OTAK MANUSIA TERBATAS JANGAN PINTER KEBLINGER
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Pinter keblinger menunjukkan paradoks.
Yaitu pertentangan dalam dirinya.
Bagaimana mungkin orang pandai
dan berilmu justru tersesat jalan?
Tapi dalam kehidupan tak ada yang
aneh.
Ada orang berilmu dan
berpengalaman panjang dalam hidupnya.
Tapi terjebak salah langkah.
Misalnya, orang yang salah dibela
mati-matian.
Orang berprestasi biasa, tapi dianggap luar
biasa.
Dengan cara pandang fanatik-buta.
Mudah mengambil kesimpulan
berdasar seleranya, seolah dia paling benar.
Misalnya, menilai orang lain
radikal di sisi kanan.
Tapi, tidak sadar dirinya radikal
di sisi kiri.
Orang
menyaksikan sekilas dari luar.
Tampak
hebat, bersih, dan digdaya.
Karena
pintar menampilkan prestasi verbal yang memukau nalar sesaat.
Kemudian
larut dalam kekaguman tanpa kritis.
Ilmu
yang luas tak mampu menembus kebenaran hakiki.
Karena
terjangkit subjektivitas tinggi.
Kenapa
orang pintar tampak keblinger .
Alias
salah cara pandang dan bersikap?
Penyakitnya biasanya ada 2, yakni:
1)
Nalar
verbal instrumental.
2)
Hawa
nafsu.
Karena alergi pada objek.
Orang dengan nalar instrumental kental
menjadi rabun melihat kebenaran hakiki.
Kebenaran hanya milik diri dan
lingkungannya.
Pihak lain pasti salah.
Terlalu percaya diri pada apa yang dimilikinya.
Dan menganggap milik orang lain selalu
salah.
Kebenaran
tidak diletakkan menyeluruh.
Seperti
tubuh gajah.
Yang
harus dilihat secara lengkap dari banyak sudut pandang.
Informasi
dan pandangan satu orang.
Mestinya
diolah dipertukarkan secara kritis dan cerdas.
Jika
ingin mendapat kebenaran lebih lengkap.
Maka
dengarkan pendapat banyak pihak.
Dan
bukan dari orang terdekat belaka.
Tanda
ulul-albab dan orang yang mendapat hidayah.
Yaitu
“yang mendengar tiap pendapat, lalu mengikuti yang terbaik di antaranya”
Al-Quran
surah Az-Zumar (surah ke-39) ayat 18.
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ
أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو
الْأَلْبَابِ
Yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik
di antaranya. Mereka itu orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka orang
yang punya akal.
Kebenaran jangan hanya dilihat
dari luar.
Tak pernah diselami hingga hakiki
ke lubuk terdalam.
Orang
beriman, meskipun berilmu tinggi mesti sadar.
Bahwa
pengetahuan manusia amat terbatas.
Di
balik hukum dan kebenaran produk manusia.
Ada
hukum dan kebenaran Tuhan yang melampaui.
Jangan
angkuh melihat kebenaran dalam satu
dimensi.
Jika
Allah menunjukkan kehendak-Nya.
Maka
siapa pun yang merasa paling digdaya akan menerima takdirnya.
Jika
Allah berkehendak, maka terjadilah yang mesti terjadi, “kun fayakun”
Al-Quran
surah Yasin (surah ke-36) ayat 82.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ
كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya keadaan-Nya jika Dia menghendaki sesuatu hanya
berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
(Sumber suara. muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment