Thursday, December 23, 2021

12057. PENDAPAT MUHAMMADIYAH TENTANG SYIAH

 

 



PENDAPAT MUHAMMADIYAH TENTANG SYIAH

Oleh:Drs.H.M.Yusron Hadi, M.M.

 

 

SYIAH

Menurut Ibnu Jauzi.

Kata “Syiah” dan derivasinya.

 

Punya banyak makna.

Berdasar konteksnya, yaitu:

 

1.       Kelompok yang terpecah atau firaq.

2.      Keluarga dan keturunan.

 

3.      Pemeluk agama atau umat.

4.      Aneka ragam tendensi keliru.

 

5.      Pengikut atau pembela.

 

Dalam perkembangannya.

Kata “Syiah” merujuk kelompok tertentu.

 

Yaitu para sahabat Nabi.

Yang setia kepada Ali bin Abi Talib.

 

Setelah wafatnya Khalifah Usman bin Affan.

 

Kemudian kata “Syiah” bergeser maknanya.

 

Syiah menjadi berbagai macam sekte, yaitu:

 

1.      Syiah Kaisaniah.

2.      Syiah Imamiah (Rafidhah).

 

3.      Syiah Ghulat.

4.      Syiah Ismailiah.

 

5.      Syiah Zaidiah.

6.      Dan lainnya.

 

Tolok ukur Muhammadiyah.

Dalam menilai suatu paham, yaitu:

 

1.      Yakin hanya Nabi Muhammad yang maksum.

 

2.      Yakin Nabi Muhammad tidak menunjuk siapa pun.

 

Untuk mengganti sebagai Khalifah.

 

Khalifah setelah Rasulullah.

Diserahkan kepada musyawarah umat.

 

1)     Khalifah Abu Bakar.

2)     Umar bin Khattab.

 

3)     Usman bin Affan.

4)     Ali bin Abi Thalib.

 

Semuanya sah.

 

Menghormati Sahabat Ali bin Abi Talib.

Seperti para sahabat lain.

 

Tapi tidak mengkultuskan.

Salah satu atau lebih sahabat.

 

3.      Menerima Sunah Maqbulah.

Sebagai salah satu sumber ajaran Islam.

Selain al-Quran.

 

Dan tidak terbatas pada hadis lewat jalur Ahli Bait.

 

Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makasar tahun 2015.

 

Membuat rekom isu penting, yaitu:

 

1.      Mendorong dialog Suni dan Syiah.

Untuk meningkatkan komitmen.

 

1)     Saling memahami persamaan dan perbedaan.

 

2)     Memperkuat persamaan dan menghormati perbedaan.

 

3)     Membangun kesadaran historis.

 

Bahwa selain konflik.

Kaum Suni dan Syiah punya sejarah kohabitasi.

 

Dan kerjasama konstruktif.

Dalam membangun peradaban Islam.

 

Bahwa meskipun ada perbedaan mendasar dan prinsip.

 

Antara Suni dan Syiah.

Bukan berarti pintu dialog sudah tertutup.

 

Dalam hal ini Muhammadiyah.

 

Justru mendorong adanya dialog  Intensif.

Antara Suni dan Syiah.

 

(Sumber suara.muhammadiyah)

0 comments:

Post a Comment