Thursday, June 29, 2017

118. MUSHAB BIN UMAIR

MUSH’AB BIN UMAIR, SAHABAT NABI.
MUBALIG PERTAMA DI MADINAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Mush'ab bin Umair, lahir di Mekah tahun 585 Masehi. Meninggal tahun 625 Masehi. Mati syahid dalam Perang Uhud. Umair bin Hasim, ayah Mush’ab. Ibu Mush’ab  bernama Khunas binti Malik.
      Mush'ab bin Umair berasal dari keturunan bangsawan suku Quraisy. Dia merupakan salah satu sahabat yang pertama memeluk Islam. Termasuk “Assabiqunal awwalun”. Orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam.
      Mush’ab bin Umair seorang pemuda yang tampan, dan cerdas. Berasal dari keluarga kaya. Dihargai lingkungannya. Dia banyak memberikan solusi dalam masyarakat Quraisy. Dia disenangi banyak gadis. 
      Mush’ab bin Umair masuk Islam. Dia sering ikut “pengajian” Darul Arqam. Bertempat di rumah Arqam bin Abil Arqam. Di tempat yang tersembunyi. Nabi masih berdakwah secara rahasia. Berdakwah secara “tertutup”.
      Ibunya mengetahui keislaman Mush’ab bin Umair. Ibunya amat marah. Dia diinterogasi di depan para pemimpin Quraisy. Mush’ab bin Umair tetap kukuh. Dia tetap memeluk Islam. Dia dikurung dalam rumah. Dilarang keluar rumah. Ibunya menghentikan bantuan keuangan kepada Mush’ab.
      Nabi memerintahkan hijrah ke Habasyah. Mush’ab bin Umair berhasil melarikan diri. Dia ikut hijrah ke Habasyah. Dia biasanya hidup mewah. Setelah masuk Islam,  hidupnya terlunta-lunta. Hidup di negeri orang. Jauh dari keluarga. Tetapi, dia amat menikmatinya. Karena “Dua Kalimat Syahadat” sudah tertanam dalam hatinya.
     Beberapa waktu kemudian. Tersiar kabar pihak Quraisy mengurangi tekanan terhadap orang Islam. Para “pengungsi” dari Habasyah kembali ke Mekah. Termasuk  Mush’ab bin Umair.
       Mereka menjumpai Nabi dan para sahabat. Nabi menitikkan air mata. Melihat penampilan Mush’ab bin Umair. Dia berpakaian usang. Memakai baju tambalan. Amat kontras dengan penampilan dahulu. Sebelum dia masuk Islam.
    Nabi memujinya. Nabi bersabda,”Dahulu saya melihat Mush’ab bin Umair amat dimanja orangtuanya. Mendapatkan kesenangan dan kenikmatan luar biasa. Tetapi, semuanya ditinggallkan. Karena cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”
         Pada musim haji. Zaman jahiliah. Para musafir datang ke Mekah. Mereka melaksanakan ibadah haji. Nabi berdakwah kepada mereka. Asad bin Zurarah, ketua rombongan Bani Najjar menerima Islam dengan baik.
    Musim haji tahun berikutnya. Nabi membaiat 12 orang. Asad bin Zurarah, si kepala suku, memohon agar Nabi mengirimkan seorang juru dakwah ke Madinah. Seorang yang mampu menjelaskan agama Islam di Madinah.
     Nabi memilih Mush’ab bin Umair. Seorang pemuda yang cerdas dan tampan. Berbudi pekerti baik. Berpengetahuan luas. Untuk melaksanakan tugas mulia. Sebagai mubalig pertama di Madinah. Sebagai orang yang menyiarkan ajaran Islam. Sebagai “juru penerang” ajaran Islam di Madinah.
      Selama berada di Madinah. Mush’ab bin Umair menginap di rumah Asad bin Zurarah.  Mereka berdakwah kepada Bani Abdul-Asyhal dan Bani Zhafar.  Keduanya duduk di dekat sumur Maraq. Beberapa orang yang sudah masuk Islam. Berkumpul bersama mereka.
     Saad bin Muadz dan Usaid bin Hudair, pemimpin Bani Asyhal. Asad bin Zurarah kerabat mereka. Usaid bin Hudair mendatangi Mush’ab bin Umair dan Asad Zurarah. Membawa sebuah tombak. Akan mengusir mereka.
    Usaid bin Hudair berkata dengan wajah muram,” Apakah yang kamu bawa ke sini. Apakah kalian akan menipu orang yang lemah di antara kami?” Mush’ab bin Umair berkata,”Silakan duduk. Agar engkau bisa mendengarkan apa yang kami sampaikan. Jika engkau suka sebagian. Maka engkau bisa menerimanya.”
     Mush’ab bin Umair melanjutkan,”Jika engkau tak suka. Maka engkau tak perlu menerima yang tak engkau senangi.” “Engkau cukup adil,” jawa Usaid bin Hudair. Sambil menancapkan tombaknya ke tanah. Lalu dia duduk.
      Mush’ab bin Umair menjelaskan ajaran Islam. Dengan membacakan beberapa ayat Al-Quran. Mush’ab bin Umair berkata,”Demi Allah. Aku sudah bisa melihat   rona Islam diwajahnya. Sebelum dia sempat berbicara. Aku bisa melihat keceriaan wajahnya. Dengan bibir bergerak komat-kamit “.
      “Alangkah bagus dan indahnya. Hal-hal yang engkau sampaikan, “ kata Usaid bin Hudair. “Apa yang kalian lakukan, jika kalian akan masuk agama ini?”lanjut Usaid. Keduanya menjawab,” Hendaknya engkau mandi. Membersihkan pakaian. Memberikan kesaksian. Lalu salat dua rakaat.”
      Usaid bin Hudair beranjak mandi. Membersihkan bajunya. Berikrar  “Dua Kalimat Syahadat”. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan Allah. Kemudian salat dua rakkat. Usaid bin Hudair Berkata,”Di belakang saya, ada seorang lelaki.  Jika dia mengikuti kalian. Maka  seluruh kaumnya akan mengikutinya,”
      Usaid  bin Hudair mengambil tombaknya. Mendatangi Saad bin Muadz, si kepala suku. Yang berkumpul dengan kaumnya. Di sebuah balai pertemuan. Saad bin Muadz bertanya kepada Usaid,”Apakah yang telah engkau lakukan?” Usaid bin Hudair menjawab,”Aku berbicara dengan dua orang. Aku melihat keduanya tak memiliki kekuatan.”
      Usaid bin Hudair melanjutkan,”Aku sudah melarangnya. Tetapi mereka berkata,”Kami akan melakukan yang kamu sukai.  Aku pernah menuturkan Bani Haritsah akan membunuh Asad bin Zurarah. Karena dia anak bibimu. Mereka akan melanggar perjanjian.”
     Saad bin Muadz bangkit dengan marah. Dia mengambil tombaknya. Menghampiri Mush’ab bin Umair dan Asad bin Zurarah. Tetapi, keduanya tetap duduk tenang.  Saad bin Muadz berkata,”Demi Allah. Wahai Abu Umamah. Aku tak menginginkan hal ini. Jika bukan karena hubungan keluarga. Aku tak senang engkau datang ke kampung kami. Membawa sesuatu yang tak kami sukai”.
      Mush’ab bin Umair berkata ,”Bagaimana apabila engkau duduk. Mendengarkan yang aku sampaikan. Jika engkau suka, maka engkau dapat menerimanya. Tetapi jika engkau tak suka. Kami akan menjauhkan darimu. Apa yang tak kamu senangi.” “Kamu cukup adil,” jawab Saad bin Muadz. Dia menancapkan tombaknya. Lalu dia duduk.
       Mush’ab bin Umair menjelaskan ajaran Islam. Dengan membacakan beberapa ayat Al-Quran. Mush’ab bin Umair berkata,”Demi Allah. Aku sudah bisa melihat   raut Islam diwajahnya. Sebelum dia sempat berbicara. Aku bisa melihat keceriaan wajahnya. Dengan bibir yang bergerak-gerak“.
      Saad bin Muadz berkata,”Apakah yang kalian lakukan. Jika akan masuk Islam? “Mush’ab bin Umair menjawab,“Hendaknya engkau mandi. Membersihkan pakaian. Memberikan kesaksian. Lalu salat dua rakaat.”
      Saad bin Muadz segera mandi. Membersihkan pakaiannya. Berikrar  “Dua Kalimat Syahadat”. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan Allah. Saad bin Muadz mengambil tombaknya. Dia kembali ke balai pertemuan.
      Saad bin Muadz berdiri dihadapan kaumnya,”Wahai Bani Abdil-Asyal. Apakah yang kalian ketahui tentang aku?” Mereka menjawab,” Engkau pemimpin kami. Orang yang paling jitu pendapatnya. Nasihatnya pasti kami ikuti.”
      Saad bin Muadz berkata,”Siapa pun kalian. Laki-laki maupun wanita. Tak boleh berbicara denganku. Sebelum beriman kepada Allah dan Rasul-NYa.” Hari itu semuanya sudah masuk Islam. Tinggal seorang saja. Al-Ushairin belum masuk Islam.
      Sebelum datangnya musim haji. Tahun ke-13 kenabian. Mush’ab bin Umair kembali ke Mekah. Melaporkan kepada Nabi. keberhasilam dakwahnya di Madinah. Pemeluk Islam Madinah siap melindungi umat Islam Mekah. Umat Islam Madinah siap menerima kedatangan umat Islam Mekah.
          Tahun ke-3 Hijriah. Terjadi Perang Uhud. Nabi berumur 56 tahun. Al-Ushairin, masuk Islam. Dia langsung ikut berperang. Dia mati syahid. Padahal dia belum pernah melakukan salat. Nabi bersabda,”Dia mengerjakan sedikit, tetapi mendapatkan pahala melimpah.” Mush’ab bin Umair juga mati syahid. Dalam Perang Uhud.
 Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.






0 comments:

Post a Comment