Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label ASAL MULA KETUPAT LEBARAN. Show all posts
Showing posts with label ASAL MULA KETUPAT LEBARAN. Show all posts

Saturday, May 15, 2021

9612. ASAL MULA KETUPAT LEBARAN


 

ASAL MULA KETUPAT LEBARAN

Oleh Drs. HM. Yusron Hadi, MM

 

 

 

 

KETUPAT dikenalkan oleh  Sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa.

 

Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali bakda (setelah), yaitu:

 

1.      Bakda Lebaran.

2.      Bakda Kupat.

 

 

Bakda Kupat mulai 1 minggu sesudah lebaran.

 

Pada hari Bakda Kupat, hampir setiap rumah di Jawa terlihat menganyam ketupat terbuat dari daun kelapa muda.

 

 

Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras dan  dimasak.

 

 

Ketupat itu diantarkan kepada kerabat yang lebih tua.

 

 

Sebagai lambang kebersamaan.

 

 

ARTI KATA KETUPAT

 

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukan sekedar hidangan khas hari raya lebaran.

 

Ketupat punya makna khusus.

Ketupat (kupat) dalam bahasa Jawa adalah kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

 

 

“Ngaku lepat” artinya mengakui kesalahan.

 

“Laku papat” artinya 4 tindakan.

 

 

NGAKU LEPAT

 

Tradisi sungkeman implementasi “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa.

 

 

Prosesi sungkeman  bersimpuh di hadapan orang tua seraya mohon ampun.

 

Hal ini masih membudaya hingga kini.

 

Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua.

 

Bersikap rendah hati, mohon keikhlasan.

 

 

Dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua.

 

 

LAKU PAPAT

 

Artinya ada 4 tindakan dalam perayaan Lebaran, yaitu:

 

1. Lebaran.

2. Luberan.

 

3. Leburan.

4. Laburan.

 

Lebaran

Bermakna usai.

 

Yaitu menandakan berakhirnya waktu puasa.

 

Lebaran berasal dari kata “lebar”.

 

Yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

 

Luberan

 

Bermakna meluber atau melimpah.

 

Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.

 

 

Membayar zakat fitrah menjelang lebaran.

 

 

Selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam.

 

Juga menjadi wujud peduli kepada sesama manusia.

 

 

Leburan

 

Maknanya adalah habis dan melebur.

 

Maksudnya pada lebaran, dosa dan kesalahan kita melebur habis.

 

Karena tiap umat Islam dituntut saling memaafkan satu sama lain.

 

Laburan

 

Berasal dari kata labur atau kapur.

 

 

Kapur adalah zat yang biasa dipakai penjernih air dan  pemutih dinding.

 

 

Maksudnya agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

 

Filosofi Ketupat:

 

1.      Mencerminkan beragam kesalahan manusia.

 

Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.

 

2.      Kesucian hati.

 

Setelah ketupat dibuka, akan terlihat nasi putih.

 

Hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati.

 

 

Setelah mohon ampunan dari segala kesalahan.

 

3.      Mencerminkan kesempurnaan.

 

Bentuk ketupat begitu sempurna.

 

Hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam.

 

 

Setelah sebulan berpuasa dan akhirnya Idul Fitri.

 

 

Ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk bersantan.

 

Dalam pantun Jawa ada yang bilang “KUPA SANTEN“.

 

Yaitu: Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten.

 

 

Artinya : “Saya salah, mohon dimaafkan.”

 

Tradisi ketupat (kupat) lebaran simbolisasi ungkapan bahasa Jawa.

 

 

KUPAT

 

Ku = ngaku (mengakui).

Pat = lepat (kesalahan).

 

Yang dipakai Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa.

 

Yang waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat.

 

Asilmilasi budaya dan keyakinan ini mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami.

 

 

Ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada.

 

 

Pada saat umat Islam merayakan lebaran.

 

 

Sebagai momen yang tepat saling minta maaf dan mengakui kesalahan.

 

(Sumber : www.historia.com)