Sunday, May 23, 2021

9683. SIFAT ALLAH HARUS DITIRU MANUSIA

 


SIFAT ALLAH WAJIB DITIRU MANUSIA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Ukuran sifat baik dan jelek harus meniru sifat Allah.

 

 

Para ulama berpendapat standar ukuran perilaku yang baik dan buruk harus  merujuk kepada ketentuan Allah.

 

 

Suatu yang dinilai baik oleh Allah, pasti dalam esensinya baik.

 

 

 Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 8 menyatakan Allah punya segala sifat baik.

 

 

                             اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

 

       

 

Dia Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai “asmaulhusna” yaitu nama-nama yang baik.

 

 

Rasulullah memerintahkan umat Islam agar berusaha sekuat kemampuan dan kapasitasnya sebagai makhluk.

 

 

Untuk meneladani Allah dalam semua sifat-sifat-Nya.

 

 

Berakhlaklah dengan akhlak Allah.

 

 

Aisyah (istri Rasulullah) ditanya tentang akhlak Rasulullah.

 

 

Aisyah menjawab,

 

”Budi pekerti Rasulullah adalah Al-Quran.”

 

 

 

Semua sifat Allah tertuang dalam Al-Quran.

 

 

 

Jumlahnya bahkan melebihi 99 sifat yang populer disebutkan dalam hadis.

 

 

Sifat-sifat Allah itu adalah satu kesatuan.

 

 

Allah Esa dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya.

 

Tidak wajar jika sifat-sifat Allah dinilai saling bertentangan.

 

 

Semua sifat Allah punya tempatnya masing-masing.

 

 

Ada tempat untuk keperkasaan dan keangkuhan Allah.

 

 

Juga ada tempat kasih sayang dan lemah lembut Allah.

 

 

Orang Muslim yang meneladani sifat Al-Kibriya' (Keangkuhan Allah).

 

 

Harus ingat sifat itu disandang oleh Allah dalam konteks ancaman terhadap para pembangkang.

 

 

Dan terhadap orang yang merasa dirinya superior.

 

 

Rasulullah melihat orang berjalan dengan angkuh di medan perang.

 

 

Rasulullah bersabda,

 

“Itu adalah cara berjalan yang dibenci Allah.

 

Kecuali dalam kondisi semacam ini.”

 

 

Orang yang berusaha meneladani sifat Al-Kibriya' (Kengkuah Allah).

 

 

Akan meneladaninya terhadap manusia yang angkuh.

 

 

Dalam konteks ini ditemukan riwayat yang menyatakan,

 

 

 “Bersikap angkuh terhadap orang angkuh adalah sedekah”.

 

 

Orang Muslim berusaha meneladani kekuatan dan kebesaran Allah.

 

 

Harus diingat sebagai makhluk, manusia terdiri atas jasad dan ruh.

 

 

Sehingga keduanya harus sama kuat.

 

 

Kekuatan dan kebesaran itu mesti diarahkan untuk membantu yang kecil dan lemah.

 

 

Bukan dipakai menopang yang salah dan yang sewenang-wenang.

 

 

 

Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi membanggakan diri.

 

 

Al-Quran surah Lukman (surah ke-31) ayat 18.

 

                         وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

 

     

 Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

 

 

 

Jika orang Muslim meneladani Allah Yang Maha Kaya.

 

 

Maka harus menyadari istilah yang dipakai Al-Quran untuk menunjukkan sifat itu adalah Al-Ghani.

 

 

Yang maknanya adalah tidak butuh dan bukan kaya materi.

 

 

Esensi sifat itu (kekayaan) adalah kemampuan berdiri sendiri.

 

 

Atau tidak menghajatkan pihak lain.

 

 

Sehingga tidak perlu minta-minta.

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 273.

 

 

                         لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

 

 

(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.

 

 Tetapi dalam kedudukan manusia sebagai makhluk.

 

 

Da sadar dirinya amat membutuhkan Allah.

 

 

 

Al-Quran surah Fathir (surah ke-35) ayat 15.

 

                         ۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

     

 

Hai manusia, kamu yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.

 

 

Demikian seterusnya dengan sifat-sifat Allah yang lain, yang harus diteladaninya.

 

 

Seperti Maha Mengetahui, Maha Pemaaf, Maha Bijaksana, Maha Agung, Maha Pengasih, dan lain-lain.

 

 

 

Adalah suatu keistimewaan bagi orang atau masyarakat, jika menjadikan sifat Allah sebagai tolok ukur.

 

 

 

Tidak menjadikan kelezatan atau manfaat sesaat sebagai tolok ukur kebaikan.

 

 

Kelezatan dan manfaat dapat berbeda antara seseorang dengan yang lain.

 

 

Orang berada dalam kondisi dan situasi tertentu juga bisa berbeda dengan kondisi lainnya.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.    Tafsirq.com online.

 

0 comments:

Post a Comment