MUSH’AB
BIN UMAIR, SAHABAT NABI.
MUBALIG
PERTAMA DI MADINAH
Oleh:
Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala
SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

Mush'ab bin Umair, lahir di Mekah tahun
585 Masehi. Meninggal tahun 625 Masehi. Mati syahid dalam Perang Uhud. Umair
bin Hasim, ayah Mush’ab. Ibu Mush’ab bernama Khunas binti Malik.
Mush'ab bin Umair berasal dari keturunan
bangsawan suku Quraisy. Dia merupakan salah satu sahabat yang pertama memeluk
Islam. Termasuk “Assabiqunal awwalun”. Orang-orang yang terdahulu dan pertama
masuk Islam.
Mush’ab bin Umair seorang pemuda yang
tampan, dan cerdas. Berasal dari keluarga kaya. Dihargai lingkungannya. Dia banyak
memberikan solusi dalam masyarakat Quraisy. Dia disenangi banyak gadis.
Mush’ab bin Umair masuk Islam. Dia sering
ikut “pengajian” Darul Arqam. Bertempat di rumah Arqam bin Abil Arqam. Di
tempat yang tersembunyi. Nabi masih berdakwah secara rahasia. Berdakwah secara “tertutup”.
Ibunya mengetahui keislaman Mush’ab bin
Umair. Ibunya amat marah. Dia diinterogasi di depan para pemimpin Quraisy. Mush’ab
bin Umair tetap kukuh. Dia tetap memeluk Islam. Dia dikurung dalam rumah.
Dilarang keluar rumah. Ibunya menghentikan bantuan keuangan kepada Mush’ab.
Nabi memerintahkan hijrah ke Habasyah.
Mush’ab bin Umair berhasil melarikan diri. Dia ikut hijrah ke Habasyah. Dia biasanya
hidup mewah. Setelah masuk Islam, hidupnya
terlunta-lunta. Hidup di negeri orang. Jauh dari keluarga. Tetapi, dia amat menikmatinya.
Karena “Dua Kalimat Syahadat” sudah tertanam dalam hatinya.
Beberapa waktu kemudian. Tersiar kabar
pihak Quraisy mengurangi tekanan terhadap orang Islam. Para “pengungsi” dari
Habasyah kembali ke Mekah. Termasuk Mush’ab
bin Umair.
Mereka menjumpai Nabi dan para sahabat. Nabi
menitikkan air mata. Melihat penampilan Mush’ab bin Umair. Dia berpakaian usang.
Memakai baju tambalan. Amat kontras dengan penampilan dahulu. Sebelum dia masuk
Islam.
Nabi memujinya. Nabi bersabda,”Dahulu saya
melihat Mush’ab bin Umair amat dimanja orangtuanya. Mendapatkan kesenangan dan
kenikmatan luar biasa. Tetapi, semuanya ditinggallkan. Karena cintanya kepada
Allah dan Rasul-Nya.”
Pada musim haji. Zaman jahiliah. Para
musafir datang ke Mekah. Mereka melaksanakan ibadah haji. Nabi berdakwah kepada
mereka. Asad bin Zurarah, ketua rombongan Bani Najjar menerima Islam dengan baik.
Musim haji tahun berikutnya. Nabi membaiat
12 orang. Asad bin Zurarah, si kepala suku, memohon agar Nabi mengirimkan seorang
juru dakwah ke Madinah. Seorang yang mampu menjelaskan agama Islam di Madinah.
Nabi memilih Mush’ab bin Umair. Seorang pemuda
yang cerdas dan tampan. Berbudi pekerti baik. Berpengetahuan luas. Untuk
melaksanakan tugas mulia. Sebagai mubalig pertama di Madinah. Sebagai orang
yang menyiarkan ajaran Islam. Sebagai “juru penerang” ajaran Islam di Madinah.
Selama berada di Madinah. Mush’ab bin
Umair menginap di rumah Asad bin Zurarah.
Mereka berdakwah kepada Bani Abdul-Asyhal dan Bani Zhafar. Keduanya duduk di dekat sumur Maraq. Beberapa orang
yang sudah masuk Islam. Berkumpul bersama mereka.
Saad bin Muadz dan Usaid bin Hudair,
pemimpin Bani Asyhal. Asad bin Zurarah kerabat mereka. Usaid bin Hudair
mendatangi Mush’ab bin Umair dan Asad Zurarah. Membawa sebuah tombak. Akan
mengusir mereka.
Usaid bin Hudair berkata dengan wajah
muram,” Apakah yang kamu bawa ke sini. Apakah kalian akan menipu orang yang
lemah di antara kami?” Mush’ab bin Umair berkata,”Silakan duduk. Agar engkau
bisa mendengarkan apa yang kami sampaikan. Jika engkau suka sebagian. Maka
engkau bisa menerimanya.”
Mush’ab bin Umair melanjutkan,”Jika engkau
tak suka. Maka engkau tak perlu menerima yang tak engkau senangi.” “Engkau
cukup adil,” jawa Usaid bin Hudair. Sambil menancapkan tombaknya ke tanah. Lalu
dia duduk.
Mush’ab bin Umair menjelaskan ajaran
Islam. Dengan membacakan beberapa ayat Al-Quran. Mush’ab bin Umair
berkata,”Demi Allah. Aku sudah bisa melihat
rona Islam diwajahnya. Sebelum dia sempat berbicara. Aku bisa melihat
keceriaan wajahnya. Dengan bibir bergerak komat-kamit “.
“Alangkah bagus dan indahnya. Hal-hal yang
engkau sampaikan, “ kata Usaid bin Hudair. “Apa yang kalian lakukan, jika
kalian akan masuk agama ini?”lanjut Usaid. Keduanya menjawab,” Hendaknya engkau
mandi. Membersihkan pakaian. Memberikan kesaksian. Lalu salat dua rakaat.”
Usaid bin Hudair beranjak mandi.
Membersihkan bajunya. Berikrar “Dua
Kalimat Syahadat”. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad
utusan Allah. Kemudian salat dua rakkat. Usaid bin Hudair Berkata,”Di belakang
saya, ada seorang lelaki. Jika dia
mengikuti kalian. Maka seluruh kaumnya
akan mengikutinya,”
Usaid
bin Hudair mengambil tombaknya. Mendatangi Saad bin Muadz, si kepala
suku. Yang berkumpul dengan kaumnya. Di sebuah balai pertemuan. Saad bin Muadz
bertanya kepada Usaid,”Apakah yang telah engkau lakukan?” Usaid bin Hudair menjawab,”Aku
berbicara dengan dua orang. Aku melihat keduanya tak memiliki kekuatan.”
Usaid bin Hudair melanjutkan,”Aku sudah
melarangnya. Tetapi mereka berkata,”Kami akan melakukan yang kamu sukai. Aku pernah menuturkan Bani Haritsah akan
membunuh Asad bin Zurarah. Karena dia anak bibimu. Mereka akan melanggar
perjanjian.”
Saad bin Muadz bangkit dengan marah. Dia
mengambil tombaknya. Menghampiri Mush’ab bin Umair dan Asad bin Zurarah. Tetapi,
keduanya tetap duduk tenang. Saad bin
Muadz berkata,”Demi Allah. Wahai Abu Umamah. Aku tak menginginkan hal ini. Jika
bukan karena hubungan keluarga. Aku tak senang engkau datang ke kampung kami.
Membawa sesuatu yang tak kami sukai”.
Mush’ab bin Umair berkata ,”Bagaimana
apabila engkau duduk. Mendengarkan yang aku sampaikan. Jika engkau suka, maka
engkau dapat menerimanya. Tetapi jika engkau tak suka. Kami akan menjauhkan
darimu. Apa yang tak kamu senangi.” “Kamu cukup adil,” jawab Saad bin Muadz. Dia
menancapkan tombaknya. Lalu dia duduk.
Mush’ab bin Umair menjelaskan ajaran
Islam. Dengan membacakan beberapa ayat Al-Quran. Mush’ab bin Umair
berkata,”Demi Allah. Aku sudah bisa melihat
raut Islam diwajahnya. Sebelum dia sempat berbicara. Aku bisa melihat
keceriaan wajahnya. Dengan bibir yang bergerak-gerak“.
Saad bin Muadz berkata,”Apakah yang
kalian lakukan. Jika akan masuk Islam? “Mush’ab bin Umair menjawab,“Hendaknya
engkau mandi. Membersihkan pakaian. Memberikan kesaksian. Lalu salat dua
rakaat.”
Saad bin Muadz segera mandi. Membersihkan
pakaiannya. Berikrar “Dua Kalimat
Syahadat”. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan
Allah. Saad bin Muadz mengambil tombaknya. Dia kembali ke balai pertemuan.
Saad bin Muadz berdiri dihadapan
kaumnya,”Wahai Bani Abdil-Asyal. Apakah yang kalian ketahui tentang aku?”
Mereka menjawab,” Engkau pemimpin kami. Orang yang paling jitu pendapatnya.
Nasihatnya pasti kami ikuti.”
Saad bin Muadz berkata,”Siapa pun kalian.
Laki-laki maupun wanita. Tak boleh berbicara denganku. Sebelum beriman kepada
Allah dan Rasul-NYa.” Hari itu semuanya sudah masuk Islam. Tinggal seorang
saja. Al-Ushairin belum masuk Islam.
Sebelum datangnya musim haji. Tahun ke-13
kenabian. Mush’ab bin Umair kembali ke Mekah. Melaporkan kepada Nabi.
keberhasilam dakwahnya di Madinah. Pemeluk Islam Madinah siap melindungi umat
Islam Mekah. Umat Islam Madinah siap menerima kedatangan umat Islam Mekah.
Tahun ke-3 Hijriah. Terjadi Perang Uhud. Nabi berumur 56 tahun.
Al-Ushairin, masuk Islam. Dia langsung ikut berperang. Dia mati syahid. Padahal
dia belum pernah melakukan salat. Nabi bersabda,”Dia mengerjakan sedikit,
tetapi mendapatkan pahala melimpah.” Mush’ab bin Umair juga mati syahid. Dalam Perang
Uhud.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury,
Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi,
Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff.
Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam,
Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
0 comments:
Post a Comment