Thursday, April 20, 2017

53.PERANG KHANDAQ DAN MUKJIZAT NABI MUHAMMAD

PERANG KHANDAQ DAN MUKJIZAT NABI MUHAMMAD
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

     Tahun 627 Masehi. Bulan Syawal tahun ke-5 Hijriah. Terjadi Perang Khandaq. Perang Parit. Juga, disebut Perang Ahzab. Perang “sekutu”. Perang umat Islam melawan pasukan “gabungan”. Lokasi perang di bagian utara Madinah.
      Umat Islam “dikeroyok” pasukan “koalisi”. Suku Quraisy, Gathafan, dan kelompok Yahudi Bani Nadhir dan Qaynuqa. Dibantu suku lainnya. Kabilah merupakan suku bangsa yang berasal dari satu ayah. Suku ialah golongan kaum seketurunan.
      Kota Madinah. Berdiam suku Aus dan Khazraj. Yaitu kaum Ansar. Rombongan  dari Mekah yang hijrah ke Madinah. Disebut kaum Muhajirin. Kaum Muhajirin dan Ansar penganut agama Islam. Juga, kelompok Yahudi Bani Qaynuqa, Nadhir, dan Quraizhah. Sebelumnya, kelompok Yahudi Bani Qaynuka bersekutu dengan Bani Khazraj, kaum Ansar.
       Piagam Madinah. Perjanjian umat Islam dengan kelompok Yahudi. Sudah disepakati.  Nabi mengusir kelompok Yahudi Bani Quraizhah dari Madinah. Mereka melanggar perjanjian. Bani Quraizhah tinggal di Khaibar. Di luar kota Madinah.
      Syaikh Shafiyyurahman, penulis buku “Sirah Nabawi” menjelaskan kisahnya.   Kelompok Yahudi Bani Nadhir berkhianat kepada Nabi. Bani Nadhir amat membenci umat Islam. Mereka pintar bisnis. Menguasai ekonomi. Mereka tidak biasa berperang. Tidak pintar mengangkat senjata. Tetapi, suka berkhianat dan bersekongkol.
      Perang Badar selesai. Pasukan Islam menang. Pamor pasukan Islam tinggi. Kelompok Yahudi Bani Nadhir melakukan segala cara. Mengganggu dan mengadu domba umat Islam. Tidak berani berperang secara langsung.
       Perang Uhud berakhir. Pasukan Islam mengalami “kekalahan”. Bani Nadhir berani menampakkan permusuhan dan pengkhianatan. Menjalin kesepakatan dengan musuh Islam. Melanggar perjanjian yang disepakatinya.
      Mereka akan membunuh Nabi. Tetapi, gagal. Nabi mengusir mereka keluar dari Madinah. Pindah ke daerah Khaibar. Sebuah wilayah di luar Madinah.
      Kelompok Yahudi Bani Nadhir dan Bani Quraizhah menyimpan dendam kepada Nabi. Mencari dukungan melawan umat Islam. Mendatangi suku Quraisy di Mekah. Suku Gathafan dan suku lainnya. Usaha mereka berhasil. Sekitar 10.000 pasukan perang “gabungan” menuju Madinah. Berangkat menyerang kaum muslim. Sedangkan, jumlah pasukan muslim sekitar 3.000 orang.
      Nabi mengetahui gerakan musuh. Nabi menyiapkan strategi pertahanan. Menghadapi pasukan kafir. Yang berjumlah lebih banyak.
      Salman Al-Farisi, berasal dari Persia. Baru saja memeluk Islam. Mahir dalam strategi perang. Dia mengusulkan membangun “sistem pertahanan parit”. Menggali parit atau khandaq. Di sepanjang perbatasan utara Madinah. Menghambat pergerakan musuh.
      Salman berkata, ”Wahai Nabi, kebiasaan kami di Persia. Jika kami diserang musuh, kami membuat parit. Alangkah baiknya kita juga menggali parit. Sehingga dapat menghalangi mereka dalam melakukan serangan.” Nabi menerima usul tersebut.
       Topologi wilayah Madinah. Topologi merupakan keadaan muka bumi pada kawasan atau daerah tertentu. Sebelah timur, terdapat pegunungan. Sulit dilewati kuda dan onta. Sebelah barat, pegunungan bebatuan tajam. Sebelah selatan, penuh pohon kurma. Sebelah tenggara, benteng kelompok Yahudi suku Quraizhah. Sebelah utara, berupa lapangan terbuka.
      Pasukan musuh pasti masuk lewat daerah utara. Meskipun mereka berdatangan dari arah selatan Madinah. Medan peperangan di perbatasan utara Madinah.
      Nabi dan para sahabat berkemah di utara Madinah. Di bukit gunung Sala. Kaum muslim mulai menggali parit. Memisahkan mereka dengan pasukan musuh. Ukuran parit sedalam 7 meter, dan selebar 15 meter. Nabi membuat peta penggalian. Membagi kelompok penggalian. Menggali parit sepanjang lebih 10 km.
      Penggalian parit berlangsung 6 hari. Dikerjakan tanpa berhenti. Siang dan malam. Bekerja tiada berhenti. Pasukan musuh dalam perjalanan.
      Jumlah pasukan kafir amat banyak. Lebih banyak dibandingkan jumlah seluruh penduduk Madinah. Bersenjata lebih lengkap dan “modern”. Mereka siap menghancurkan Madinah.
      Waktu itu musim dingin. Umat muslim kekurangan makanan. Para sahabat mengganjal perutnya dengan batu. Nabi, juga begitu. Nabi mengganjal perutnya dengan dua buah batu. Untuk menahan lapar.
      Nabi Bersabda,”Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan akhirat. Ampunilah kaum Ansar dan Muhajirin. Mereka menjawab, ”Kami telah berbaiat kepada Nabi Muhammad. Kami siap berjihad selama masih hidup.”
      Nabi Muhammad ikut terlibat langsung. Menggali dan mengangkat bebatuan. Tanah dan bebatuan galian ditaruh di sisi pasukan Nabi. Bongkahan bebatuan diletakkan di depan pasukan Nabi. Sebagai tameng pelindung. Juga, sebagai senjata melawan musuh. Untuk melempari pasukan musuh.
      Jabir bin Abdullah melihat Nabi amat lapar. Dia pulang ke rumah. Menyembelih seekor domba kecil. Istrinya memasak satu sak tepung gandum. Setelah masak Jabir membisiki Nabi. Agar datang ke rumahnya dengan beberapa sahabat saja.
      Nabi berdiri di atas sebuah batu. Mengumumkan kepada sekitar seribu orang yang menggali parit. “Wahai kaum Muhajirin dan Ansar. Marilah kita makan di rumah Jabir.” Jabir terkejut dan pucat. “Inna lillahi,” gumamnya. Dia memasak hanya cukup beberapa orang saja. Tetapi, Nabi mengajak semua orang yang berada di parit. Sekitar seribu orang.
      Jabir lari pulang. Menjumpai istrinya. Mengabarkan Nabi akan datang beserta semua orang. Istrinya pucat, ”Nabi berpesan apa?” Jabir menjawab, “Tempat masakan, jangan disentuh.”
      Sungguh aneh. Makanan yang sedikit. Cukup dimakan seribu orang. Tiap sepuluh orang bergantian masuk. Makan sampai kenyang. Selama penggalian parit. Tiga hari tidak makan. Juga, untuk isi perut tiga hari berikutnya. Semuanya sudah kenyang. Makanan masih bersisa. Sungguh ajaib. Salah satu mukjizat Nabi Muhammad. Selama perang Khandaq. Mahasuci Allah.
      Mukjizat makanan kurma.  Nukman bin Basyir datang ke penggalian parit. Membawa setangkup kurma. Diberikan ayah dan pamannya. Dia lewat di dekat Nabi. Nabi meminta kurma tersebut. Nabi meletakkan kurma di atas selembar kain.
      Nabi memanggil semua orang untuk memakannya. Semua orang sudah makan. Ternyata, kurma masih bersisa. Bahkan jumlahnya lebih banyak. Sebagian tercecer keluar hamparan kain. Sungguh ajaib.
      Mukjizat memecah batu. Al-Barra berkata, “Kami menggali parit. Menemukan batu besar yang amat keras. Tidak bisa dipecah.” Kami melaporkan kepada Nabi. Nabi turun mendekati batu. Nabi mengangkat cangkul, “Bismillah, Allahu akbar.” Dengan tiga kali pukulan. Batu keras itu hancur berkeping-keping. Luar biasa.
      Nabi terus memberikan motivasi. Membangkitkan semangat juang. Nabi tidak mau menyerah, meskipun jumlah pasukan kafir lebih banyak. Wanita, anak-anak, dan para orang tua dimasukkan kedalam “benteng”. Dipindahkan ke tempat yang dianggap aman.  
      Sebelah tenggara Madinah. Pengamanan diserahkan kepada kelompok Yahudi Bani Quraizhah. Mereka sudah terikat perjanjian dengan umat Islam. Jika ada musuh dari luar Madinah. Mereka berjanji saling melindungi.
      Pasukan “sekutu” tiba di Madinah. Mereka terkejut. Melihat pertahanan pasukan Islam. Menghadapi parit yang dalam, lebar dan memanjang. Menutup jalur utama masuk Madinah. Pasukan “koalisi” sulit melewatinya. Strategi perang yang belum pernah terjadi di jazirah Arab.
      Pasukan Quraisy berkemah di Rumat. Sekitar 4.000 orang. Pasukan Ghathafan dan lainnya berkemah di kaki gunung Uhud. Sekitar 6.000 orang. Beberapa orang munafik dan orang yang berjiwa lemah langsung menggigil ketakutan. Menyaksikan pasukan penyerang sebanyak itu.
      Pasukan muslim bertahan. Di seberang parit. Berlindung dibalik gundukan tanah dan bebatuan. Mereka bersenjata lengkap. Pedang, tameng dan panah. Juga, siap melempari musuh dengan bebatuan.
        Abu Sufyan, komandan pasukan kafir berang. Pasukan penyerbu hanya berputar-putar. Dengan amarah menggelegak. Mengepung pasukan muslim. Pertempuran terjadi sporadis. Peperangan terjadi kadang kala. Saling melontarkan panah dan batu.
       Pasukan jagoan berkuda. Mencari jarak lompat paling sempit. Beberapa orang berhasil melewati parit. Amru bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Dhirar bin Al-Khaththab. Berhasil mendekati pasukan Islam. Amru bin Abdi Wudd, pendekar Quraisy menantang duel satu lawan satu. Amru bin Abdi Wudd tewas di tangan Ali bin Abi Thalib. Sisanya, melarikan diri.  
       Beberapa hari berlalu. Pasukan kafir terus berusaha melewati parit. Juga,  membuat jalur penyeberangan. Pasukan muslim bertahan. Membalas dengan panah. Melempari dengan batu. Usaha pasukan kafir selalu gagal.  
      Huyai bin Akhthab, pemimpin kelompok Yahudi Bani Nadhir mendatangi benteng kelompok Yahudi Bani Quraizhah. Yang berada di tenggara Madinah. Menjumpai Kaab bin Asad Al-Qurazi, pemimpin Bani Quraizhah.
      Kelompok Yahudi Bani Quraizhah terikat perjanjian “Piagam Madinah”. Perjanjian umat Islam dengan Bani Quraizhah. Saling membantu menghadapi musuh dari luar.
      Awalnya, Kaab bin Asad Al-Qurazi tidak mau mengkhianati Nabi. Akhirnya, kelompok Yahudi Bani Quraizhah melanggar perjanjian.  Membatalkan kesepakatan sepihak. Memberontak kepada Nabi.
      Nabi mengetahui pemberontakan. Keadaan menjadi amat gawat. Pasukan muslim terjepit. Menghadapi musuh dari dua arah. Melawan musuh di depan. Di seberang parit. Jumlah pasukan kafir lebih banyak. Juga, menghadapi  pengkhianatan di belakang. Dari dalam Madinah sendiri. Sedangkan, penampungan wanita dan anak-anak dekat lokasi pemberontak. Sungguh, situasi yang amat mengkhawatirkan.
      Shafiyah binti Abdul Muththalib, saudara kandung ayah Nabi. Mencoba mengamankan benteng wanita dan anak-anak. Beberapa pasukan Bani Quraizhah mengelilingi benteng penampungan. Benteng khusus wanita, anak-anak, dan orang tua. Benteng tersebut tanpa penjaga.
      Malam gelap gulita. Shafiyah binti Abdul Muththalib berbisik kepada Hassan. Yang berusia 90 tahun. “Hai Hassan, bunuhlah orang Yahudi yang menyelinap.” Hassan menjawab, “Maaf, saya sudah tua. Tidak mampu melakukannya.” Shafiyah mengenakan pakaian perang laki-laki. Memukul penyelusup dengan potongan besi.  Si penyusup tewas. Kepalanya dilemparkan keluar benteng.
     Kelompok Yahudi Bani Quraizhah. Yang berada di dalam kota Madinah. Tidak berani menyerang benteng penampungan. Dianggap banyak penjaganya.
      Kelompok Yahudi Bani Quraizhah tidak berani menyerang pasukan muslim. Tetapi, mereka memasok kebutuhan logistik kaum kafir. Berupa bahan makanan, onta dan senjata.
      Selama peperangan. Nabi dan pasukannya sangat sibuk. Bertahan dan menghalau musuh. Terpaksa melaksanakan salat jamak.  
      Nuaim bin Masud, seorang tokoh Ghathafan. Melemparkan sepucuk surat. Minta menemui Nabi. Dia menyatakan masuk Islam. Tidak ada orang yang mengetahuinya. Nabi meminta untuk mengacaukan musuh.
     Nuaim berhasil mengadu domba pasukan kafir. Timbul perpecahan. Semangat pasukan penyerang turun drastis. Muncul angin topan. Merusak kemah pasukan kafir. Semuanya porak-poranda. Semuanya berhamburan. Pasukan kafir kocar-kacir.
      Pagi hari. Pasukan kafir sudah bubar. Kembali ke tempat asal mereka. Perang Khandaq selesai. Pasukan muslim berhasil mempertahankan Madinah. Alhamdulillah.
Daftar Pustaka
1.    Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.


0 comments:

Post a Comment