ISLAM
TAK CUKUP DAMAI DAN TOLERAN TAPI HARUS MODERN
Oleh: Drs.
HM Yusron Hadi,MM
Ketua Umum
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Haedar Nashir berpesan.
Semangat kuat beragama.
Agar imbang paham agama.
Yang mendalam dan utuh.
Haedar mewanti-wanti.
Agar umat Islam.
Dalam beragama.
Tak hanya dapat kembang saja.
Tapi bukan substansinya.
Juga umat Islam.
Jangan terlalu fokus ritual.
Tapi hilang produktifitas.
“Warga kita suka paguyuban.
Tapi jika banyak ritual social.
Maka umat tidak maju.” Ungkap Haedar.
Sabtu (11/3/2023).
Milad ke-42.
Universitas Muhammadiyah.
Jember.
Dan Launching
Rumah Sakit Unmuh Jember.
Beragama sebatas ‘kembang’ saja.
Jadi salah satu sebab.
Umat Islam.
Dan bangsa Indonesia.
Dijajah lama.
Oleh bangsa asing.
Soal paham ekstrim kiri dan kanan.
Haedar ajak seluruh ormas.
Kembali ke tengah.
Atau wasathiyah.
Sikap tengah.
Yaitu sikap menciptakan:
1)
Damai.
2)
Toleran.
3)
Kemajuan.
Tidak cukup Islam:
1)
Damai.
2)
Toleran.
Risikonya.
1)
Islam tertinggal.
2)
Yang lain maju.
Muhammadiyah.
Ingin selalu hadir.
Pada tiap peristiwa.
Muhammadiyah dan Islam.
Harus selalu hadir .
Pada tiap zaman.
Dan kebutuhan warga.” Imbuhnya.
Haedar sadar.
Bahwa saat ini.
Umat lslam dalam kondisi:
1)
Rendahnya Pendidikan.
2)
Rendah Kesehatan.
Bagai lingkaran tak bertepi.
Soal pendidikan dan kesehatan.
Terkait kemiskinan.
Ada 3 soal:
1)
Pendidikan.
2)
Kesehatan.
3)
Kemiskinan.
Membuat umat lslam.
Tak berdaya.
“Kecuali ada sistem:
1)
Pemimpin.
2)
Pihak lain.
Yang memberdayakan.
Secara tulus.
Bukan memberdayakan.
Agar rakyat jadi pintar.
Tapi memperdaya.
Yaitu menipu,” Kata Haedar.
Memberdayakan.
Yaitu proses mendorong.
Untuk berpikir dan ambil
keputusan.
Bagi tujuan mereka.
Memperdaya.
Yaitu menipu.
Soal tulus memberdayakan.
Ada yang memberdayakan:
1)
Seketika.
2)
Dalam jangka panjang.
Tulus memberdayakan rakyat.
Agar mampu angkat:
Indek Pembangunan Manusia Indonesia.
Saat ini.
Masih tercecer.
Bahkan di ASEAN.
Indonesia tertinggal.
(Sumber muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment