PENDAPAT MUHAMMADIYAH
TENTANG SYIAH
Oleh:Drs.H.M.Yusron
Hadi, M.M.
SYIAH
Menurut Ibnu Jauzi.
Kata “Syiah” dan derivasinya.
Punya banyak makna.
Berdasar konteksnya, yaitu:
1. Kelompok yang terpecah atau firaq.
2. Keluarga
dan keturunan.
3. Pemeluk
agama atau umat.
4. Aneka
ragam tendensi keliru.
5. Pengikut
atau pembela.
Dalam perkembangannya.
Kata “Syiah” merujuk kelompok
tertentu.
Yaitu para sahabat Nabi.
Yang setia kepada Ali bin
Abi Talib.
Setelah wafatnya Khalifah
Usman bin Affan.
Kemudian kata “Syiah” bergeser
maknanya.
Syiah menjadi berbagai
macam sekte, yaitu:
1. Syiah
Kaisaniah.
2. Syiah
Imamiah (Rafidhah).
3. Syiah
Ghulat.
4. Syiah
Ismailiah.
5. Syiah
Zaidiah.
6. Dan lainnya.
Tolok ukur Muhammadiyah.
Dalam menilai suatu paham,
yaitu:
1. Yakin hanya
Nabi Muhammad yang maksum.
2. Yakin Nabi
Muhammad tidak menunjuk siapa pun.
Untuk mengganti sebagai
Khalifah.
Khalifah setelah Rasulullah.
Diserahkan kepada
musyawarah umat.
1) Khalifah
Abu Bakar.
2) Umar
bin Khattab.
3) Usman
bin Affan.
4) Ali
bin Abi Thalib.
Semuanya sah.
Menghormati Sahabat Ali bin
Abi Talib.
Seperti para sahabat lain.
Tapi tidak mengkultuskan.
Salah satu atau lebih sahabat.
3. Menerima
Sunah Maqbulah.
Sebagai salah satu sumber ajaran
Islam.
Selain al-Quran.
Dan tidak terbatas pada hadis
lewat jalur Ahli Bait.
Muktamar Muhammadiyah ke-47
di Makasar tahun 2015.
Membuat rekom isu penting, yaitu:
1. Mendorong
dialog Suni dan Syiah.
Untuk meningkatkan komitmen.
1) Saling
memahami persamaan dan perbedaan.
2) Memperkuat
persamaan dan menghormati perbedaan.
3) Membangun
kesadaran historis.
Bahwa selain konflik.
Kaum Suni dan Syiah punya sejarah
kohabitasi.
Dan kerjasama konstruktif.
Dalam membangun peradaban
Islam.
Bahwa meskipun ada perbedaan
mendasar dan prinsip.
Antara Suni dan Syiah.
Bukan berarti pintu dialog sudah
tertutup.
Dalam hal ini Muhammadiyah.
Justru mendorong adanya
dialog Intensif.
Antara Suni dan Syiah.
(Sumber suara.muhammadiyah)


