MUHAMMADIYAH TENTANG
TAREKAT SIDDIQIAH
Oleh:Drs.H.M.Yusron
Hadi, M.M.
ARTI TAREKAT
Kata “tarekat” bisa diartikan:
1. Jalan.
2. Cara.
3. Metode.
4. Sistem.
5. Mazhab.
6. Aliran.
7. Haluan.
8. Keadaan.
9. Tiang
tempat berlabuh.
Menurut istilah tasawuf.
Tarekat artinya perjalanan
seorang salik.
Yaitu pengikut tarekat
menuju Tuhan.
Dengan cara menyucikan diri.
Atau perjalanan diri.
Yang harus ditempuh seseorang.
Untuk sedekat mungkin
kepada Tuhan.
Sebagai jalan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Orang yang ikut tarekat dilarang
meninggalkan syariat.
Bahkan tarekat adalah pelaksanaan
syariat agama.
Agar dapat ikut tarekat
dengan baik.
Seorang murid hendaknya
mengikuti jejak.
Melakukan perintah.
Dan anjuran mursyidnya.
Mursyid adalah gurunya.
Tak boleh mencari
keringanan.
Dalam melakukan amalan.
Yang sudah ditetapkan.
Dengan segala kekuatannya.
Harus mengekang hawa
nafsunya.
Untuk menghindari dosa dan
dosa.
Yang dapat merusak amal.
Harus memperbanyak zikir,
wirid dan doa.
Manfaatkan waktu efektif
dan efisien.
Agar tidak melanggar hukum
agama.
Murid harus belajar ilmu
pengetahuan terkait syariat.
Biasanya agar bisa aktivitas
tarekat secara baik.
Pengikut tarekat dimasukkan
tempat khusus.
Yang disebut ribat.
Yaitu tempat belajar.
Zawiyat yaitu tempat ibadah
kaum sufi.
Atau khandaq (parit).
Di tempat ini amaliah
tarekat dilaksanakan.
Berupa zikir, ratib,
pembacaan wirid.
Atau syair tertentu.
Diiringi bunyi-bunyian
seperti rebana.
Dan bergerak menari.
Mengiringi wirid yang
dibaca.
Maupun berupa pengaturan
nafas.
Yang berisi zikir tertentu.
Tarekat banyak muncul pada
abad ke-6 dan ke-7 Hijriah.
Saat tasawuf menempati
posisi penting.
Dalam kehidupan umat Islam.
Dan dijadikan filsafat
hidup.
Pada periode ini tasawuf.
Punya aturan, prinsip, dan
sistem khusus.
Periode sebelumnya.
Tasawuf dipraktikkan individu.
Tanpa ada ikatan satu sama
lain.
Dalam perkembangan
selanjutnya.
Tarekat menjadi organisasi
atau perguruan.
Dan kegiatannya meluas.
Tak terbatas hanya zikir
dan wirid.
Atau amalan tertentu saja.
Tapi juga pada masalah lain.
Bersifat duniawi.
Tarekat menjadi beberapa
golongan, yaitu:
1. Tarekat
Naqsabandiyah.
2. Tarekat
Khalwatiyah.
3. Tarekat
Sammaniyah.
4. Tarekat
Tijaniyyah.
5. Tarekat
Qadiriyah.
6. Tarekat
Shiddiqiyah.
7. Dan
lainnya.
Tarekat Shiddiqiyah adalah satu-satunya
dari 46 tarekat.
Yang berkembang di dunia.
Berpusat di Indonesia.
Yaitu di desa Losari.
Kecamatan Ploso.
Kabupaten Jombang.
Jawa Timur.
Tarekat ini pernah muncul
di beberapa Negara.
Tapi kemudian hilang.
Hanya di Jombang satu-satunya
kelompok tarekat.
Yang masih tersisa.
Dan eksis hingga kini.
Nama tarekatnya adalah Shiddiqiyah.
Menurut mursyidnya.
Yaitu Kyai Muchtar Mu‘thi.
Dinisbatkan kepada Abu
Bakar Sidik.
Tarekat Siddiqiah
berkembang dalam 3 fase, yaitu:
1. Fase
perjuangan.
Pertumbuhan setelah vakum.
2. Fase
perkembangan ke-1.
3. Fase
perkembangan ke-2.
Fase ke-1.
Fase perjuangan.
Mulai tahun 1959-1969.
Pada fase ini Siddiqiah.
Seperti perahu tenggelam.
Dilupakan oleh yang punya.
Dan orang yang merawatnya.
Fase ini Kai Muchtar.
Menyebarkan ajaran Siddiqiah.
Kepada orang di
sekelilingnya.
Yang mau menjadi muridnya.
Fase ke-2.
Fase perkembangan pertama.
Diawali tahun 1970-1999.
Pada fase ini.
Para murid sudah menjadi
mursyid.
Mursyid mengangkat murid
Siddiqiah.
Yang sudah mumpuni.
Dan cakap ilmu lahir batinnya.
Diangkat sebagai khalifah.
Bertugas membantu mursyid.
Terutama membangun opini.
Tentang Tarekat Siddiqiah
kepada masyarakat.
Khalifah yang diangkat.
Diperintahkan mengajarkan
Siddiqiah di berbagai wilayah.
Di Jombang dan luar Jombang.
Siddiqiah diikuti calon
murid di berbagai wilayah di Jawa.
Bahkan seluruh Indonesia.
Dalam fase ini.
Murid Siddiqiah berasal
dari berbagai daerah.
Misalnya,
Lamongan, Surabaya, Jember, Madiun,
Yogyakarta, Jakarta.
Dan lainnya.
Fase ke-3.
Fase perkembangan.
Sejak tahun 2000.
Tarekat Siddiqiah koordinasi anggotanya.
Pada 30 Rajab 1422 Hijriah.
Atau 25 Maret 2000 Masehi.
Berdiri Organisasi
Shiddiqiyah (ORSHID).
Yang dijiwai manunggalnya
iman dan manusia.
Beberapa ajaran pokok Tarekat
Siddiqiah, yaitu:
1. Doktrin teosofi.
2. Pandangan
tentang manusia dan kebangsaan.
Doktrin teosofi adalah
konsep menggambarkan kebijaksanaan ketuhanan.
Terkait upaya manusia.
Membangun hubungan harmonis dengan Tuhan.
Teosofi mengarahkan proses praktis.
Yang memberi arah.
Cara manusia melakukan mendekatkan
diri pada Allah.
Dengan bentuk ritual zikir.
Dan lainnya.
Pokok pangkal ajaran
Tarekat Siddiqiah.
Yaitu :
Lailaha illallah.
Kalimat Lailaha illallah
dalam perspektif tarekat.
Punya banyak nama.
Antara lain:
1. Kalimat
tauhid.
2. Kalimat
‘urwatul wutsqo.
3. Dan
lainnya.
Kalimat Lailaha illallah.
Jumlah hurufnya 12 .
Terkait kehidupan manusia.
Yaitu:
1. Usia
manusia malam 12 jam.
2. Usia
manusia siang 12 jam.
3. Dan 1 tahun
12 bulan.
Ajaran pokok ke-2 Tarekat
Siddiqiah.
Tentang manusia dan
kebangsaan.
Ada 8 Kesanggupan, yaitu:
1. Sanggup
taat dan bakti kepada Allah.
2. Sanggup
taat dan bakti kepada Rasulullah.
3. Sanggup
taat dan bakti kepada Ibu dan bapak.
4. Sanggup
bakti kepada sesama manusia.
5. Sanggup
bakti kepada Negara Republik Indonesia.
Untuk warga Negara Indonesia.
6. Sanggup
cinta tanah air Indonesia.
Untuk warga Negara
Indonesia.
7. Sanggup
mengamalkan tarekat Siddiqiah.
8. Sanggup
menghargai waktu.
Dalam Muhammadiyah.
Istilah tarekat hampir
tidak pernah digunakan.
Sebagai landasan berpikir dan
implementasi gerakan.
Karena Muhammadiyah punya manhaj sendiri.
Yang berbeda dengan tarekat
pada umumnya.
Sikap Muhammadiyah terkait tarekat.
Termuat dalam Fatwa Tarjih.
Majalah Suara Muhammadiyah
Nomor 3 Tahun 2015.
Dalam fatwa dijelaskan.
Bahwa tujuan ibadah Muhammadiyah dan tarekat.
Secara umum sama.
Yaitu untuk mendekatkan
diri kepada Allah.
Tapi dalam praktiknya.
Ada beberapa perbedaan.
Muhammadiyah dalam
mendekatkan diri kepada Allah.
Dijelaskan dalam Matan
Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah.
Atau MKCH butir ke-3 dan
ke-4.
Dalam butir ke-3 MKCH.
Muhammadiyah dalam mengamalkan
Islam berdasar:
1. Al-Quran.
Yaitu kitab Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad.
2. Sunah
Rasululllah.
Penjelasan dan pelaksanaan
ajaran Al-Quran.
Yang diberikan oleh Nabi
Muhammad.
Dengan memakai akal pikiran.
Sesuai jiwa ajaran Islam.
Dalam butir ke-4 MKCH.
Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya ajaran Islam.
Meliputi bidang:
1. Akidah.
Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya akidah Islam murni.
Bersih dari gejala musyrik,
bid’ah dan khurafat.
Tetap memperhatikan prinsip
toleransi.
Menurut ajaran Islam.
2. Akhlak.
Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya nilai akhlak mulia.
Dengan pedoman Al-Quran dan
Sunah Rasulullah.
Tidak bersendi kepada nilai
ciptaan manusia.
3. Ibadah.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya
ibadah.
Sesuai tuntunan Rasulullah.
Tanpa tambahan dan
perubahan manusia.
4. Muamalah
dunia.
Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya muamalat dunia.
Yaitu pengolahan dunia dan
pembinaan masyarakat.
Dengan berdasar ajaran
agama.
Dan menjadikan semua
kegiatan dalam bidang.
Sebagai ibadah kepada Allah.
Corak tasawuf yang diterima
Muhamamadiyah.
Yaitu tasawuf akhlaki.
Yang menjadikan ihsan
sebagai landasan utama.
Bukan tasawuf dan tarekat.
Yaitu tak mengamalkan ajaran.
Yang tidak punya dasar.
Dalam Al-Quran dan Sunah.
(Sumber suara.muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment