Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Saturday, October 1, 2022

15160. ANIES BASWEDAN POLITIK MIRIP MU LAWAN MAN CITY

 


 

ANIES BASWEDAN POLITIK MIRIP MAN UNITED LAWAN MAN CITY

 Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

Polarisasi.

Yaitu jadi 2 kelompok.

Yang  berlawanan.

 

Anies Baswedan.

Soal Polarisasi Pemilu.

 

Contohnya,

Duel sepak bola:

Merah lawan Biru.

 

Yaitu Man City lawan Man United.

 

Atau Manchester City.

Melawan Manchester United.



Gubernur DKI Jakarta.

 Anies Baswedan.

Bicara polarisasi Pemilu.

 

Anies Baswedan menilai.

Polarisasi wajar.

Dalam proses Pemilu.

 

"Kita harus sadar.

Dalam proses poltik.

 

Pasti akan terjadi polarisasi.

 

Polarisasi terjadi.

Antara 2, 3, atau 4 kubu.

 

Jangan khawatir dengan proses.

 

Karena itu proses alami.

Dalam pemilihan," kata Anies.

 

Dalam acara:

 Indonesia Milennial and Gen Z Summit 2022.

 

Di Jakarta Selatan.

Jumat (30/9/2022).



Anies Baswedan.

Memberi contoh.

 

Duel sepak bola.

Antara Manchester United.

Melawan Manchester City.

 

Saat pertandingan.

Warga Manchester.

 

Terbagi dalam 2 kubu.

Yaitu:

1)                Kaos merah.

2)                Kaos biru.

 

"Kalau Man City bertanding lawan MU.

Terjadi polarisasi.

 

Antara kubu biru dan merah.

 

Apakah birunya sudah kusam.

Atau merahnya tak cerah.

 

Hal itu normal.

 

Tapi setelah pertandingan.

Semua baju merah dan biru.

Semua hilang.

 

Kita sekarang bicara.

Sebagai orang Manchester.

 

Hal ini contoh," kata Anies.

 

Anies Baswedan mengatakan.

Warga sering khawatir.

Polarisasi muncul perpecahan.

 

Padahal, perbedaan pendapat.

Yaitu hal lumrah.

 

"Kita terkadang khawatir.

Jangan sampai Pemilu.

 

Terjadi polarisasi.

 

Padahal polarisasi itu.

Hal wajar.

 

Misalnya.

Balon ada bendulnya.

Lalu kembali lagi.

 

Saya ingin sampaikan.

Ada polarisasi.

 

Ada friksi.

Ada konflik.

 

Ada pecah.

Hal itu ada stage-nya," jelas Anies.

 

Stage.

Yaitu ada drama.

Dan panggungnya.

 

Anies Baswedan berharap.

Semua pihak.

Agar bersikap dewasa.

 

Terkait polarisasi.

Dalam Pemilu.

 

Jangan sampai polarisasi.

Selalu dianggap perpecahan.


"Kita harus dewasa.

Jangan tiap ada polarisasi.

 

Karena Pemilu.

Lalu dianggap perpecahan.

 

Yang penting.

Selesai pertandingan.

 

Semua kembali pada posisi awal.

Sebagai warga negara.

 

Sekarang bekerja bersama," ucapnya.



Anies Baswedan  menilai.

 

Tiap kampanye politik.

 

1)        Menonjolkan kekuatannya.

 

2)        Memberi label negatif lawan politiknya.

 

Dia mengusulkan.

Rakyat menilai calon.

Berdasar rekam kerjanya.


"Karena dalam kampanye.

Masing-masing menonjolkan kekuatannya.

 

Dan memberi label negatif.

Pada lawannya.

 

Dua-duanya terjadi," ujar Anies.


"Dalam proses kampanye.

Rakyat perlu dirangsang.

 

Untuk melihat rekam jejak.

Melihat apa yang sudah dikaryakan.

 

Apa yang sudah dihasilkan.

Sehingga ketika masuk fase pemilu.

 

Saat semua emosi.

 

Tak menutup tema penting.

Menyangkut rakyat sejahtera.

 

Dan kelangsungan demokrasi," pungkas Anies.


(sumber detik)








15158. DULU KAGUM BLUSUKAN MERAKYAT KINI CITRA MENIPU

 

 


 

DULU KAGUM BLUSUKAN  MERAKYAT KINI CITRA   MENIPU

 Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

Dulu.

Blusukan dianggap merakyat.

 

Tapi kini.

Dianggap hanya pencitraan.

Bahkan menipu rakyat.

 

 

Magnet Blusukan dengan Hati.

 Resep Anies Baswedan.

 

 Meningkatkan Popularitas.

Dan Elektabilitas.

 

Gubernur DKI Jakarta.

 Anies Baswedan dan anak-anaknya.

 

Makan mie instans.

Di Warung Kopi (Warkop).

 

Anies Baaswedan.

Sering  blusukan.

 

Misalnya.

Sarapan di warung gudeg.

Pada 11 Maret 2021.

 

Anies Baswedan.

Mampir ke warung gudeg khas Yogya.

Di Jalan Srikaya 11.

 

Di samping Stasiun Gondangdia.

Jakarta Pusat.

 

Mendekati Pilpres 2024.

Makin banyak bakal calon presiden.

Melakukan blusukan menemui rakyat.

 

Pengamat komunikasi politik.

 Universitas Esa Unggul.

 Jamiluddin Ritonga menilai.

 

Pendekatan blusukan.

Yang dipopulerkan Joko Widodo.

 

Pada awalnya.

Memang seperti magnet.

 

Rakyat begitu terkesima.

Terhadap Jokowi.

Yang dinilai sangat merakyat.

 

Tapi kini.

Pendekatan blusukan.

Kehilangan magnetnya.

 

Sebagian rakyat menilai.

Blusukan bukan lagi cermin merakyat.

 

Pendekatan blusukan.

Justru hanya bagian pencitraan.

Bahkan menipu rakyat.

 

Maka sebagian warga.

Mulai tak simpati.

Melihat Bacapres blusukan.

 

Tapi pendekatan blusukan.

Masih bisa mendongkrak.

 

Popularitas dan elektabilitas.

Jika dilakukan dengan hati.

 

Dan rutin dilakukan.

Bukan hanya.

Saat mendekati tahun pemilu saja.

 

 

 “Masalahnya.

Apakah Bacapres.

Melakukan blusukan dengan hati dan kontinu ?

 

Kalau melihat blusukan.

Yang dilakukan Puan Maharani.

 

Tampak belum pakai hati.

Dan terpaksa.

 

 

Jumat, 30 September 2022.

 

Sebagian rakyat menilai.

Blusukan Puan.

Hanya untuk meningkatkan popularitas.

Dan elektabilitasnya.

 

“Akibatnya.

Puan tidak mendapat magnet blusukan.

 

Meskipun dilakukan dengan frekuensi tinggi,” ujar Jamil.

 

Berbeda dengan Anies Baswedan.

 

Anies baswedan.

Sudah rutin melakukan hal itu.

 

Selama jadi Gubernur DKI Jakarta.

Dan melakukan dengan hati.

 

Sehingga tiap Anies  blusukan.

Mendapat  respon luar biasa.

 

“Anies mendapat magnet blusukan.

Sehingga tinggi.

Popularitas dan elektabilitasnya,” tutur Jamil.

 

Anies pernah menyambangi warung kopi.

Bersama keluarga.

Di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan.

 

Ditemani 3 anaknya.

Anies masuk Warkop Parahyangan Putra Kuningan.

 

Anies pernah menemui warga Jakarta.

Saat berangkat kerja.

 

Pakai moda transportasi MRT.

Pada 17 Maret 2021. 

 

(sumber kba)