Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, June 15, 2017

95. NABI MUSA .1

NABI MUSA INGIN MENYAKSIKAN KEADILAN ALLAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Al-Quran surah At-Tin. Surah ke-95 ayat 1-5. “Demi buah Tin dan buah Zaitun. Demi bukit Sinai. Demi kota Mekah yang aman.”
     “Sungguh, Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Bagi mereka pahala yang tidak terputus.”
      Alkisah, Nabi Musa berada di bukit Sinai. Yang lebih dikenal dengan nama bukit  “Thursina”. Selama 40 hari. Menerima wahyu dari Allah. Melalui Malaikat jibril. Berupa Kitab Taurat.
      Bukit adalah tumpukan tanah. Yang lebih tinggi daripada tempat sekelilingnya. Lebih rendah daripada gunung. Gunung merupakan bukit yang amat besar dan tinggi. Biasanya lebih dari 600 meter.
      Hari ke-30. Nabi Musa berdoa,”Ya Allah, ampunilah dosa hamba. Karena hamba amat lancang. Hamba ingin menyaksikan sendiri secara langsung. Ingin membuktikan sendiri bahwa Engkau Maha Adil.”
      Malaikat Jibril turun,”Wahai Musa, Allah mendengarkan doamu. Apakah kamu masih tidak yakin bahwa Allah Maha Adil?” Musa Menjawab,”Ya Allah, ampunilah hamba. Hamba sudah yakin bahwa Allah Maha Adil. Tetapi, hamba ingin lebih yakin dan mantap. Jika menyaksikannya sendiri.”
      Malaikat Jibril turun lagi,“Wahai Musa. Allah memberi salam kepadamu. Jika kamu ingin menyaksikan keadilan Allah. Pergilah mendekati ke sumber air.” Nabi Musa pergi mendekati sebuah sumber air. Nabi Musa bersembunyi. Menyaksikan apa yang akan terjadi.
      Tak berapa lama kemudian. Muncul seorang ksatria penunggang kuda.  Membawa sebilah pedang dengan sarungnya. Terselip di punggungnya.  Sekantung uang menggantung di pinggang kirinya.
      Penunggang kuda turun ke sumber air. Mencuci muka dan menikmati air sepuasnya. Beberapa saat kemudian. Dia meninggalkan sumber air. Sekantung uang tertinggal. Berada di tepi sumber air.
     Penunggang kuda berlalu. Muncul anak kecil. Berumur sekitar 9 tahun. Menuju sumber air. Dia mengambil air. Menemukan sekantung uang. Membawanya pergi.
      Anak kecil berlalu. Datang seorang tua yang buta. Dia mendengar gemericik sumber air. Dia mendatangi sumber air. Mencuci muka dan “bersuci”. Si tua yang buta melaksanakan “salat”.
      Ksatria berkuda kembali lagi. Turun menuju ke sumber air. Dia mencari uangnya  yang hilang. Dia berkata, “Hai orang tua, apakah kamu mengambil uangku yang tertinggal di sini?” Si orang tua menjawab,”Maaf Nak, saya buta. Saya  tak mengetahui jika ada uang yang tertinggal.”
      Penunggang kuda dan orang tua buta bertengkar. Orang tua yang buta mati terbunuh. Penunggang kuda beranjak pergi. Meninggalkan jenazah si orang tua buta. Nabi Musa menyaksikan semuanya.
     Nabi Musa bergumam, “Sungguh, peristiwa yang tidak adil.  Yang salah anak kecil. Karena dia yang mengambil uangnya. Seandainya, si anak kecil tak mengambil uang itu. Si orang tua yang buta tak akan mati terbunuh.”
      Malaikat Jibril turun, “Wahai Musa, kamu tak bisa menilai keadilan Allah. Karena kamu hanya menyaksikan yang “sesaat” saja. Yang kamu lihat hanya satu “episode” saja. Kamu tidak bisa melihat seluruh rangkaian yang terjadi.”
      Malaikat Jibril melanjutkan, “Orang tua si anak kecil, pernah bekerja pada si penunggang kuda. Dia belum menerima gaji. Si penunggang kuda belum membayar gajinya.”
      Malaikat Jibril melanjutkan, “Uang yang belum dibayarkan. Kepada orang tua si anak kecil. Besarnya persis dengan jumlah uang yang ditemukan anak itu. Jumlah gaji yang belum dibayarkan, tepat sama dengan jumlah uang dalam kantung penunggang kuda. Si penunggang kuda tak pernah merencanakan membawa uang sebesar itu.”
      “Orang tua si anak sudah meninggal.  Karena dibunuh seseorang. Pembunuhnya adalah si orang tua yang buta itu.”
     Musa berkata, “Allah Maha Adil. Ya Allah, ampunilah hamba-Mu yang lemah ini.    Yang gampang menilai sesuatu hanya berdasarkan penglihatan yang sekilas saja.”  
Daftar Pustaka
1. Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.
2. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011

97. NABI MUSA.1

NABI MUSA INGIN MENYAKSIKAN KEADILAN ALLAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Al-Quran surah At-Tin. Surah ke-95 ayat 1-5. “Demi buah Tin dan buah Zaitun. Demi bukit Sinai. Demi kota Mekah yang aman.”
     “Sungguh, Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Bagi mereka pahala yang tidak terputus.”
      Alkisah, Nabi Musa berada di bukit Sinai. Yang lebih dikenal dengan nama bukit  “Thursina”. Selama 40 hari. Menerima wahyu dari Allah. Melalui Malaikat jibril. Berupa Kitab Taurat.
      Bukit adalah tumpukan tanah. Yang lebih tinggi daripada tempat sekelilingnya. Lebih rendah daripada gunung. Gunung merupakan bukit yang amat besar dan tinggi. Biasanya lebih dari 600 meter.
      Hari ke-30. Nabi Musa berdoa,”Ya Allah, ampunilah dosa hamba. Karena hamba amat lancang. Hamba ingin menyaksikan sendiri secara langsung. Ingin membuktikan sendiri bahwa Engkau Maha Adil.”
      Malaikat Jibril turun,”Wahai Musa, Allah mendengarkan doamu. Apakah kamu masih tidak yakin bahwa Allah Maha Adil?” Musa Menjawab,”Ya Allah, ampunilah hamba. Hamba sudah yakin bahwa Allah Maha Adil. Tetapi, hamba ingin lebih yakin dan mantap. Jika menyaksikannya sendiri.”
      Malaikat Jibril turun lagi,“Wahai Musa. Allah memberi salam kepadamu. Jika kamu ingin menyaksikan keadilan Allah. Pergilah mendekati ke sumber air.” Nabi Musa pergi mendekati sebuah sumber air. Nabi Musa bersembunyi. Menyaksikan apa yang akan terjadi.
      Tak berapa lama kemudian. Muncul seorang ksatria penunggang kuda.  Membawa sebilah pedang dengan sarungnya. Terselip di punggungnya.  Sekantung uang menggantung di pinggang kirinya.
      Penunggang kuda turun ke sumber air. Mencuci muka dan menikmati air sepuasnya. Beberapa saat kemudian. Dia meninggalkan sumber air. Sekantung uang tertinggal. Berada di tepi sumber air.
     Penunggang kuda berlalu. Muncul anak kecil. Berumur sekitar 9 tahun. Menuju sumber air. Dia mengambil air. Menemukan sekantung uang. Membawanya pergi.
      Anak kecil berlalu. Datang seorang tua yang buta. Dia mendengar gemericik sumber air. Dia mendatangi sumber air. Mencuci muka dan “bersuci”. Si tua yang buta melaksanakan “salat”.
      Ksatria berkuda kembali lagi. Turun menuju ke sumber air. Dia mencari uangnya  yang hilang. Dia berkata, “Hai orang tua, apakah kamu mengambil uangku yang tertinggal di sini?” Si orang tua menjawab,”Maaf Nak, saya buta. Saya  tak mengetahui jika ada uang yang tertinggal.”
      Penunggang kuda dan orang tua buta bertengkar. Orang tua yang buta mati terbunuh. Penunggang kuda beranjak pergi. Meninggalkan jenazah si orang tua buta. Nabi Musa menyaksikan semuanya.
     Nabi Musa bergumam, “Sungguh, peristiwa yang tidak adil.  Yang salah anak kecil. Karena dia yang mengambil uangnya. Seandainya, si anak kecil tak mengambil uang itu. Si orang tua yang buta tak akan mati terbunuh.”
      Malaikat Jibril turun, “Wahai Musa, kamu tak bisa menilai keadilan Allah. Karena kamu hanya menyaksikan yang “sesaat” saja. Yang kamu lihat hanya satu “episode” saja. Kamu tidak bisa melihat seluruh rangkaian yang terjadi.”
      Malaikat Jibril melanjutkan, “Orang tua si anak kecil, pernah bekerja pada si penunggang kuda. Dia belum menerima gaji. Si penunggang kuda belum membayar gajinya.”
      Malaikat Jibril melanjutkan, “Uang yang belum dibayarkan. Kepada orang tua si anak kecil. Besarnya persis dengan jumlah uang yang ditemukan anak itu. Jumlah gaji yang belum dibayarkan, tepat sama dengan jumlah uang dalam kantung penunggang kuda. Si penunggang kuda tak pernah merencanakan membawa uang sebesar itu.”
      “Orang tua si anak sudah meninggal.  Karena dibunuh seseorang. Pembunuhnya adalah si orang tua yang buta itu.”
     Musa berkata, “Allah Maha Adil. Ya Allah, ampunilah hamba-Mu yang lemah ini.    Yang gampang menilai sesuatu hanya berdasarkan penglihatan yang sekilas saja.”  
Daftar Pustaka
1. Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.
2. Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011

Tuesday, June 13, 2017

96. DEBAT KUSIR

DEBAT KUSIR SAMPAI PENSIUN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Sabtu, 29  Mei 2010. Kepala SMP Negeri Sidoarjo. Sebanyak 44 orang. Berkumpul di sebelah barat alun-alun Sidoarjo. Naik bis dari depan Masjid Agung Sidoarjo. Berangkat ke  gunung Bromo, Jawa Timur. Mengikuti kegiatan Program MKKS BERMUTU. MKKS kependekan dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Program BERMUTU merupakan program yang dilaksanakaan Pemerintah sejak tahun 2008. Implementasi Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Rencananya, program ini berakhir tahun 2013. BERMUTU singkatan dari Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading. Kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda dan Bank Dunia.
      Pak Sohib, si “Ahli Hisap” berdiri di barisan depan. Tangan kanan memegang mik. Leher agak ditekuk ke depan. Bergaya Rhoma Irama. Waktu menyanyikan lagu berjudul “Terlalu”. Berbalik menghadap ke belakang. Ke arah penumpang. Menghalangi layar televisi. Pak Sohib, sebagai “Menteri Agama” MKKS memimpin doa perjalanan. Agar rombongan selamat dan tetap sehat. “Assalaamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,” Pak Sohib mengawali sambutan. “Waalaikum salaam warahmatullahi wabarakaatuh,” penumpang menjawab serentak. Pak Sohib melanjutkan, “Marilah kita berdoa. Memohon kepada Allah Subhanahu wataala.  Agar kita selalu dalam lindungan-Nya. Semoga perjalanan kita lancar, selamat, dan aman. Sejak berangkat, selama di perjalanan, dan tiba di tempat tujuan tetap segar bugar.” Anggota MKKS serempak menjawab, “Amin Ya Rabbal Alamin.” 
       “Juga, agar semua anggota MKKS bisa mengikuti kegiatan dengan baik. Diberi kemampuan dan kesehatan oleh Allah Yang Mahakuasa sehingga sanggup menyelesaikan semua tugas dengan baik.” “Amin,” jawab hadirin. Pak Sohib melanjutkan, “ Supaya kita semua bisa merampungkan segala tugas dengan baik. Termasuk menyetorkan tagihan! Sebelum ditagih Pak Lutfi.” “Amin,” teriak para penumpang bersahutan lebih keras.
      Mengapa? Kata “tagihan” merupakan “momok” yang menakutkan. Bagaikan hantu yang  menyeramkan. Siap menerkam siapa saja. Termasuk kepada kepala sekolah! Benar, Anda tidak keliru. Kepala SMP Negeri di Sidoarjo. Sebagian takut diterkam “binatang buas”. “Makhluk” itu bernama tagihan. Termasuk saya. Ya, kegiatan apa pun. Termasuk penataran apa saja. Di mana saja. Oleh siapa saja. Tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah  tagihannya. Laporan hasil mengikuti kegiatan.
      Sungguh aneh. Mengherankan. Menakjubkan. Ternyata, kebahagiaan itu bisa muncul kapan saja. Kesenangan dapat berasal dari mana pun. Misalnya, ketika selesai penataran. Atau kegiatan apa pun. Pak Hartoyo dan Pak Lutfi lupa mengingatkan tagihan. Lupa menagih. Sungguh menyenangkan. Sulit digambarkan dengan kata-kata.
      Doa perjalanan selesai. Pak Sohib menambahkan bonus doa. Doa ibadah haji dan umrah. Doa talbiyah. “Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarikalaka labbaika. Innalhamda. Wannikmata laka walmulku. Lasyarika laka.” Amin,” jawab penumpang dengan keras. Doa talbiyah dilantunkan agar para penumpang selalu teringat ibadah haji dan umrah di Mekah.
       Tujuan Program BERMUTU amat bagus. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Terutama guru SD (sekolah dasar) dan SMP (sekolah menengah pertama). Di sekolah negeri maupun swasta. Siapa yang diuntungkan? Tentu saja, para guru SD dan SMP. Sebagai sarana meningkatkan diri.  Sebagai pemicu peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru.
      Program BERMUTU berusaha fokus memantapkan struktur pengembangan mutu. Guru kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.  Salah satu kegiatannya memberdayakan berbagai kelompok kerja. Misalnya, di SD dalam KKG (Kelompok Kerja Guru), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah). Di SMP berupa MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), MKKS (Musyawarah kerja Kepala sekolah), dan  MKPS (Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah).
      Program BERMUTU memilki beberapa komponen. Mereformasi pendidikan calon guru. Memperbaiki sistem akuntabilitas dan insentif untuk meningkatkan kinerja dan karier guru. Memperkuat upaya peningkatan mutu guru berkelanjutan. Juga, meningkatkan monitoring dan evaluasi mutu guru serta prestasi belajar siswa.
      Bis berjalan dengan santai. Kami mendengarkan musik dan lagu.  Melihat ke arah depan. Menyaksikan pemandangan sekitar. Sambil melihat layar televisi.   Di tengah atas sebelah sopir. Yang diputar kebanyakan lagu lama. Lagu nostalgia. lagu “jadul”.  Lagu zaman dulu. Sepantaran dengan penumpangnya. Seumuran dengan peserta. Kami berkaraoke. Bergiliran memegang mik. Bernyanyi bergantian.
      Dengan suara yang “merdu”. Kadang kala dengan ragam suara berirama mendayu-dayu. Nada yang “baik” dan “sedap” didengar. Menurut penyanyinya sendiri. Tidak tahu jika menurut orang yang mendengarkan. Tampaknya, yang bernyanyi tidak bermasalah. Mungkin, yang bermasalah orang yang mendengarkan. Mengapa? Karena mereka dipaksa mendengarkan. Tidak ada pilihan lain. Terkurung dalam bis. Laksana buah tinggal sebiji. Waktu perut keroncongan. Terpaksa dimakan. Tidak ada alternatif lain. Dengan perasaan “geregeten”. Alias benci tapi rindu.
      Bis terus berjalan dengan lambat. Kami mulai mengobrol. Membahas apa aja. Acap kali bicara “nggedabrus”. Membahas “ngalor ngidul”. Juga, “ngomong seng”. Pak Baher mulai melucu, “Suara Bu Retno enak dan merdu didengarkan. Ketika sedang menyanyi. Akan lebih enak dan lebih merdu lagi. Jika Bu Retno tidak bernyanyi.“ Penumpang mulai tertawa. Pak Tri Widodo melanjutkan, “Sebaiknya sebelum bernyanyi, para artis dadakan ini membayar kerugian kepada penonton. Karena menyakitkan telinga.“ tertawa penumpang tambah keras.
       “Sekarang giliran Pak Yusron menyanyi lagu Malam Minggu. Sekarang ‘kan bertepatan dengan malam Minggu,” kata Pak Wakhid. Saya menjawab, “Wani piro?” “Yang benar Pak Yusron membayar pendengarnya. Bukan malah minta dibayar, “teriak Pak Arie sambil bersungut. Hadirin tertawa meledak. Memang Pak Arie dengan saya sering terlibat debat kusir. Debat yang tidak perlu diperdebatkan. Debat tidak bermutu.
       Beberapa jam berlalu. Rombongan masuk wilayah gunung Bromo. Bromo berasal dari kata Brahma. Nama salah satu dewa agama Hindu. Merupakan gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2,329 meter di atas permukaan laut. Berada dalam empat wilayah kabupaten. Yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Bentuk fisik gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai.  Dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan diameter sekitar 800 meter arah utara ke selatan. Sekitar 600 meter arah timur ke barat. Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari sekitar 4 km dari pusat kawah Bromo.
      Suku Tengger. Penduduk sekitar Gunung Bromo. Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Bertempat di sebuah pura. Yang berada di bawah kaki Gunung Bromo. Dilanjutkan ke puncak Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari. Setiap bulan purnama. Sekitar tanggal 14 atau 15. Bulan Kasodo. Bulan ke-10 menurut penanggalan Jawa.
      Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Bromo menarik karena berstatus gunung berapi aktif. Termasuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Masuk wilayah gunung bromo bisa ditempuh melewati empat jalur.
      Dari arah Pasuruan. Berwisata ke Gunung Bromo lewat Pasuruan bisa ditempuh lewat dua akses. Pertama, lewat Purwodadi. Lalu Nongkojajar. Kemudian Desa Tosari. Tiba di lautan pasir gunung Bromo. Kedua, lewat  Warungdowo. Lalu Ranggeh dan Pasrepan. Kemudian  Puspo dan  Tosari. Menuju pusat objek wisata. Berupa lautan pasir. Jalur ini amat berat. Tidak bisa dilewati dengan kendaraan roda empat biasa. Karena jalanan mendaki dan menurun dengan amat curam. Harus menggunakan kendaraan Jeep. Sudah disiapkan pengelola wisata. Pejalan kaki yang tangguh. Bisa menempuh jalur ini.
      Dari arah Probolinggo. Melewati desa Tongas dan desa Sukapura. Menuju desa Cemoro Lawang. Sebelum turun ke lautan pasir. Lerengnya tidak terlalu curam. Sepeda motor bisa melewati jalur ini. Umumnya, para wisatawan melalui jalur ini.
      Dari arah Malang. Melewati desa Tumpang. Desa Gubugklakah dan desa  Ngadas. Desa Jemplang.  Desa Ranu Pane, bertemu dengan jalur dari arah Lumajang. Desa Ranu Kombolo, dan desa Kalimati. Desa Arcopodo, dan Mahameru.
      Dari arah Lumajang. Melewati desa Senduro dan desa Bumo. Memasuki desa Ranu Pane. Bertemu dengan jalur dari arah Malang. Desa Ranu, dan desa Kalimati. Desa Arcopodo, dan Mahameru.
      Bis memasuki terminal. Penumpang turun. Berganti kendaraan kecil. Menuju hotel. Hotel Cemoro Indah, Bromo. Pak Kholik membagi kunci kamar. Tiap kamar berisi dua atau tiga tempat tidur. Diatur secara acak. Kecuali tiga orang. Pak Kholik, Pak Baher, dan Pak Zainul Nuri. Harus selalu sekamar. Di mana saja. Kapan saja. Mirip Coca-cola. Sampai pensiun.
      Peserta berkumpul di lapangan. Menuju kendaraan Jeep Hardtop. Kendaraan 4 WD alias 4 wheels drive merupakan salah satu versi mobil. Mobil menggunakan penggerak pada keempat rodanya. Agar mampu berjalan di medan yang berat.  Mendapatkan tenaga dan dorongan sempurna. Biasanya mobil ini berkasis besar. Misalnya, mobil jenis SUV dan Crossover.
      Peserta diajak berkeliling. Mengitari gunung Bromo. Melintasi lautan pasir. Kendaraan naik dan turun dengan tajam.  Uji nyali.  Kami berhenti di beberapa lokasi. Berfoto bergantian. Dengan gaya masing-masing. Gaya “bul-bul”. Bergaya anak muda. Meskipun semuanya sudah tua. Sudah berumur 50-an tahun. Disebut “seket”. Bisa bermakna “seneng kethuan”.  Suka memakai kopiah. Belum 60 tahun. Belum “sewidak”. Maaf, bisa bermakna “sekarate wis cedak”. Sudah mendekati ajalnya.
      Anggota MKKS berkumpul. Di lokasi kumpulan kuda. Kami bersiap menunggang kuda. Menuju kawah gunung Bromo. Pak Arie menaiki kuda. Saya juga. Tali kuda dikendalikan si pemilik. Bisa disebut si kusir. Waktu kami datang. Si kusir yang bernama Kasir sedang duduk di kasur yang kasar. Pak Arie duduk di atas kuda. Begitu pula saya.
      Tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan,”Tret..tret tuut.. tutut..ciuuuut.” Berasal dari belakang kuda yang saya naiki. Terdengar suara “ciut”. Yang berarti “sempit”. Meskipun lautan pasir amat luas. Si kusir yang bernama Kasir berkata, “Wah kasihan, kudanya masuk angin.” “Bukan masuk angin, Pak. Tapi, keluar angin,” teriak Pak Arie. Saya membela Pak Kasir, “ Benar Pak Arie, perut kuda masuk angin. Sehingga terdengar suara kentut.” “Salah! Yang benar keluar angin. Bukan masuk angin.” Jelas Pak Arie. Sejak saat itu, sampai sekarang, saya menganggap kudanya “masuk angin”. Sedangkan Pak Arie tetap bersikukuh menganggap “keluar angin”. Sing waras ngalah.
      Debat kusir itu terbawa sampai pensiun. Mulai 1 April 2017, Pak Arie memasuki usia purnatugas. Pensiun sebagai guru PNS. Sekaligus dari “amtenar”. Mestinya, semua orang yang pensiun tidak perlu debat kusir. Jangan tertipu urusan “tetek bengek”. Pensiun bisa bermakna penuh konsentrasi urusan nanti. Termasuk saya. Semoga.

96. DEBAT KUSIR

DEBAT KUSIR SAMPAI PENSIUN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Sabtu, 29  Mei 2010. Kepala SMP Negeri Sidoarjo. Sebanyak 44 orang. Berkumpul di sebelah barat alun-alun Sidoarjo. Naik bis dari depan Masjid Agung Sidoarjo. Berangkat ke  gunung Bromo, Jawa Timur. Mengikuti kegiatan Program MKKS BERMUTU. MKKS kependekan dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Program BERMUTU merupakan program yang dilaksanakaan Pemerintah sejak tahun 2008. Implementasi Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Rencananya, program ini berakhir tahun 2013. BERMUTU singkatan dari Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading. Kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda dan Bank Dunia.
      Pak Sohib, si “Ahli Hisap” berdiri di barisan depan. Tangan kanan memegang mik. Leher agak ditekuk ke depan. Bergaya Rhoma Irama. Waktu menyanyikan lagu berjudul “Terlalu”. Berbalik menghadap ke belakang. Ke arah penumpang. Menghalangi layar televisi. Pak Sohib, sebagai “Menteri Agama” MKKS memimpin doa perjalanan. Agar rombongan selamat dan tetap sehat. “Assalaamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,” Pak Sohib mengawali sambutan. “Waalaikum salaam warahmatullahi wabarakaatuh,” penumpang menjawab serentak. Pak Sohib melanjutkan, “Marilah kita berdoa. Memohon kepada Allah Subhanahu wataala.  Agar kita selalu dalam lindungan-Nya. Semoga perjalanan kita lancar, selamat, dan aman. Sejak berangkat, selama di perjalanan, dan tiba di tempat tujuan tetap segar bugar.” Anggota MKKS serempak menjawab, “Amin Ya Rabbal Alamin.” 
       “Juga, agar semua anggota MKKS bisa mengikuti kegiatan dengan baik. Diberi kemampuan dan kesehatan oleh Allah Yang Mahakuasa sehingga sanggup menyelesaikan semua tugas dengan baik.” “Amin,” jawab hadirin. Pak Sohib melanjutkan, “ Supaya kita semua bisa merampungkan segala tugas dengan baik. Termasuk menyetorkan tagihan! Sebelum ditagih Pak Lutfi.” “Amin,” teriak para penumpang bersahutan lebih keras.
      Mengapa? Kata “tagihan” merupakan “momok” yang menakutkan. Bagaikan hantu yang  menyeramkan. Siap menerkam siapa saja. Termasuk kepada kepala sekolah! Benar, Anda tidak keliru. Kepala SMP Negeri di Sidoarjo. Sebagian takut diterkam “binatang buas”. “Makhluk” itu bernama tagihan. Termasuk saya. Ya, kegiatan apa pun. Termasuk penataran apa saja. Di mana saja. Oleh siapa saja. Tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah  tagihannya. Laporan hasil mengikuti kegiatan.
      Sungguh aneh. Mengherankan. Menakjubkan. Ternyata, kebahagiaan itu bisa muncul kapan saja. Kesenangan dapat berasal dari mana pun. Misalnya, ketika selesai penataran. Atau kegiatan apa pun. Pak Hartoyo dan Pak Lutfi lupa mengingatkan tagihan. Lupa menagih. Sungguh menyenangkan. Sulit digambarkan dengan kata-kata.
      Doa perjalanan selesai. Pak Sohib menambahkan bonus doa. Doa ibadah haji dan umrah. Doa talbiyah. “Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarikalaka labbaika. Innalhamda. Wannikmata laka walmulku. Lasyarika laka.” Amin,” jawab penumpang dengan keras. Doa talbiyah dilantunkan agar para penumpang selalu teringat ibadah haji dan umrah di Mekah.
       Tujuan Program BERMUTU amat bagus. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Terutama guru SD (sekolah dasar) dan SMP (sekolah menengah pertama). Di sekolah negeri maupun swasta. Siapa yang diuntungkan? Tentu saja, para guru SD dan SMP. Sebagai sarana meningkatkan diri.  Sebagai pemicu peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru.
      Program BERMUTU berusaha fokus memantapkan struktur pengembangan mutu. Guru kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.  Salah satu kegiatannya memberdayakan berbagai kelompok kerja. Misalnya, di SD dalam KKG (Kelompok Kerja Guru), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah). Di SMP berupa MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), MKKS (Musyawarah kerja Kepala sekolah), dan  MKPS (Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah).
      Program BERMUTU memilki beberapa komponen. Mereformasi pendidikan calon guru. Memperbaiki sistem akuntabilitas dan insentif untuk meningkatkan kinerja dan karier guru. Memperkuat upaya peningkatan mutu guru berkelanjutan. Juga, meningkatkan monitoring dan evaluasi mutu guru serta prestasi belajar siswa.
      Bis berjalan dengan santai. Kami mendengarkan musik dan lagu.  Melihat ke arah depan. Menyaksikan pemandangan sekitar. Sambil melihat layar televisi.   Di tengah atas sebelah sopir. Yang diputar kebanyakan lagu lama. Lagu nostalgia. lagu “jadul”.  Lagu zaman dulu. Sepantaran dengan penumpangnya. Seumuran dengan peserta. Kami berkaraoke. Bergiliran memegang mik. Bernyanyi bergantian.
      Dengan suara yang “merdu”. Kadang kala dengan ragam suara berirama mendayu-dayu. Nada yang “baik” dan “sedap” didengar. Menurut penyanyinya sendiri. Tidak tahu jika menurut orang yang mendengarkan. Tampaknya, yang bernyanyi tidak bermasalah. Mungkin, yang bermasalah orang yang mendengarkan. Mengapa? Karena mereka dipaksa mendengarkan. Tidak ada pilihan lain. Terkurung dalam bis. Laksana buah tinggal sebiji. Waktu perut keroncongan. Terpaksa dimakan. Tidak ada alternatif lain. Dengan perasaan “geregeten”. Alias benci tapi rindu.
      Bis terus berjalan dengan lambat. Kami mulai mengobrol. Membahas apa aja. Acap kali bicara “nggedabrus”. Membahas “ngalor ngidul”. Juga, “ngomong seng”. Pak Baher mulai melucu, “Suara Bu Retno enak dan merdu didengarkan. Ketika sedang menyanyi. Akan lebih enak dan lebih merdu lagi. Jika Bu Retno tidak bernyanyi.“ Penumpang mulai tertawa. Pak Tri Widodo melanjutkan, “Sebaiknya sebelum bernyanyi, para artis dadakan ini membayar kerugian kepada penonton. Karena menyakitkan telinga.“ tertawa penumpang tambah keras.
       “Sekarang giliran Pak Yusron menyanyi lagu Malam Minggu. Sekarang ‘kan bertepatan dengan malam Minggu,” kata Pak Wakhid. Saya menjawab, “Wani piro?” “Yang benar Pak Yusron membayar pendengarnya. Bukan malah minta dibayar, “teriak Pak Arie sambil bersungut. Hadirin tertawa meledak. Memang Pak Arie dengan saya sering terlibat debat kusir. Debat yang tidak perlu diperdebatkan. Debat tidak bermutu.
       Beberapa jam berlalu. Rombongan masuk wilayah gunung Bromo. Bromo berasal dari kata Brahma. Nama salah satu dewa agama Hindu. Merupakan gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2,329 meter di atas permukaan laut. Berada dalam empat wilayah kabupaten. Yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Bentuk fisik gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai.  Dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan diameter sekitar 800 meter arah utara ke selatan. Sekitar 600 meter arah timur ke barat. Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari sekitar 4 km dari pusat kawah Bromo.
      Suku Tengger. Penduduk sekitar Gunung Bromo. Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Bertempat di sebuah pura. Yang berada di bawah kaki Gunung Bromo. Dilanjutkan ke puncak Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari. Setiap bulan purnama. Sekitar tanggal 14 atau 15. Bulan Kasodo. Bulan ke-10 menurut penanggalan Jawa.
      Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Bromo menarik karena berstatus gunung berapi aktif. Termasuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Masuk wilayah gunung bromo bisa ditempuh melewati empat jalur.
      Dari arah Pasuruan. Berwisata ke Gunung Bromo lewat Pasuruan bisa ditempuh lewat dua akses. Pertama, lewat Purwodadi. Lalu Nongkojajar. Kemudian Desa Tosari. Tiba di lautan pasir gunung Bromo. Kedua, lewat  Warungdowo. Lalu Ranggeh dan Pasrepan. Kemudian  Puspo dan  Tosari. Menuju pusat objek wisata. Berupa lautan pasir. Jalur ini amat berat. Tidak bisa dilewati dengan kendaraan roda empat biasa. Karena jalanan mendaki dan menurun dengan amat curam. Harus menggunakan kendaraan Jeep. Sudah disiapkan pengelola wisata. Pejalan kaki yang tangguh. Bisa menempuh jalur ini.
      Dari arah Probolinggo. Melewati desa Tongas dan desa Sukapura. Menuju desa Cemoro Lawang. Sebelum turun ke lautan pasir. Lerengnya tidak terlalu curam. Sepeda motor bisa melewati jalur ini. Umumnya, para wisatawan melalui jalur ini.
      Dari arah Malang. Melewati desa Tumpang. Desa Gubugklakah dan desa  Ngadas. Desa Jemplang.  Desa Ranu Pane, bertemu dengan jalur dari arah Lumajang. Desa Ranu Kombolo, dan desa Kalimati. Desa Arcopodo, dan Mahameru.
      Dari arah Lumajang. Melewati desa Senduro dan desa Bumo. Memasuki desa Ranu Pane. Bertemu dengan jalur dari arah Malang. Desa Ranu, dan desa Kalimati. Desa Arcopodo, dan Mahameru.
      Bis memasuki terminal. Penumpang turun. Berganti kendaraan kecil. Menuju hotel. Hotel Cemoro Indah, Bromo. Pak Kholik membagi kunci kamar. Tiap kamar berisi dua atau tiga tempat tidur. Diatur secara acak. Kecuali tiga orang. Pak Kholik, Pak Baher, dan Pak Zainul Nuri. Harus selalu sekamar. Di mana saja. Kapan saja. Mirip Coca-cola. Sampai pensiun.
      Peserta berkumpul di lapangan. Menuju kendaraan Jeep Hardtop. Kendaraan 4 WD alias 4 wheels drive merupakan salah satu versi mobil. Mobil menggunakan penggerak pada keempat rodanya. Agar mampu berjalan di medan yang berat.  Mendapatkan tenaga dan dorongan sempurna. Biasanya mobil ini berkasis besar. Misalnya, mobil jenis SUV dan Crossover.
      Peserta diajak berkeliling. Mengitari gunung Bromo. Melintasi lautan pasir. Kendaraan naik dan turun dengan tajam.  Uji nyali.  Kami berhenti di beberapa lokasi. Berfoto bergantian. Dengan gaya masing-masing. Gaya “bul-bul”. Bergaya anak muda. Meskipun semuanya sudah tua. Sudah berumur 50-an tahun. Disebut “seket”. Bisa bermakna “seneng kethuan”.  Suka memakai kopiah. Belum 60 tahun. Belum “sewidak”. Maaf, bisa bermakna “sekarate wis cedak”. Sudah mendekati ajalnya.
      Anggota MKKS berkumpul. Di lokasi kumpulan kuda. Kami bersiap menunggang kuda. Menuju kawah gunung Bromo. Pak Arie menaiki kuda. Saya juga. Tali kuda dikendalikan si pemilik. Bisa disebut si kusir. Waktu kami datang. Si kusir yang bernama Kasir sedang duduk di kasur yang kasar. Pak Arie duduk di atas kuda. Begitu pula saya.
      Tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan,”Tret..tret tuut.. tutut..ciuuuut.” Berasal dari belakang kuda yang saya naiki. Terdengar suara “ciut”. Yang berarti “sempit”. Meskipun lautan pasir amat luas. Si kusir yang bernama Kasir berkata, “Wah kasihan, kudanya masuk angin.” “Bukan masuk angin, Pak. Tapi, keluar angin,” teriak Pak Arie. Saya membela Pak Kasir, “ Benar Pak Arie, perut kuda masuk angin. Sehingga terdengar suara kentut.” “Salah! Yang benar keluar angin. Bukan masuk angin.” Jelas Pak Arie. Sejak saat itu, sampai sekarang, saya menganggap kudanya “masuk angin”. Sedangkan Pak Arie tetap bersikukuh menganggap “keluar angin”. Sing waras ngalah.
      Debat kusir itu terbawa sampai pensiun. Mulai 1 April 2017, Pak Arie memasuki usia purnatugas. Pensiun sebagai guru PNS. Sekaligus dari “amtenar”. Mestinya, semua orang yang pensiun tidak perlu debat kusir. Jangan tertipu urusan “tetek bengek”. Pensiun bisa bermakna penuh konsentrasi urusan nanti. Termasuk saya. Semoga.

95. STOP KEZALIMAN

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi luhur sedang berada di masjid. Orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Mereka sedang berzikir. Membaca Al-Quran. Duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri. Pak Toni, duduk di tengah.  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang saleh. Pak Toni lebih saleh. Pak Sanusi sangat saleh.
     Ali Baba datang menghampiri. Dia mendekati dari arah depan. Ingin menguji orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang paling kiri. Menghampiri Pak Joko.  “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tak terdengar  jawaban. Pak Joko khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak,” Pak Joko tak bereaksi. Dia diam saja. Pak Joko orang baik. Dia tak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tak ingin membalas orang yang menyakiti. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tak terdengar jawaban. Pak Toni khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak,” Pak Toni berkata, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tak merasa tersakiti. Tak mau membalas orang yang menyakiti. Malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, Pak Sanusi. Ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya. Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tak terdengar jawaban. Pak Sanusi khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak,” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak, plak,“ Dia membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah menimpakan hukuman kepada semua orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San.  Semuanya orang saleh. Semuanya orang baik. Tetapi, anehnya, atau memang tak aneh. Jika mereka berkumpul bisa Jo-To-San.

     



95. STOP KEZALIMAN

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi luhur sedang berada di masjid. Orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Mereka sedang berzikir. Membaca Al-Quran. Duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri. Pak Toni, duduk di tengah.  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang saleh. Pak Toni lebih saleh. Pak Sanusi sangat saleh.
     Ali Baba datang menghampiri. Dia mendekati dari arah depan. Ingin menguji orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang paling kiri. Menghampiri Pak Joko.  “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tak terdengar  jawaban. Pak Joko khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak,” Pak Joko tak bereaksi. Dia diam saja. Pak Joko orang baik. Dia tak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tak ingin membalas orang yang menyakiti. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tak terdengar jawaban. Pak Toni khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak,” Pak Toni berkata, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tak merasa tersakiti. Tak mau membalas orang yang menyakiti. Malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, Pak Sanusi. Ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya. Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tak terdengar jawaban. Pak Sanusi khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak,” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak, plak,“ Dia membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah menimpakan hukuman kepada semua orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San.  Semuanya orang saleh. Semuanya orang baik. Tetapi, anehnya, atau memang tak aneh. Jika mereka berkumpul bisa Jo-To-San.

     



95. STOP KEZALIMAN

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi luhur sedang berada di masjid. Orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Mereka sedang berzikir. Membaca Al-Quran. Duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri. Pak Toni, duduk di tengah.  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang saleh. Pak Toni lebih saleh. Pak Sanusi sangat saleh.
     Ali Baba datang menghampiri. Dia mendekati dari arah depan. Ingin menguji orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang paling kiri. Menghampiri Pak Joko.  “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tak terdengar  jawaban. Pak Joko khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak,” Pak Joko tak bereaksi. Dia diam saja. Pak Joko orang baik. Dia tak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tak ingin membalas orang yang menyakiti. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tak terdengar jawaban. Pak Toni khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak,” Pak Toni berkata, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tak merasa tersakiti. Tak mau membalas orang yang menyakiti. Malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, Pak Sanusi. Ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya. Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tak terdengar jawaban. Pak Sanusi khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak,” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak, plak,“ Dia membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah menimpakan hukuman kepada semua orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San.  Semuanya orang saleh. Semuanya orang baik. Tetapi, anehnya, atau memang tak aneh. Jika mereka berkumpul bisa Jo-To-San.

     



95. STOP KEZALIMAN

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi luhur sedang berada di masjid. Orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Mereka sedang berzikir. Membaca Al-Quran. Duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri. Pak Toni, duduk di tengah.  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang saleh. Pak Toni lebih saleh. Pak Sanusi sangat saleh.
     Ali Baba datang menghampiri. Dia mendekati dari arah depan. Ingin menguji orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang paling kiri. Menghampiri Pak Joko.  “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tak terdengar  jawaban. Pak Joko khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak,” Pak Joko tak bereaksi. Dia diam saja. Pak Joko orang baik. Dia tak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tak ingin membalas orang yang menyakiti. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tak terdengar jawaban. Pak Toni khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak,” Pak Toni berkata, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tak merasa tersakiti. Tak mau membalas orang yang menyakiti. Malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, Pak Sanusi. Ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya. Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tak terdengar jawaban. Pak Sanusi khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak,” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak, plak,“ Dia membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah menimpakan hukuman kepada semua orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San.  Semuanya orang saleh. Semuanya orang baik. Tetapi, anehnya, atau memang tak aneh. Jika mereka berkumpul bisa Jo-To-San.

     



95. STOP KEZALIMAN

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi luhur sedang berada di masjid. Orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Mereka sedang berzikir. Membaca Al-Quran. Duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri. Pak Toni, duduk di tengah.  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang saleh. Pak Toni lebih saleh. Pak Sanusi sangat saleh.
     Ali Baba datang menghampiri. Dia mendekati dari arah depan. Ingin menguji orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang paling kiri. Menghampiri Pak Joko.  “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tak terdengar  jawaban. Pak Joko khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak,” Pak Joko tak bereaksi. Dia diam saja. Pak Joko orang baik. Dia tak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tak ingin membalas orang yang menyakiti. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tak terdengar jawaban. Pak Toni khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak,” Pak Toni berkata, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tak merasa tersakiti. Tak mau membalas orang yang menyakiti. Malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, Pak Sanusi. Ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya. Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tak terdengar jawaban. Pak Sanusi khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak,” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak, plak,“ Dia membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah menimpakan hukuman kepada semua orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San.  Semuanya orang saleh. Semuanya orang baik. Tetapi, anehnya, atau memang tak aneh. Jika mereka berkumpul bisa Jo-To-San.

     



95. STOP KEZALIMAN

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi luhur sedang berada di masjid. Orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Mereka sedang berzikir. Membaca Al-Quran. Duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri. Pak Toni, duduk di tengah.  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang saleh. Pak Toni lebih saleh. Pak Sanusi sangat saleh.
     Ali Baba datang menghampiri. Dia mendekati dari arah depan. Ingin menguji orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang paling kiri. Menghampiri Pak Joko.  “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tak terdengar  jawaban. Pak Joko khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak,” Pak Joko tak bereaksi. Dia diam saja. Pak Joko orang baik. Dia tak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tak ingin membalas orang yang menyakiti. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tak terdengar jawaban. Pak Toni khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak,” Pak Toni berkata, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tak merasa tersakiti. Tak mau membalas orang yang menyakiti. Malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, Pak Sanusi. Ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya. Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tak terdengar jawaban. Pak Sanusi khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak,” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak, plak,“ Dia membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah menimpakan hukuman kepada semua orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San.  Semuanya orang saleh. Semuanya orang baik. Tetapi, anehnya, atau memang tak aneh. Jika mereka berkumpul bisa Jo-To-San.

     



Monday, June 12, 2017

95. ZALIM

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Mereka sedang berzikir. Membaca Al-Quran. Duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri. Pak Toni, duduk di tengah.  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang saleh. Pak Toni lebih saleh. Pak Sanusi sangat saleh.
     Ali Baba datang menghampiri. Dia mendekati dari arah depan. Ingin menguji orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang paling kiri. Menghampiri Pak Joko.  “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tak terdengar  jawaban. Pak Joko khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak,” Pak Joko tak bereaksi. Dia diam saja. Pak Joko orang baik. Dia tak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tak ingin membalas orang yang menyakiti. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tak terdengar jawaban. Pak Toni khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak,” Pak Toni berkata, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tak merasa tersakiti. Tak mau membalas orang yang menyakiti. Malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, Pak Sanusi. Ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya. Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tak terdengar jawaban. Pak Sanusi khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak,” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak, Plak, “ Dia membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah menimpakan hukuman kepada semua orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San.  Semuanya orang saleh. Semuanya orang baik. Tetapi, anehnya, atau memang tak aneh. Jika mereka berkumpul bisa Jo-To-San.

95. ZALIM

HARUS ADA ORANG YANG BERANI,
MENGHENTIKAN KEZALIMAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

       Dikisahkan tentang tiga orang saleh. Tiga orang berbudi baik sedang berada di masjid. Orang yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Mereka sedang berzikir. Membaca Al-Quran. Duduk agak berjauhan.
      Pak Joko, duduk paling kiri. Pak Toni, duduk di tengah.  Pak Sanusi, duduk paling kanan. Pak Joko orang saleh. Pak Toni lebih saleh. Pak Sanusi sangat saleh.
     Ali Baba datang menghampiri. Dia mendekati dari arah depan. Ingin menguji orang yang paling saleh. Ali Baba mendekati orang paling kiri. Menghampiri Pak Joko.  “Assalamu alaikum,” kata Ali Baba. Tak terdengar  jawaban. Pak Joko khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Joko. “Plak,” Pak Joko tak bereaksi. Dia diam saja. Pak Joko orang baik. Dia tak merasa disakiti orang lain. Pak Joko tak ingin membalas orang yang menyakiti. Ali Baba Bergumam,”Dia orang baik.”
    Ali Baba menghampiri orang kedua, Pak Toni. “Assalamu alaikum,“ kata Ali Baba. Tak terdengar jawaban. Pak Toni khusuk berzikir memuji Allah. Ali Baba menampar Pak Toni, “Plak,” Pak Toni berkata, “Maaf, apakah tanganmu tidak sakit?”
     Pak Toni tak merasa tersakiti. Tak mau membalas orang yang menyakiti. Malah  memikirkan kesehatan orang lain. “Dia orang lebih baik,” kata Ali Baba.
      Ali Baba menghampiri orang ketiga, Pak Sanusi. Ingin menguji kebaikan Pak Sanusi. “Katanya dia orang sangat baik,“ gumam Ali Baba.  Kira-kira bagaimana reaksinya. Ali Baba berkata, “Assalamu alaikum.”  Tak terdengar jawaban. Pak Sanusi khusuk berzikir memuji Allah.
      Ali Baba menampar Pak Sanusi. “Plak,” Dia menunggu reaksi. Ternyata, reaksinya sungguh mengagetkan. Pak Sanusi membalas menampar Ali Baba, “ Plak, Plak, “ Dia membalas dua kali tamparan.
     Ali Baba kaget. “Kata orang-orang, Bapak orang amat baik.“ “Memang benar, tetapi harus ada orang yang berani menghentikan kezalimanmu!“ jawab Pak Sanusi.
      Pak Sanusi melanjutkan, “Sebelum Allah menimpakan hukuman kepada semua orang. Karena ada orang berbuat zalim, tetapi TAK ADA yang BERANI menegurnya.
      Demikian kisah tentang Pak Jo, Pak To, dan Pak San.  Semuanya orang saleh. Semuanya orang baik. Tetapi, anehnya, atau memang tak aneh. Jika mereka berkumpul bisa Jo-To-San.

Sunday, June 11, 2017

94. ALQURAN

ALQURAN, KITAB SUCI UMAT ISLAM
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Al-Quran secara harfiah bermakna “bacaan”. Al-Quran merupakan kitab suci utama umat Islam. Semua umat Islam meyakini Al-Quran diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad.
      Al-Quran, rahmat terbesar Allah kepada manusia. Merupakan “Kitab Ibadah” dan “Kitab Hidayah”. Sebagai “Kitab Ibadah” umat Islam dapat membaca dan mempelajarinya. Akan mendapatkan pahala berlimpah.
     Sebagai “Kitab Hidayah”, dipakai sumber petunjuk paling utama. Sebagai “Buku Manual”, untuk menjawab semua persoalan hidup. Agar dapat mencapai kehidupan sejahtera di dunia dan akhirat.
      Al-Quran dikenal luas dan dihormati sebagai karya seni sastra bahasa Arab. Yang paling baik di dunia. Al-Quran terbagi dalam beberapa “Bab”. Yang disebut “Surah”. Setiap surah terbagi ke dalam beberapa “Sajak”. Yang disebut “Ayat”.
     Al-Quran diturunkan Allah. Melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dibulatkan selama 23 tahun. Diawali 17 Ramadan, Nabi berusia 40 tahun. Sampai Nabi wafat tahun 632 Masehi.
      Al-Quran mukjizat terbesar Nabi Muhammad. Salah satu bukti tanda kenabian. Merupakan puncak dan penutup wahyu. Pesan suci yang diturunkan Allah. Sejak Nabi Adam. Diakhiri Nabi Muhammad.
      Al-Quran terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat. Al-Quran terbagi menjadi 30 bagian. Yang dikenal dengan nama “Juz”. Memudahkan mengkhatamkan  Al-Quran selama 30 hari. “Manzil”membagi Al-Quran menjadi 7 bagian.  Setiap surah  terbagi dalam subbagian. Yang disebut “Rukuk”.
      Kata “Bismillahi arrrahmanirrahim” muncul 114 kali. Sama dengan jumlah 114 surah  Al-Quran. Surah ke-9, surah At-Taubah, tidak diawali kata“ “Bismillahi arrahmanirrahim”. Lafaz ini muncul dua kali dalam surah ke-27, surah An-Naml. Pada awal surah dan ayat ke-30. Surat Nabi  Sulaiman kepada Ratu Saba.
        Sepuluh inti ajaran agama Islam. Pertama, Tuhan itu Esa. Tuhan itu Tunggal. Dia bernama Allah. Tak beranak. Tak diperanakkan. Tidak dilahirkan. Tidak melahirkan. Allah Zat Yang Maha Tinggi.
      Kedua, Al-Quran merupakan kalam Allah. Diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Untuk disampaikan kepada umat manusia.
      Ketiga, Mengikuti Al-Quran dan Sunah Nabi merupakan perintah. Keduanya ajaran yang membentuk Islam. Sunah Nabi disebut juga “Hadis”. Merupakan ajaran agama Islam. Berdasarkan perbuatan, perkataan, sikap, dan kebiasaan Nabi.
      Keempat, Allah menjaga kemurnian Al-Quran. Dari segala perubahan dan penyimpangan.
      Kelima, Alam semesta dan segala isinya. Merupakan ciptaan Allah. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Yang kasatmata, yang nyata, dan yang gaib. Yang kelihatan maupun yang tersembunyi.
      Keenam, Adam manusia pertama diciptakan dari unsur tanah. Hawa diciptakan dari Adam. Umat manusia sebagai “Khalifah” Allah di bumi. Sebagai penguasa dan pengelola bumi.
      Ketujuh, Alam semesta dan segala isinya akan berakhir. Kiamat pasti terjadi. Hanya Allah yang mengetahui kapan terjadinya kiamat.
      Kedelapan,  Semua sikap dan perilaku manusia pasti tercatat. Keimanan kepada Allah dan segala amal perbuatan. Akan dipertanggunggjawabkan di akhirat. Memperoleh  pahala di surga. Atau menerima siksaan di neraka.  
      Kesembilan, Al-Quran mewajibkan umat Islam. Beriman kepada semua nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad.
     Kesepuluh, Al-Quran melarang membuat permusuhan dan dendam. Tetapi, diwajibkan untuk mempertahankan keimanan, hak milik, keluarga, dan negara. 
      Bahasa Arab memiliki 28 macam huruf. Bahasa Inggris mempunyai 26 huruf. Beberapa orang non-Arab sulit melafazkan beberapa huruf Arab. Orang Arab mudah mengucapkan lafaz bahasa Inggris.
     Agar mampu menyentuh perasaan. Al-Quran perlu dibaca dalam bahasa aslinya. Terjemahan Al-Quran hanya menjelaskan maksudnya. Bukan kata-kata sesungguhnya.
     Bahasa Arab amat kaya makna. Tak dapat diterjemahkan kata perkata. Ke dalam bahasa apa pun. Terjemahan Al-Quran dapat menghilangkan banyak ketegasan dan keindahan bahasa Arab aslinya.
     Membaca Al-Quran perlu mengatur posisi tubuh. Menunjukkan penghormatan. Menurut ajaran Islam. Duduk bersila di lantai. Membaca Al-Quran beralaskan bantal.  Merupakan posisi yang layak.Tetapi, membaca Al-Quran dengan melonjorkan kaki di atas meja. Sikap yang tidak patas.
      Membaca Al-Quran harus berpakaian sopan. Pikiran dan hati harus bersih. Terpusat dan tak tergoda pikiran lain. Jasad harus disucikan lebih dahulu. Memperlakukan Al-Quran dengan takzim. Perasaan hormat yang tinggi.
    Al-Quran surah Al-Waqiah. Surah ke-56 ayat 77-80. “Sesungguhnya Al-Quran ini bacaan sangat mulia. Kitab yang terjaga. Tidak menyentuhnya, kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.”
     Umat Islam mempelajari Al-Quran secara teratur. Tak pernah bosan. Berkali-kali membacanya. Selalu menemukan hal baru. Yang dapat diambil hikmahnya.
     Membaca Al-Quran dalam bahasa aslinya. Membuat hati tenang dan tenteram. Al-Quran sebagai pedoman hidup. Akan memberikan solusi dan jalan keluar setiap masalah yang terjadi.
      Membaca dan menghafal berbeda. Semua hafalan Al-Quran wajib benar “tajwidnya”. Cara membaca Al-Quran dengan lafal dan ucapan yang benar. Harus dalam bahasa aslinya. Tak boleh ada kesalahan sedikit pun. Setiap kata harus diucapkan dengan lafaz yang benar. Termasuk panjang dan pendeknya. Tak boleh ada satu huruf pun yang hilang.
    Hafiz dan hafizah, merupakan orang yang hafal Al-Quran. Sebuah prestasi yang hebat. Zaman sekarang ini, kita bisa menemukan ribuan penghafal Al-Quran. Mereka mampu menghafal lebih dari 600 halaman Al-Quran di luar kepala. Dapat mengingat dan melafalkan ayat mana saja dalam Al-Quran. Hampir tanpa perlu waktu. Sungguh luar biasa. 
Daftar Pustaka
1. Anwar, Duaa. Memahami Segalanya tentang Al-Quran. The Everything Koran Book. Penerbit Karisma Publishing Group. Batam, 2007