MANUSIA WAJIB MENIRU SIFAT ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi,
M.M.
Ukuran
sifat baik dan jelek harus meniru sifat Allah.
Para
ulama berpendapat standar ukuran perilaku yang baik dan buruk
harus merujuk kepada ketentuan Allah.
Suatu
yang dinilai baik oleh Allah, pasti dalam esensinya baik.
Al-Quran
surah Thaha (surah ke-20) ayat 8 menyatakan Allah punya segala sifat baik.
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَىٰ
Dia Allah, tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai “asmaulhusna” yaitu nama-nama
yang baik.
Rasulullah
memerintahkan umat Islam agar berusaha sekuat kemampuan dan kapasitasnya
sebagai makhluk.
Untuk
meneladani Allah dalam semua sifat-sifat-Nya.
Berakhlaklah
dengan akhlak Allah.
Aisyah
(istri Rasulullah) ditanya tentang akhlak Rasulullah.
Aisyah
menjawab,
”Budi
pekerti Rasulullah adalah Al-Quran.”
Semua
sifat Allah tertuang dalam Al-Quran.
Jumlahnya
bahkan melebihi 99 sifat yang populer disebutkan dalam hadis.
Sifat-sifat
Allah itu adalah satu kesatuan.
Allah
Esa dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya.
Tidak
wajar jika sifat-sifat Allah dinilai saling bertentangan.
Semua
sifat Allah punya tempatnya masing-masing.
Ada
tempat untuk keperkasaan dan keangkuhan Allah.
Juga
ada tempat kasih sayang dan lemah lembut Allah.
Orang
Muslim yang meneladani sifat Al-Kibriya' (Keangkuhan Allah).
Harus
ingat sifat itu disandang oleh Allah dalam konteks ancaman terhadap para
pembangkang.
Dan
terhadap orang yang merasa dirinya superior.
Rasulullah
melihat orang berjalan dengan angkuh di medan perang.
Rasulullah
bersabda,
“Itu
adalah cara berjalan yang dibenci Allah.
Kecuali
dalam kondisi semacam ini.”
Orang yang berusaha meneladani sifat Al-Kibriya' (Kengkuah
Allah).
Akan meneladaninya terhadap manusia yang angkuh.
Dalam konteks ini ditemukan riwayat yang menyatakan,
“Bersikap angkuh terhadap
orang angkuh adalah sedekah”.
Orang
Muslim berusaha meneladani kekuatan dan kebesaran Allah.
Harus
diingat sebagai makhluk, manusia terdiri atas jasad dan ruh.
Sehingga
keduanya harus sama kuat.
Kekuatan
dan kebesaran itu mesti diarahkan untuk membantu yang kecil dan lemah.
Bukan
dipakai menopang yang salah dan yang sewenang-wenang.
Allah
tidak suka kepada orang yang angkuh lagi membanggakan diri.
Al-Quran
surah Lukman (surah ke-31) ayat 18.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ
مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.
Jika
orang Muslim meneladani Allah Yang Maha Kaya.
Maka
harus menyadari istilah yang dipakai Al-Quran untuk menunjukkan sifat itu
adalah Al-Ghani.
Yang
maknanya adalah tidak butuh dan bukan kaya materi.
Esensi
sifat itu (kekayaan) adalah kemampuan berdiri sendiri.
Atau
tidak menghajatkan pihak lain.
Sehingga
tidak perlu minta-minta.
Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 273.
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا
يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ
التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ
وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
(Berinfaklah) kepada orang-orang
fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha)
di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena
memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat
sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja
harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui.
Tetapi
dalam kedudukan manusia sebagai makhluk.
Da
sadar dirinya amat membutuhkan Allah.
Al-Quran
surah Fathir (surah ke-35) ayat 15.
۞ يَا أَيُّهَا
النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ
الْحَمِيدُ
Hai manusia, kamu yang
berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia Yang Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Demikian
seterusnya dengan sifat-sifat Allah yang lain, yang harus diteladaninya.
Seperti
Maha Mengetahui, Maha Pemaaf, Maha Bijaksana, Maha Agung, Maha Pengasih, dan
lain-lain.
Adalah
suatu keistimewaan bagi orang atau masyarakat, jika menjadikan sifat Allah
sebagai tolok ukur.
Tidak
menjadikan kelezatan atau manfaat sesaat sebagai tolok ukur kebaikan.
Kelezatan
dan manfaat dapat berbeda antara seseorang dengan yang lain.
Orang
berada dalam kondisi dan situasi tertentu juga bisa berbeda dengan kondisi
lainnya.
Daftar Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment