketat.

Membawa mobil mengambil barangnya.

Yang di pesantren.

 

Ternyata “mualaf gadungan”.

Mahasiswi S2 Sekolah Tinggi Theologia Jakarta.

 

Mencari bahan thesis.

Tyentang pesantren. 

 

Bagi orang Islam.

Kejadian di luar akal sehat agama.

 

Kejadian seperti ini.

Menurut beberapa sumber.

Terjadi di banyak tempat.

 

Juga kejadian di salah satu pesantren.

Di Sawangan Magelang.

 

Rombongan mahasiswa S2.

Sekolah Tinggi Theologia.

 

Dengan alasan memperdalam.

Pendidikan multikultural.

 

Minta ijin menginap 1 bulan.

Dengan para santri.

 

Karena Pak Kiai dan pesantren yang lugu.

Maka dibolehkan.

 

Tapi ada masukan.

Prgram ini hanya 1 minggu.

 

Bisa dibayangkan bukan.

Wujud dialog multikultural.

 

Saat anak SD lereng gunung.

 

Harus diskusi dengan para mahasiswa S2.

Dari perkotaan yang melek IT.

 

Jika muncul keberatan.

Maka hal itu bukan tidak berdasar.

 

Sangat berbeda.

Jika para mahasiswa itu.

Mau menginap di kantor ISID Gontor.

 

Jika mereka diskusi theologi.

Dengan Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi.

 

Atau Dr.Adnin Armas.

Maka tak masalah.

 

Saya hobi njelajah desa.

Silaturahmi dengan banyak teman.

Di beberapa wilayah rawan kristenisasi.

 

Saya makin sepakat.

Bahwa stigma “pembangunan gereja”.

 

Identik dengan “kristenisasi”.

Bukan tuduhan tidak berdasar.

 

Dan mungkin reportasenya.

Akan saya buat berseri.

 

Boyolali, 08-11-2011

Sumber Arif Wibowo di Facebook

 

13845. MAHASISWA DITEMPA JADI PERMATA BUKAN BATU BARA

 

 


MAHASISWA DITEMPA JADI PERMATA BUKAN BATU BARA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Anies Baswedan.

Gubernur Jakarta.

 

Menjadi contoh sosok pemimpin baik.

Yang dimiliki Indonesia saat ini.

 

Karena pengetahuan, pengalaman, dan jiwa pemimpin.

Sudah tertanam sejak bangku kuliah.

 

Para mahasiswa.

Generasi sangat penting.

Untuk ditumbuhkan jiwa pemimpin.

 

Yaitu pemimpin yang dapat menggerakkan dan mengayomi.

 

Perbedaan pemimpin dan pejabat.

 

Pemimpin.

Yaitu orang yang punya pengikut.

 

 Pejabat.

Yaitu orang yang diberi kekuasaan otoritas.

Untuk mengakomodasi dana dan masa.

 

Pemimpin mendapat kepercayaan.

Yang dibangun dengan:

 

1.        Punya kompetensi.

2.        Luas wawasan.

 

3.        Punya integritas.

4.        Konsisten pikiran dan perbuatan.

 

5.        Dekat dengan masa.

6.        Mengurangi kepentingan pribadi.

 

Hasil Indeks Prestasi (IP) tinggi.

Memang penting.

 

Tapi itu hanya mengantarkan.

Pada proses wawancara.

 

Tapi selanjutnya.

Yeng menentukan masa depan.

 

Yaitu :

1.        Jiwa pemimpin.

2.        Cara komunikasi.

 

3.        Kompetensi.

4.        Berpikir kritis.

5.        Pengalaman organisasi.


Mahasiswa harus menjadikan kampus.

Tempat mengembangkan diri.

Dengan berbagai aktivitas.

 

Berproses bukan hal mudah.

Yaitu harus siap ditempa.

 

Seperti permata dan batu bara.

Unsur kimia pembentuknya sama.

Tapi cara dan prosesnya berbeda.

 

Permata harganya mahal.

Karena ditempa dengan suhu tinggi.

Dan tenaga ekstra.

 

Sehingga menjadi barang berharga.

Meskipun ukurannya hanya gram.

 

Batu bara.

Bahan pembentuknya sama dengan permata.

 

Batu bara harganya bisa mahal.

Jika dalam jumlah ton.

 

Para mahasiswa perlu ditempa.

Agar menjadi permata.

Bukan batu bara.

 

 

(Sumber UAD Jogya)

 

13844. PERBEDAAN PEMIMPIN DAN PEJABAT

 


 

PERBEDAAN PEMIMPIN DAN PEJABAT

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Anies Baswedan.

Gubernur Jakarta.

 

Menjadi contoh sosok pemimpin baik.

Yang dimiliki Indonesia saat ini.

 

Karena pengetahuan, pengalaman, dan jiwa pemimpin.

Sudah tertanam sejak bangku kuliah.

 

Para mahasiswa.

Generasi sangat penting.

Untuk ditumbuhkan jiwa pemimpin.

 

Yaitu pemimpin yang dapat menggerakkan dan mengayomi.

 

Perbedaan pemimpin dan pejabat.

 

Pemimpin.

Yaitu orang yang punya pengikut.

 

 Pejabat.

Yaitu orang yang diberi kekuasaan otoritas.

Untuk mengakomodasi dana dan masa.

 

Pemimpin mendapat kepercayaan.

Yang dibangun dengan:

 

1.        Punya kompetensi.

2.        Luas wawasan.

 

3.        Punya integritas.

4.        Konsisten pikiran dan perbuatan.

 

5.        Dekat dengan masa.

6.        Mengurangi kepentingan pribadi.

 

Hasil Indeks Prestasi (IP) tinggi.

Memang penting.

 

Tapi itu hanya mengantarkan.

Pada proses wawancara.

 

Tapi selanjutnya.

Yeng menentukan masa depan.

 

Yaitu :

1.        Jiwa pemimpin.

2.        Cara komunikasi.

 

3.        Kompetensi.

4.        Berpikir kritis.

5.        Pengalaman organisasi.


Mahasiswa harus menjadikan kampus.

Tempat mengembangkan diri.

Dengan berbagai aktivitas.

 

Berproses bukan hal mudah.

Yaitu harus siap ditempa.

 

Seperti permata dan batu bara.

Unsur kimia pembentuknya sama.

Tapi cara dan prosesnya berbeda.

 

Permata harganya mahal.

Karena ditempa dengan suhu tinggi.

Dan tenaga ekstra.

 

Sehingga menjadi barang berharga.

Meskipun ukurannya hanya gram.

 

Batu bara.

Bahan pembentuknya sama dengan permata.

 

Batu bara harganya bisa mahal.

Jika dalam jumlah ton.

 

Para mahasiswa perlu ditempa.

Agar menjadi permata.

Bukan batu bara.

 

 

(Sumber UAD Jogya)