Sunday, September 13, 2020

5363.DARI, OLEH, UNTUK RAKYAT


DARI RAKYAT, OLEH RAKYAT, UNTUK RAKYAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
A.   Demokrasi : Dari Cukong, Oleh Cukong, Untuk Cukong!
1.    Oleh Hersubeno Arief
2.    Kredo demokrasi: Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat, tampaknya perlu direvisi.
3.    Khusus untuk Indonesia, harus diubah.
4.    Tidak menggambarkan realitas sesungguhnya.
5.    Yang lebih tepat: Dari Cukong, Oleh Cukong, Untuk Cukong!
6.    Kredo itu lebih sesuai, pas dengan realitas, fakta, dan data praktik rezim pemilu langsung yang kini tengah diterapkan di Indonesia.
7.    Menko Polhukam Mahfud MD dalam Webinar pusat studi Pusako FH Universitas Andalas, Padang (11/9) mengungkapkan 92 persen calon kepala daerah dibiayai cukong.
8.    Akibatnya sudah bisa diduga.
9.    Ketika terpilih muncul korupsi kebijakan.
10. Sebuah modus korupsi lebih berbahaya dibanding korupsi uang.
11. “Korupsi kebijakan lebih berbahaya dibanding korupsi uang.
12. Kalau uang bisa dihitung.
13. Tapi kalau kebijakan dalam bentuk lisensi penguasaan hutan.
14. Lisensi penguasaan tambang yang saya periksa tumpang-tindih,” kata Mahfud.
15. Dari sisi UU, pemberian lisensi itu legal.
16. Kepala daerah boleh beri konsensi tambang kepada pengusaha dengan memperhitungkan prosentase luas wilayah.
17. Pada praktiknya, kata Mahfud, lisensi diberi lebih luas dari seharusnya.
18.  Bahkan kepala daerah berinisiatif buka izin baru bagi para cukong yang membiayai Pilkada.
19. Entah data dari mana, Mahfud MD menyebut 92 persen?
20. Tetapi apa yang disampaikan Mahfud dijamin sahih.
21. Mungkin meleset jumlah presentasenya.
22. Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengungkapkan data tak jauh beda.
23. Dalam riset KPK, ada 82 calon kepala daerah dibiayai oleh cukong dan sponsor.
24. Dari situ korupsi berpangkal.
25. Para cukong tidak memberi dana gratis.
26. Seperti perjanjian dengan setan.
27.  Perjanjian orang cari pesugihan, kekayaan di tempat keramat!
28. Untuk daerah punya potensi tambang, atau hutan mereka minta imbal balik konsesi.
29. Mulai mereka menjarah habis tambang dan hutan.
30. Untuk daerah tidak punya potensi sumber daya alam (SDA), mereka mengincar kebijakan berupa kemudahan dan proteksi bisnis.
31. Daerah tidak punya SDA, secara bisnis tidak potensial, para cukong incar proyek APBD.
32. Ini level korupsi paling kere.
33. Tapi setimpal hasilnya.
34. Para cukong membiayai semua keperluan kandidat:
1)    Bayar tiket ke parpol.
2)    Bayar lembaga survei.
3)    Media dan iklan media.
4)    Buzzer.
5)    Pembuatan atribut.
6)    Pengerahan massa.
7)    Bayar aparat negara.
8)    Sampai money politics.
35. Dalam banyak kasus, para cukong membentuk konsorsium.
36. Mereka jadi investor politik.
37. Sebuah bisnis dengan keuntungan berlipat!
38. Biasanya tahap awal menyewa lembaga survei mendeteksi kandidat potensial.
39. Berbekal peta kekuatan kandidat, para cukong mendekati kandidat.
40. Tercipta kerjasama saling menguntungkan.
41. Berbuntut main kebijakan.
42. Menguras, menghancurkan SDA dan menggarong anggaran negara.
43. Berapa besar dana yang dikeluarkan untuk kandidat kepala daerah?
44. Berdasar data dari Kemendagri untuk bupati minim Rp 25 miliar.
45. Itu untuk daerah miskin.
46. Semakin besar wilayah dan jumlah penduduknya, semakin besar biayanya.
47. Angkanya mencapai ratusan miliar.
48. “Untuk pemilihan gubernur bisa sampai triliunan,” kata Plt Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Bahtiar (03/12/2019).

B.   Pilpres jauh lebih besar
1.    Maju kepala daerah butuh dana triliunan, berapa dana untuk capres?
2.    Angkanya jelas berkali lipat.
3.    Dipastikan tidak ada seorang capres yang bisa membiayai dirinya sendiri.
4.    Peneliti lembaga survei menyebutkan, setidaknya butuh Rp 7 triliun.
5.    Jumlah itu sangat kecil.
6.    Sangat konservatif.
7.    Tidak gambar realitas sesungguhnya.
8.    Pilpres 2019 jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebanyak 10.329.
1)    Kalau ada 2 saksi, dengan biaya saksi dan makan minum Rp 500 ribu.
2)    Maka butuh dana Rp 405 miliar.
3)    Belum untuk parpol.
4)    Membeli media dan iklan.
5)    Pengerahan masa.
6)    Transport keliling Indonesia.
7)    Money politics.
8)    Biaya lain lebih kompleks.
9)    Ruwet dan mahal dibanding pilkada.
9.    Jangan percaya biaya kampanye dilaporkan tim sukses ke KPU.
10. Kendati katanya sudah melalui audit akuntan public.
11. Tapi semua itu hanya boong-boongan.
12. Bayar mahar ke parpol, money politics, pengerahan aparat keamanan dll, pasti tidak pernah dilaporkan.
13. Apakah kandidat membiayai sendiri?
14. Tentu saja TIDAK!!!
15. Pada Pilpres 2019 Tim Kampanye Prabowo-Sandi lapor jumlah penerimaan dana kampanye Rp 191,5 miliar.
16. Dana Kampanye Prabowo-Sandi sebagian besar berasal dari Cawapres Sandiaga Uno.
17. Total sumbangan Sandi Rp116 miliar (61 persen) dari dana kampanye.
18. Prabowo beri sumbangan Rp71,4 miliar (34 persen) dari total.
19. Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf pada 5 Maret 2019 melaporkan penerimaan dana kampanye Rp 130, 45 miliar.
20. Dana itu berasal dari sumbangan perorangan, badan usaha, sumbangan dari parpol, dll.
21. Tidak disebutkan adanya sumbangan dari Jokowi dan Ma’ruf.
22. Itu hanya laporan di atas kertas.
23. Biaya kandidat jauh lebih besar.
24. Puluhan triliun.
25. Disitu para cukong berperan.
26. Mereka membentuk konsorsium taipan oligarki.
27. Mereka mengendalikan kebijakan politik, ekonomi dan hukum negara.
28. Jejaring dan kuku tajam mereka telah menancap kuat tidak hanya di kalangan eksekutif, yudikatif, para penegak hukum, dan eksekutif.
29. Ketua MPR Bambang Soesatyo pernah mengakui.
30. Dengan bermodal Rp 1 triliun, cukong bisa menguasai Parpol.
31. Artinya mereka bisa menguasai parlemen dan pemerintahan.
32. Dengan pisau analisa Mahfud MD, berapa persen kandidat capres dibiayai cukong?
33. Jawabnya 100 persen!
34. Tapi kalau mau konservatif, dengan asumsi hanya ada 2 pasang capres seperti pada Pilpres 2019, maka setidaknya 50 persen!
35. Cuma harus dicatat.
36. Di kalangan pebisnis dan investor politik ada adagium.
37. “Jangan pernah menaruh semua telur dalam 1 keranjang.”
38. Dengan 2 calon, mereka mudah membagi telurnya dalam 2 keranjang.
39.  Hanya jumlah dan besarnya saja yang berbeda-beda.
40. Tinggal baku atur.
41. Siapa pun menang, para cukong akan tetap berkuasa.
42. Demokrasi Indonesia: DARI CUKONG, OLEH CUKONG, UNTUK CUKONG!
43. MERDEKA!!
(Sumber internet Hersubeno Arief)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment