MEMAHAMI TEKNOLOGI
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Teknologi menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Kata “teknologi” (menurut KBBI V) bisa diartikan “metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis”, “ilmu pengetahuan terapan”, dan “keseluruhan sarana untuk menyediaakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia”.
Dalam Kamus Besar Bahasa ndonesia, “teknologi” diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis." Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.
Sehingga “mesin” dan “alat canggih” yang dipergunakan manusia bukanlah teknologi, meskipun secara umum peralatan tersebut sering diasosiasikan sebagai teknologi, serta mesin telah dipergunakan oleh manusia sejak berabad yang lalu, tetapi abad tersebut belum dinamakan era teknologi.
Para ulama berpendapat terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, serta yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini, yang secara tegas dan berulang-ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam semesta diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.
Ketika Al-Quran berbicara tentang alam semesta dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah.
Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Sebagian ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang teori “Big Bang” (Ledakan Besar), yang mengawali terciptanya langit dan bumi, para ahli berbeda pendapat tentang proses terjadinya pemisahan langit dan bumi, tetapi ketika Al-Quran berbicara tentang alam semesta selalu dikaitkan dengan kekuasaan dan kebesaran Allah.
Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27 ayat 88.
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sehingga sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap Kehadiran dan Kemahakuasaan Allah, serta harus memberikan manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip “bismi Rabbik” (Dengan nama Tuhanmu).
Al-Quran sejak dini memperkenalkan istilah “sakhkhara” yang artinya bermuara kepada “kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan” segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam semesta melalui keahlian bidang teknik.
Ketika Al-Quran memilih kata “sakhhara” yang arti harfiahnya “menundukkan” atau “merendahkan”, maksudnya adalah agar alam semesta dengan segala manfaatnya yang dapat diraih, harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.
Karena manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah, maka tidak wajar apabila seorang “khalifah” tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Allah kepadanya.
Dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya harus mengingatkan manusia kepada Allah, dan harus mengingatkan bahwa manusia adalah “khalifah” (pemimpin) yang berada di alam semesta ini.
Kalaulah alat dan mesin dijadikan sebagai gambaran konkret teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya teknologi adalah perpanjangan organ manusia, misalnya, ketika manusia menciptakan pisau sebagai alat pemotong, maka pisau adalah perpanjangan tangan manusia, yang sepenuhnya tunduk kepada manusia.
Pesawat udara adalah mesin yang menjadi perluasan atau “penciptaan” organ manusia, karena manusia tidak memiliki sayap untuk terbang, tetapi dengan pesawat terbang, manusia bagaikan mempunyai memiliki sayap, sehingga menjadi kawan manusia.
Semakin lama tercipta mesin-mesin yang semakin canggih dan kompleks, serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang manusia, dan akhirnya mesin dapat “manggantikan” tugas yang dahulu dilakukan oleh banyak orang, sehingga mesin menjadi “musuh” manusia, sehingga harus disiasati agar mau mengikuti kehendak manusia.
Sekarang ini telah lahir teknologi dalam bidang rekayasa genetika, yang dikhawatirkan dapat membuat manusia menjadi “budak” dari mesin yang ditemukan oleh manusia sendiri.
Al-Quran memberikan petunjuk kepada seorang Muslim agar menerima hasil-hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia.
Seandainya penggunaan suatu hasil teknologi dapat melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai kemanusiaan, maka yang ditolak bukan hasil teknologinya, tetapi manusia yang harus diingatkan tentang manfaat teknologi itu.
Tugas umat Islam adalah membuat teknologi berjalan terpadu dengan pola pikir, zikir, ilmu, dan iman, karena Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya.
Nabi diperintahkan untuk selalu berusaha dan berdoa agar ditambah pengetahuannya, “
Al-Quran surah Thaha, surah ke-20 ayat 114.
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَىٰ إِلَيْكَ وَحْيُهُ ۖ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Quran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah,“Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
Nabi bersabda,” Manusia memiliki naluri selalu haus dan tidak pernah puas untuk menuntut ilmu dan keinginan memperbanyak harta”.
Hal ini dapat menjadi pemicu manusia akan terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah dari Allah, sehingga perkembangan teknologi memang tidak dapat dibendung.
Tetapi, manusia harus berusaha mengarahkan dirinya agar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang dapat membahayakan dirinya sendiri.
Al-Quran surah Yunus, surah ke-10 ayat 24.
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment