Monday, October 2, 2017

316. JILBAB

PAKAIAN SEBAGAI TANDA IDENTITAS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang Pakaian Sebagai Tanda Identitas?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Al-Quran surah Al-Ahzab, surah ke-33 ayat 59.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
  
   “Hai Nabi katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian agar mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”.
      Para ulama menjelaskan bahwa salah satu fungsi pakaian adalah untuk menunjukkan identitas dan kepribadian seseorang yang bisa membedakan dengan orang lain.
      Eksistensi  dan keberadaan  seseorang,  ada   yang   bersifat material  dan  ada  yang bersifat bukan material atau yang bersifat rohani, dan hal yang bersifat material atau fisik adalah termasuk dapat tergambar  dalam  busana  yang dikenakannya.  
     Kita dapat  mengetahui dan membedakan antara murid SD, SMP, dan SMA, serta bisa membedakan antara  TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan anggota kepolisian melalui seragamnya, termasuk pangkat yang disandangnya.
     Pakaian yang dikenakan seseorang bisa berfungsi untuk menunjukkan identitas yang membedakan seseorang  dengan  lainnya, serta dapat membedakan status sosial seseorang. 
     Nabi Muhammad sangat menekankan pentingnya penampilan yang menunjukkan identitas umat Islam yang bisa digambarkan melalui pakaian, sehingga Nabi bersabda,”Seorang lelaki jangan berpakaian seperti seorang wanita, dan seorang wanita jangan berpakaian seperti seorang lelaki”.
      Kepribadian  umat  Islam sangat perlu ditampilkan, dan ketika Nabi membicarakan cara yang paling tepat dan efektif untuk mengundang umat Islam agar melaksanakan ibadah salat, maka para sahabat mengusulkan dengan beraneka model.
      Para sahabat ada yang mengusulkan untuk mengibarkan sebuah bendera, menggunakan terompet, atau membunyikan lonceng, dan usulan lainnya sebagai tanda mengundang umat Islam untuk melakukan salat.
       Akhirnya, Nabi menyetujui usulan dari Abdullah bin Zaid Al-Anshari  dan  Umar bin Khattab yang sama-sama bermimpi untuk mengumadangkan azan ketika memanggil umat Islam untuk salat seperti yang kita kenal sekarang ini.
      Nabi menekankan pentingnya menampilkan kepribadian tersendiri, yang berbeda dengan lainnya, sehingga Nabi bersabda, “Siapa yang meniru penampilan suatu kaum, maka dia termasuk kelompok kaum itu”. 
     Al-Quran surah Al-Hadid, surah ke-57 ayat 16 menekankan tentang kepribadian non-material atau rohani.

۞ أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

        “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan jangan mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.
     Semua umat Islam diharapkan  menampilkan pakaian jasmani dan rohani yang menggambarkan identitasnya sebagai pemeluk Islam, karena ajaran Islam tidak datang  untuk menentukan  mode pakaian tertentu, maka setiap masyarakat di mana pun dan kapan pun bisa menentukan mode  dan gaya yang  sesuai  dengan zaman dan seleranya. 
      Kesimpulannya, bahwa penampilan pakaian yang dikenakan sesorang bisa  menunjukkan tanda identitanya, maka sebaiknya dan sewajarnya apabila setiap wanita Islam memakai jilbab, karena jilbab adalah gambaran identitas seorang Muslimah yang baik, seperti disebutkan dalam Al-Quran.
  Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment