Thursday, August 20, 2020

5188. MATI SEPERTI TELUR MENETAS


MATI SEPERTI TELUR MENETAS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM
1.    Semua agama samawi mengajarkan adanya kehidupan setelah mati.
2.    Kematian adalah awal perjalanan panjang dalam evolusi manusia.
3.    Manusia selanjutnya akan memperoleh kehidupan dengan segala macam kenikmatan atau berbagai ragam siksa dan kenistaan.
4.    Kematian manusia menurut agama samawi punya peran sangat besar dalam memantapkan akidah dan menumbuhkan semangat pengabdian.
5.    Tanpa adanya kematian, manusia tidak akan berpikir tentang keadaan sesudah mati, dan tidak mempersiapkan diri menghadapinya.
6.    Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah mengingat kematian, yaitu pemutus segala kenikmatan dunia”.
7.    Inti ajakan para Nabi dan Rasul setelah kewajiban percaya kepada Tuhan, adalah kewajiban percaya adanya hidup setelah mati.
8.    Al-Quran menjelaskan terdapat bermacam-macam kehidupan.
9.    Misalnya, kehidupan tumbuhan, binatang, manusia, jin, dan malaikat, sampai tingkat tertinggi yaitu kehidupan Yang Maha Hidup dan Pemberi Kehidupan.
10. Al-Quran menginformasikan kehidupan di dunia adalah kehidupan yang rendah.
11. Kehidupan akhirat adalah kehidupan sempurna.

12. Al-Quran surah Al-Ankabut (surah ke-29) ayat 64.

وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
                          
     Dan tidaklah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.

13. Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 77 menjelaskan kehidupan dunia hanya sebentar dan kehidupan akhirat lebih baik bagi orang bertakwa.
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوٓا۟ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ ٱلْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ ٱلنَّاسَ كَخَشْيَةِ ٱللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوا۟ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا ٱلْقِتَالَ لَوْلَآ أَخَّرْتَنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗ قُلْ مَتَٰعُ ٱلدُّنْيَا قَلِيلٌ وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

     Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikan salat dan tunaikan zakat”. Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakan, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun”.

14. Al-Quran surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 38, menjelaskan kenikmatan dunia hanya sedikit dibanding kenikmatan akhirat.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ ٱنفِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱثَّاقَلْتُمْ إِلَى ٱلْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُم بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا مِنَ ٱلْءَاخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

      Hai orang-orang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.

15. Kehidupan di dunia ini tidak sempurna.
16. Kehidupan di akhirat penuh keadilan sejati.
17. Kehidupan akhirat tempat orang bertakwa memperoleh kenikmatan hidup tidak terbatas.
18. Satu-satunya jalan untuk mendapat kenikmatan di alam akhirat dengan  melewati mati.
19. Mati itu berpisahnya roh dari badan adalah sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi.
20. Kematian kelihatannya seperti kepunahan.
21. Tetapi pada hakikatnya mati itu kelahiran ke-2.
22. Kematian manusia dapat diibaratkan seperti menetasnya telur.
23. Anak ayam terkurung dalam telur, tidak dapat mencapai kesempurnaan evolusinya sebelum menetas;.
24. Manusia tidak akan mencapai kesempurnaannya sebelum meninggalkan dunia ini, yaitu mati.
25. Al-Quran memakai beberpa istilah untuk menunjuk kepada kematian, yaitu:
1)    Wafat (meninggal).
2)    Imsak (menahan).

26. Al-Quran surah Az-Zumar (surah ke-39) ayat 42.
ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَٱلَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيْهَا ٱلْمَوْتَ وَيُرْسِلُ ٱلْأُخْرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

       Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.
27. Al-Quran juga menyifati kematian sebagai musibah.
28. Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 106.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ شَهَٰدَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ حِينَ ٱلْوَصِيَّةِ ٱثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنكُمْ أَوْ ءَاخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى ٱلْأَرْضِ فَأَصَٰبَتْكُم مُّصِيبَةُ ٱلْمَوْتِ ۚ تَحْبِسُونَهُمَا مِنۢ بَعْدِ ٱلصَّلَوٰةِ فَيُقْسِمَانِ بِٱللَّهِ إِنِ ٱرْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِى بِهِۦ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۙ وَلَا نَكْتُمُ شَهَٰدَةَ ٱللَّهِ إِنَّآ إِذًا لَّمِنَ ٱلْءَاثِمِينَ

      Hai orang-orang beriman, jika salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan 2 orang adil di antara kamu, atau 2 orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah salat (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa".


29. Istilah mati sebagai musibah ditujukan kepada manusia durhaka, atau keluarga yang ditinggal mati.
30. Mati bisa musibah bagi orang yang ditinggalkan.
31. Dan musibah bagi orang tanpa bekal yang cukup.
32. Nikmat akibat adanya mati bisa terasa dalam kehidupan dunia.
33. Jika manusia tidak mati, maka dunia akan penuh sesak.



Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment