ASAL
MULA KETUPAT LEBARAN
Oleh Drs. HM. Yusron Hadi, MM
KETUPAT dikenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali bakda (setelah),
yaitu:
1.
Bakda Lebaran.
2.
Bakda Kupat.
Bakda Kupat mulai 1 minggu sesudah lebaran.
Pada hari Bakda Kupat, hampir setiap rumah di Jawa terlihat
menganyam ketupat terbuat dari daun kelapa muda.
Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras dan
dimasak.
Ketupat itu diantarkan kepada kerabat yang lebih tua.
Sebagai lambang kebersamaan.
ARTI KATA KETUPAT
Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukan sekedar
hidangan khas hari raya lebaran.
Ketupat punya makna khusus.
Ketupat (kupat) dalam bahasa Jawa adalah kependekan
dari Ngaku Lepat dan Laku
Papat.
“Ngaku lepat” artinya mengakui kesalahan.
“Laku papat” artinya 4 tindakan.
NGAKU LEPAT
Tradisi sungkeman implementasi “ngaku lepat”
(mengakui kesalahan) bagi orang Jawa.
Prosesi sungkeman bersimpuh di hadapan orang tua seraya mohon
ampun.
Hal ini masih membudaya hingga kini.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang
tua.
Bersikap rendah hati, mohon keikhlasan.
Dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua.
LAKU PAPAT
Artinya ada 4 tindakan dalam perayaan Lebaran, yaitu:
1. Lebaran.
2. Luberan.
3. Leburan.
4. Laburan.
Lebaran
Bermakna usai.
Yaitu menandakan berakhirnya waktu puasa.
Lebaran berasal dari kata “lebar”.
Yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Luberan
Bermakna meluber atau melimpah.
Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.
Membayar zakat fitrah menjelang lebaran.
Selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam.
Juga menjadi wujud peduli kepada sesama manusia.
Leburan
Maknanya adalah habis dan melebur.
Maksudnya pada lebaran, dosa dan kesalahan kita melebur
habis.
Karena tiap umat Islam dituntut saling memaafkan satu
sama lain.
Laburan
Berasal dari kata labur atau kapur.
Kapur adalah zat yang biasa dipakai penjernih air dan
pemutih dinding.
Maksudnya agar manusia selalu menjaga kesucian lahir
dan batin satu sama lain.
Filosofi Ketupat:
1.
Mencerminkan beragam kesalahan manusia.
Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat
ini.
2.
Kesucian hati.
Setelah ketupat dibuka, akan terlihat nasi putih.
Hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati.
Setelah mohon ampunan dari segala kesalahan.
3.
Mencerminkan kesempurnaan.
Bentuk ketupat begitu sempurna.
Hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam.
Setelah sebulan berpuasa dan akhirnya Idul Fitri.
Ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk bersantan.
Dalam pantun Jawa ada yang bilang “KUPA SANTEN“.
Yaitu: Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten.
Artinya : “Saya salah, mohon dimaafkan.”
Tradisi ketupat (kupat) lebaran simbolisasi ungkapan bahasa
Jawa.
KUPAT
Ku = ngaku (mengakui).
Pat = lepat (kesalahan).
Yang dipakai Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam
di Pulau Jawa.
Yang waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan
kupat.
Asilmilasi budaya dan keyakinan ini mampu menggeser
kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami.
Ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada.
Pada saat umat Islam merayakan lebaran.
Sebagai momen yang tepat saling minta maaf dan
mengakui kesalahan.
(Sumber : www.historia.com)

0 comments:
Post a Comment