Wednesday, July 3, 2019

2537. KEMATIAN -1


KEMATIAN-1
(Seri ke-1)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM
      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang kematian manusia?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Mati (menurut KBBI V) artinya sudah hilang nyawanya atau tidak hidup lagi.
2.    Kematian manusia adalah ketiadaan hidup atau antonim dari hidup.
3.    Al-Quran menjelaskan bahwa kematian manusia tidak hanya terjadi sekali, tetapi dua kali kematian.
4.    Al-Quran surah Al-Mukmin (surah ke-40) ayat 11.

5.      قَالُوارَبَّنَاأَمَتَّنَااثْنَتَيْنِوَأَحْيَيْتَنَااثْنَتَيْنِفَاعْتَرَفْنَابِذُنُوبِنَافَهَلْإِلَىٰخُرُوجٍمِنْسَبِيلٍ

      Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?"

6.    Kematian ke-1 dialami oleh manusia sebelum kelahirannya atau ketika  Allah belum menghembuskan ruh kehidupan kepadanya.
7.    Kematian ke-2 adalah pada saat meninggalkan dunia yang fana ini.
8.    Kehidupan ke-1 dialami oleh manusia pada saat manusia bisa bernapas di dunia ini.
9.    Kehidupan ke-2 ketika berada di alam barzakh, atau kelak ketika dibangkitkan di akhirat.
10. Al-Quran berbicara tentang kematian dalam banyak ayat.
11. Para ahli memperkirakan sekitar 300-an ayat yang berbicara tentang berbagai aspek kematian dan kehidupan sesudah kematian ke-2.
12. Secara umum bisa disimpulkan bahwa pembicaraan tentang kematian adalah suatu hal tidak yang menyenangkan, bahkan manusia ingin hidup 1.000 tahun lagi.
13. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 96.

وَلَتَجِدَنَّهُمْأَحْرَصَالنَّاسِعَلَىٰحَيَاةٍوَمِنَالَّذِينَأَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّأَحَدُهُمْلَوْيُعَمَّرُأَلْفَسَنَةٍوَمَاهُوَبِمُزَحْزِحِهِمِنَالْعَذَابِأَنْيُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُبَصِيرٌبِمَايَعْمَلُونَ

    Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
14. Dikisahkan bahwa iblis berhasil merayu Nabi Adam dan Hawa melalui keinginan hidup kekal selamanya.
15. Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 120.

فَوَسْوَسَإِلَيْهِالشَّيْطَانُقَالَيَاآدَمُهَلْأَدُلُّكَعَلَىٰشَجَرَةِالْخُلْدِوَمُلْكٍلَايَبْلَىٰ

      Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
16. Banyak faktor yang menyebabkan manusia takut mati, antara lain:
1)    Karena manusia tidak mengetahui hal yang akan dihadapinya setelah kematian.
2)    Manusia menduga bahwa harta kekayaan dan segala yang dimiliki di dunia sekarang ini adalah lebih baik daripada yang akan diperoleh nanti setelah kematian.
3)    Karena membayangkan betapa sulit dan pedih pengalaman mati dan sesudah mati.
4)    Karena khawatir memikirkan dan prihatin terhadap keluarga yang ditinggalkan.
5)    Tidak mengetahui makna hidup dan mati, sehingga merasa cemas dan takut menghadapi kematian.
17. Kemudian muncul pandangan yang optimistis dan pesimistis terhadap kematian dan kehidupan, bahkan dari kalangan para pemikir sekalipun.
18. Manusia dengan nalar dan pengalamannya tidak mampu mengetahui hakikat kematian.
19. Kematian dinilai sebagai salah satu hal yang gaib dn nisbi yang paling besar dan aneh.
20. Meskipun hakikat kematian adalah misteri dan sesuatu yang tidak diketahui, tetapi setiap menyaksikan peristiwa kematianyang merenggut nyawa makhluk yang hidup, maka manusia semakin terdorong untuk mengetahui hakikat kematian atau setidaknya akan terlintas dalam benaknya, bahwa suatu ketika dirinya pasti akan mati.
21. Manusia sering kali menyaksikan bahwa datangnya kematian tidak melihat umur dan tempat, serta tida menangguhkan kehadirannyasampai terpenuhi semua keinginan.
22. Kematian menimbulkan kecemasan bagi banyak orang, terutama bagi orang  yang menganggap bahwa hidup hanyasekali, yakni di dunia ini saja.
23. Terdapat orang yang menilai kehidupan ini adalah siksaan.
24. Untuk menghindar dari siksaan itu, mereka ingin melupakan kematian dan menghindari kecemasan yang ditimbulkannya dengan cara melakukan apa pun secara bebas tanpa aturan, karena menilai kematian adalah akhir dari segalanya.
25. Sebenarnya akal dan perasaan manusia pada umumnya enggan menjadikan kehidupan atau eksistensi mereka terbatas dalam beberapa puluh tahun saja.
26. Meskipun manusia menyadari bahwa mereka harus mati, tetapi pada umumnya menilai kematian manusia bukan berarti kepunahan.
27. Keengganan manusia menilai kematian sebagai kepunahan tercermin melalui penciptaan berbagai cara untuk menunjukkan eksistensinya.
28. Misalnya, dengan menyediakan kuburan atau tempat tersebut dikunjunginya secara rutin sebagai manifestasi dari keyakinannya bahwa manusia yang telah meninggalkan dunia masih tetap hidup, meskipun jasadnya tidak ada.
29. Hubungan antara manusia yang hidup dengan orang yang telah meninggal amat berakar pada jiwa manusia.
30. Hal ini tercermin sejak zaman dahulu sebelum kehadiran agama besar yang dianut oleh umat manusia sekarang.
31. Masyarakat Mesir Kuno meyakini keabadian manusia, sehingga mereka menciptakan teknik untuk mengawetkan mayat selama ratusan tahun lamanya.
32. Socrates menulis, “Ketika aku menemukan kehidupan (dunia) kutemukan bahwa akhir kehidupan adalah kematian, tetapi ketika aku menemukan kematian, aku pun menemukan kehidupan abadi. Oleh karena itu, kita harus prihatin dengan kehidupan (dunia) dan bergembira dengan kematian, karena kita hidup untuk mati dan mati untuk hidup”.
33. Para pemikir modern berpendapat bahwa keabadian manusia dibuktikan oleh karya-karya besar mereka.
34. Filosof Jerman Goethe menjadikan kehidupan dunia ini sebagai arena untuk bekerja keras, dan kematian adalahpintu gerbang menuju kehidupan baru guna merasakan ketenangan dan keterbebasan dari segala macam beban.
34.
DaftarPustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2.    Shihab, M. QuraishShihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online.


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment