KISAH LAHIRNYA NABI ISA (1)
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Maryam kaget dan heran.
Mendengar ucapan malaikat Jibril bahwa
dia akan mendapat seorang putera.
Bagaimana mungkin dia mendapat seorang putera.
Padahal belum pernah ada pria
yang menyentuhnya?
Al-Quran surah Maryam (surah
ke-19) ayat 20.
قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي
بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا
Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak
laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan
(pula) seorang pezina!"
Maryam
binti Imran adalah wanita suci yang sangat menjaga dirinya.
Sejak
balita diasuh di Baitul Maqdis oleh Nabi Zakariya.
Beranjak
remaja, dia menyendiri di di sebelah timur Baitul Maqdis.
Tinggal
di tempat tertutup rapat seperti Mihrab, khusyuk beribadah kepada Allah.
Maryam
belum menikah.
Tiba-tiba
diberitahu malaikat Jibril, dia akan
mendapat anak laki-laki.
Maryam
percaya bahwa pria itu malaikat utusan Allah.
Malaikat
tentu tidak akan berdusta.
Tetapi
dia heran bagaimana caranya bisa punya anak pria.
Tanpa
ada seorang laki-laki menyentuhnya.
Sangat
wajar, Maryam kaget dan heran dengan
berita itu.
Malaikat Jibril menjawab bahwa
bagi Allah hal itu sangat mudah.
Al-Quran surah Maryam (surah
ke-19) ayat 21.
قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ ۖ
وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا ۚ وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا
Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman:
"Hal itu mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi
manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu hal yang sudah
diputuskan".
Jibril
tidak mengatakan bahwa hal itu mudah baginya.
Menciptakan anak manusia tanpa
bapak, memang mudah bagi Allah.
Allah telah menciptakan Nabi Adam,
tanpa bapak dan ibu.
Allah menciptakan Hawa dari
tulang rusuk Nabi Adam.
Menciptakan Nabi Isa dari seorang
ibu, tanpa bapak.
Bukan hal yang sulit bagi Allah
Yang Maha Mencipta dan Maha Kuasa.
Memang Allah sudah menciptakan
hukum yang pasti.
Bahwa reproduksi manusia lewat hubungan badan pria dan wanita.
Dalam banyak ayat dijelaskan proses
reproduksi itu.
Lewat pertemuan sperma pria dan
sel telur wanita dalam rahim.
Tapi, Allah ingin menunjukkan
Kekuasaannya.
Allah bisa menciptakan manusia
dengan cara lain.
Tak lewat proses reproduksi biasa.
Lahirnya Nabi Isa lewat cara luar
biasa adalah tanda kekuasaan Allah.
Lahirnya Nabi Isa putera Maryam juga
rahmat sebagai utusan Allah.
Dengan
izin Allah, Maryam pun hamil.
Maryam
wanita salehah.
Sejak
kecil dididik dalam lingkungan sangat religius.
Maryam
pernah menyaksikan mukjizat dari Allah.
Waktu
di asuh Nabi Zakaria.
Maryam
menerima hamilnya sebagai bagian tanda
imannya.
Tetapi,
apakah keluarga dan masyarakat percaya?
Mereka
pasti menuduh Maryam berzina.
Karena
Maryam hamil sebelum menikah.
Untuk
menyelamatkan bayinya, Maryam pergi menjauh ke tempat sunyi.
Al-Quran surah Maryam (surah
ke-19) ayat 22.
۞ فَحَمَلَتْهُ
فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya ke tempat jauh.
Menurut
Hamka, tempat jauh itu Baitu Lahmin (Betlehem).
Sekitar
13 km dari Baitul Maqdis.
Hamilnya
Maryam berlangsung seperti wanita umumnya.
Yaitu
sekitar 9 bulan 10 hari.
Bukan
hanya sekejap.
Yang
menyatakan sekejap argumennya surah Ali Imran ayat 59.
Yang
menyatakan sesungguhnya misal (penciptaan)
Isa di sisi Allah, seperti (penciptaan) Adam.
Allah
menciptakan Nabi Adam dari tanah.
Kemudian
Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), Maka jadilah Dia.”
Kalimat “kun
fayakun” dalam konteks penciptaan Nabi Isa.
Dipahami
malaikat Jibril meniupkan roh kepada Maryam.
Maka
Maryam langsung hamil.
Dan
dalam sekejap membesar siap melahirkan.
Pemahaman
seperti itu tidak benar.
Kalimat “kun
fayakun” tidak berarti menghilangkan proses.
Tetapi,
tetap lewat prosesnya.
Setelah kehamilan Maryam makin
membesar.
Dan hampir datang waktu
melahirkan.
Dengan susah payah, Maryam
mencari tempat aman untuk melahirkan.
Setelah terasa mau melahirkan.
Maryam duduk bersandar pada batang
pohon kurma.
Al-Quran surah Maryam (surah
ke-19) ayat 23.
فَأَجَاءَهَا
الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا
وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".
Sambil bersandar pada pohon kurma,
Maryam membayangkan jika dia sudah melahirkan bayi.
Bagaimana penilaian masyarakat.
Tentu dia akan dituduh berzina.
Memang Maryam sudah dilamar Yusuf
Najjar.
Tapi belum menikah.
Maryam membayangkan.
Dia akan dihina dan dituduh
sebagai wanita bejat oleh masyarakat.
Membayangkan hal buruk seperti
itu, Maryam sedih.
Maryam membayangkan.
Alangkah baiknya, jika dia mati
sebelum semuanya terjadi.
Jika dia mati, tentu masyarakat segera
melupakannya.
Ucapan Maryam seperti itu
menunjukkan betapa cemasnya dia menghadapi masyarakat nanti.
Hal itu bukan menunjukkan putus
asa.
Sebagai wanita salehah, tentu
Maryam tidak akan berputus asa.
Akhirnya Maryam melahirkan
seorang diri.
Tidak ada seorang pun yang
membantu persalinannya.
Setelah Nabi Isa lahir, muncul 2 masalah,
yaitu:
1)
Air.
2)
Makanan.
Maryam perlu air untuk
membersihkan diri dan bayinya yang berdarah.
Maryam perlu makanan dan minuman.
Tentu saja dia lapar.
Apalagi setelah melahirkan.
Jika pergi mencari makanan dan
minuman, badannya masih lemah.
(Sumber suara.muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment