Wednesday, May 26, 2021

9716. OTAK MANUSIA TERBATAS JANGAN PINTER KEBLINGER

 


OTAK MANUSIA TERBATAS JANGAN PINTER KEBLINGER

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

 

Pinter keblinger menunjukkan paradoks.

 

Yaitu pertentangan dalam dirinya.

 

Bagaimana mungkin orang pandai dan berilmu justru tersesat jalan?

 

Tapi dalam kehidupan tak ada yang aneh.

 

Ada orang berilmu dan berpengalaman panjang dalam hidupnya.

 

 

Tapi terjebak salah langkah.

 

Misalnya, orang yang salah dibela mati-matian.

 

 Orang berprestasi biasa, tapi dianggap luar biasa.

 

Dengan cara pandang fanatik-buta.

 

 

 

Mudah mengambil kesimpulan berdasar seleranya, seolah dia paling benar.

 

Misalnya, menilai orang lain radikal di sisi kanan.

 

 

Tapi, tidak sadar dirinya radikal di sisi kiri.

 

Orang menyaksikan sekilas dari luar.

 

Tampak hebat, bersih, dan digdaya.

 

Karena pintar menampilkan prestasi verbal yang memukau nalar sesaat.

 

 

 

Kemudian larut dalam kekaguman tanpa kritis.

 

 

Ilmu yang luas tak mampu menembus kebenaran hakiki.

 

Karena terjangkit subjektivitas tinggi.

 

 

Kenapa orang pintar  tampak keblinger .

 

 

Alias salah cara pandang dan bersikap?

 

 Penyakitnya biasanya ada 2, yakni:

 

1)     Nalar verbal instrumental.

2)     Hawa nafsu.

 

 

Karena alergi pada objek.

 

 

Orang dengan nalar instrumental kental menjadi rabun melihat kebenaran hakiki.

 

 

Kebenaran hanya milik diri dan lingkungannya.

 

Pihak lain pasti salah.

 

 Terlalu percaya diri pada apa yang dimilikinya.

 

Dan menganggap milik orang lain selalu salah.

 

 

 

Kebenaran tidak diletakkan  menyeluruh.

 

Seperti tubuh gajah.

 

Yang harus dilihat secara lengkap dari banyak sudut pandang.

 

 

Informasi dan pandangan satu orang.

 

 

Mestinya diolah dipertukarkan secara kritis dan cerdas.

 

Jika ingin mendapat kebenaran lebih lengkap.

 

 

Maka dengarkan pendapat banyak pihak.

 

Dan bukan dari orang terdekat belaka.

 

 

Tanda ulul-albab dan orang yang mendapat hidayah.

 

 

Yaitu “yang mendengar tiap pendapat, lalu mengikuti yang terbaik di antaranya”

 

 

Al-Quran surah Az-Zumar (surah ke-39) ayat 18.

 

 

الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ

 

Yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itu orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka orang yang punya akal.

 

 

Kebenaran jangan hanya dilihat dari luar.

 

Tak pernah diselami hingga hakiki ke lubuk terdalam.

 

 

Orang beriman, meskipun berilmu tinggi mesti sadar.

 

Bahwa pengetahuan manusia amat terbatas.

 

 

Di balik hukum dan kebenaran produk manusia.

 

Ada hukum dan kebenaran Tuhan yang melampaui.

 

 

Jangan angkuh melihat  kebenaran dalam satu dimensi.

 

Jika Allah menunjukkan kehendak-Nya.

 

 

Maka siapa pun yang merasa paling digdaya akan menerima takdirnya.

 

 

Jika Allah berkehendak, maka terjadilah yang mesti terjadi,  “kun fayakun”

 

 

Al-Quran surah Yasin (surah ke-36) ayat 82.

 

 

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

 

Sesungguhnya keadaan-Nya jika Dia menghendaki sesuatu hanya berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.

 

 

 

(Sumber suara. muhammadiyah)

 

 

0 comments:

Post a Comment