Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, June 5, 2023

18523. DAMPAK PRESIDEN TAK NETRAL DALAM PEMILU

  


DAMPAK PRESIDEN TAK NETRAL DALAM PEMILU

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi 

LP3ES

 Wijayanto ungkapkan.

 

Presiden harus netral dalam pemilu.

Sebab diberi mandat public.

 

Pakai pengaruh dan kekuasaan.

Untuk seluruh rakyat.

 

Tanpa kecuali.

Bukan salah satu pihak saja.

 

Presiden tidak netral.

Berpihak salah satu calon.

 

Timbul banyak masalah.

Dan konsekuensi serius.


Presiden harus adil dan netral.

Jaga  integritas demokrasi.

 

Dampak Presiden tak netral.

Yaitu:

 

1)        Tak adil dalam proses pemilihan.

2)        Kekuasaan cenderung menyeleweng.

 

3)        Ancam prinsip demokrasi.

Harus bersaing adil.

 

4)        Hilang kepercayaan rakyat.

Pada pemerintah.

 

5)       Ganggu ketenangan politik.

 

6)        Rusak stabilitas.

7)        Rusak sistem demokrasi.

 

8)        Merosot reputasi global.

 

 

9)        Rusak nama baik lndonesia.

Dalam dunia internasional.

 

 

(Sumber tribun)

 

18522. ADA 3 STRATEGI GLOBAL MUHAMMADIYAH

 


ADA 3 STRATEGI GLOBAL MUHAMMADIYAH

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

Sekretaris Umum.

 Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

 

Prof Dr Abdul Mu’ti,  M Ed.

Silaturrahmi Idul Fitri 1444 H.

 

Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia.

Jumat (12/5/2023).

 

Ada 3 Strategi Internasional.

Bagi Muhammadiyah.

 

1)        Muhammadiyah Network.

Lewat sister organisasi dan PCIM.

Di seluruh dunia.

 

2)        Publikasi Muhammadiyah seluasnya.

Dalam bahasa dunia.

 

3)        Membawa warga negara asing.

Agar kuliah atau sekolah.

Di Muhammadiyah.

 

“Nabi Muhammad.

Diutus sebagai rasul.

Bagi  semesta alam.

 

 Maka internasionalisasi.

 Pilihan dakwah Muhammadiyah.

 

 Bahwa Muhammadiyah.

Tak hanya sebatas.

 

Jadi pengikut Nabi Muhammad.

Tapi juga kembangkan.

Dakwah Nabi Muhammad,” tandasnya.

 

Prof Mu’ti berpesan.

Agar warga Muhammadiyah.

Di Malaysia.

 

Juga ikuti perkembangan Muhammadiyah.

Dari sumber yang benar.

 

Tak mudah percaya.

Tak bagikan tulisan.

 

Tentang Muhammadiyah.

Belum jelas sumbernya.

 

“Warga Muhammadiyah.

Harus jadi contoh.

 

Jadi warga negara Indonesia yang baik.

Juga penduduk Malaysia yang baik.

 

Tunjukkan pada dunia.

Dan pada rakyat Malaysia.

 

Bahwa Muhammadiyah.

Gerakan anggotanya.

Juga pribadi berkemajuan,” pungkasnya.

 

(Sumber pwmu)

 

18521. BEDA PEMIMPIN MUHAMMADIYAH DAN PEMERINTAH

 


BEDA PEMIMPIN MUHAMMADIYAH DAN PEMERINTAH

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Pimpinan Muhammadiyah.

Tingkat Kota atau Kabupaten.

 

Mungkin selevel.

Bupati atau Walikota.

 

Menurut Sekretaris Umum

Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Abdul Mu’ti.

 

Yang membedakan.

Yaitu:

1)        Tunggangan (kendaraan).

2)        Tunjangan (gaji).

3)        Model sistem pimpinan.

 

Sabtu (3/6/2023).

Pengukuhan PDM, PDA dan IMM.

 Cabang Blitar.

 

Soal sistem kepemimpinan.

 

Muhammadiyah.

Pakai sistem kolektif kolegial.

 

Yaitu pada sistem

Bukan pada tokoh.

Bukan pada orang “sinten” (siapa).

 

Kelebihan sistem kolektif.

Organisasi jalan seperti biasa.

 

Meskipun pimpinan.

Atau Ketua.

Tak ada di tempat.

 

Misalnya.

Tahun 2017.

 

1)        Haedar Nashir

(Ketua Umum PP Muhammadiyah).

 

2)        Siti Noordjannah Djohantini

(Ketua Umum PP ‘Aisyiyah).

 

3)        Suyatno

(Bendahara Umum PP Muhammadiyah).

 

Berangkat haji bersama.

 

Roda kepengurusan.

 PP Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.

 

Berputar seperti biasa.

Tetap aman saja.

 

Tak takut ada kudeta.

 

Model ambil keputusan.

 

Semua jajaran pimpinan.

Harus ikut keputusan bersama.

 

Yang ditentukan kuorum.

Dalam rapat.

 

Pada posisi itu.

Ketua bukan tempatkan diri.

Sebagai ‘paling’ dibanding lainnya.

 

Pimpinan atau ketua.

Harus bisa jadi makmum.

Mau jadi followers.

 

“Saat ini.

Pemimpin model itu.

 

Agak sulit.

Terutama dalam berbangsa.

 

Sebab orang siap memimpin.

Tapi tak siap dipimpin.

 

Hal itu.

Tantangan pemimpin nasional.

Saat ini,” imbuhnya.

 

Beda lainnya.

 

Dalam Muhammadiyah.

Orang tak ajukan diri.

 

Sebagai pimpinan atau ketua.

 

Bahkan dorong yang lain.

Untuk jadi ketua.

 

Dia tekankan.

Dalam konteks pemimpin nasional.

 

Harus bisa tempatkan diri.

Untuk siap dipimpin.

Bukan hanya mau memimpin.

 

 

(Sumber muhammadiyah)