Sunday, September 8, 2019

3175. PERKEMBANGAN SOSIAL MURID SMP


PERKEMBANGAN SOSIAL MURID SMP
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Perkembangan Sosial Siswa SMP
1.    Perkembangan sosial seseorang berlangsung sejak masa bayi baru lahir hingga akhir hayatnya.
2.    Menurut Bruno (1987) perkembangan sosial adalah proses pembentukan konsep diri seseorang dalam bermasyarakat, baik dalam kehidupan lingkungan keluarga, budaya, bangsa maupun dalam lingkungan yang lebih luas lagi.
3.    Salah satu tokoh yang menjadi rujukan dalam pembahasan mengenai perkembangan sosial adalah Erik Erikson.
4.    Erikson memperluas teori psikodinamika dan psikoanalisis milik Freud dengan menambahkan dasar teorinya mengenai tahap perkembangan sosial, penekanan pada identitas serta perluasan metodologi.
5.    Dalam bukunya “Childhood and Society” (1963), Erikson mengurutkan 8 tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam perkembangan sosial.
6.    Lima tahapan yang pertama adalah:
1)    Rasa percaya vs tidak percaya (trust vs mistrust) (umur 0-18 bulan).
a.    Tahap ini berhubungan dengan perasaan nyaman kepercayaan dasar terhadap dunia ini.
b.    Sosok Ibu biasanya adalah orang penting dalam dunia sang bayi.
c.    Dia adalah orang yang harus memuaskan kebutuhan bayi tersebut akan makanan dan kasih sayang.
d.    Jika sosok Ibu tersebut tidak konsisten atau menolak, maka hal tersebut akan menjadi sumber kekecewaan bagi bayi.
2)    Otonom vs keraguan (autonomy vs doubt) (usia 18 bulan - 3 tahun).
a.    Anak-anak dalam usia ini tidak lagi ingin bergantung seluruhnya pada orang lain.
b.    Anak-anak akan berusaha meraih otonomi atas perilakunya.
c.    Orang tua harus fleksibel dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengerjakan sendiri segala sesuatu, juga senantiasa hadir untuk menuntun mereka dalam membentuk rasa otonom.
d.    Orang tua yang terlalu ketat dan membatasi ruang gerak anak, akan mengakibatkan munculnya rasa ketidakberdayaan dan ketidakmampuan, yang selanjutnya akan melahirkan rasa malu dan keraguan akan kemampuan dalam diri anak.
3)    Rasa inisiatif vs rasa bersalah (Initiatif vs guilt) (usia 3-6 tahun).
a.    Anak pada usia ini memiliki rasa inisiatif yang makin besar yang dapat didorong oleh orang tua maupun orang dewasa lain yang berada dalam lingkungan sehari-hari anak.
b.    Mereka mulai belajar bertanggung jawab atas diri mereka sendiri.
c.    Pengembangan rasa tanggung jawab ini akan menumbuhkan inisiatif, yang memungkinkan mereka untuk berlari, melompat, bermain, melempar dan sebagainya.
d.    Jika anak tidak diberi kepercayaan atau bahkan diberikan hukuman atas upaya atau inisiatif yang dilakukannya, maka hal tersebut akan dapat menimbulkan rasa bersalah.
4)    Membuat vs minder (industry vs inferiority) (usia 6-12 tahun).
a.    Pada tahap ini, anak-anak mulai ingin membuat sesuatu.
b.    Keberhasilan seorang anak dalam membuat sesuatu yang sesuai dengan standar yang diinginkan akan menumbuhkan rasa puas dan bangga.
c.    Kegagalan atau ketidakmampuan dalam mengikuti suatu standar akan menciptakan citra diri yang negatif dan perasaan minder.
5)    Indentitas vs peranan (indentity vs role confusion) (usia 12-18 tahun).
a.    Seseorang mulai dihadapkan pada kondisi pencarian identitas diri dalam kehidupannya.
b.    Pertanyaan “siapa saya” menjadi penting selama masa remaja.
c.    Pada tahap ini pengaruh lingkungan sekolah semakin besar bagi perkembangan sosial siswa.
d.    Dalam hal ini, kondusif-tidaknya lingkungan yang dihadapi anak di sekolah akan membantu siswa dalam perkembangan sosialnya ke arah positif.
e.    Kondusif atau tidaknya lingkungan sekolah tersimpul dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru, dan kualitas atau kepakaran guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang sedang berada pada masa remaja.
7.    Teori Erikson menekankan peran lingkungan dalam menyebabkan krisis maupun dalam menentukan cara mengatasi krisis psikososial tersebut (Slavin, 2006: 51).
1)    Jika lingkungan sosial siswa memberikan respon positif terhadap perilaku seseorang, maka krisis psikososial dapat teratasi dengan baik sehingga perkembangan sosialnya akan bergerak ke arah positif.
2)    Sebaliknya, jika lingkungan sosial seseorang memberikan respon negatif, maka seseorang tidak mampu mengatasi krisis psikolsosial yang dihadapinya, sehingga perkembangan sosialnya akan bergerak ke arah negatif.
8.    Pada usia 6 – 18 tahun perkembangan sosial siswa sangat banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekolah.
9.    Selanjutnya menurut teori perkembangan sosial yang dikemukakan Erikson (1963), siswa usia SMP berada pada tahap perkembangan identity vs role confusion.
1)    Pada tahap ini siswa berada pada tahapan mencari identitas dirinya, mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat tapi belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran-peran yang berbeda.
2)    Guru dapat menerapkan teori perkembangan sosial ini dengan cara memberikan contoh atau tauladan yang baik bagi siswanya.
3)    Disaat siswa mencari identitas dirinya, ia dapat meniru sosok gurunya.Selain itu secara sosial mereka belum bisa menempatkan atau menerapkan ilmu yang didapat secara tepat sesuai kadar dan peranannya.
4)    Jadi, guru perlu menjelaskan ilmu/materi bukan hanya sekedar teorinya, tetapiharus menyangkut pengaplikasian ilmu yang tepat, khususnya dalam mata pelajaran matematika.

10. Untuk dapat membantu perkembangan sosial siswa SMP secara maksimal, seorang guru matematika dapat menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat demokratis dengan menerapkan model bimbingan bagi siswa, baik secara individu maupun kelompok.
1)    Misalnya: melalui kegiatan pembelajaran pada materi geometri, siswa diberikan arahan dan bimbingan untuk menyadari kehadiran matematika dalam kehidupan sehari-hari.
2)    Guru dapat menggunakan contoh benda-benda geometris yang konkretdan berada disekitar siswa seperti: permukaan meja, papan tulis, jendela, alamari, bola volly, dan sebagainya.
3)    Melalui aktivitas pembelajaran tersebut, siswa membangun pengetahuan dengan senantiasa menyadari akan pentingnya materi bagi kehidupannya.
4)    Melalui kegiatan diskusi dalam kelompok, siswa juga diarahkan untuk bertukar pikiran dan mengemukakan pendapatnya. Melalui kegiatan ini, siswa diberikan bimbingan dan arahan untuk senantiasa bertanggung jawab atas pendapatnya serta saling menghargai perbedaan pendapat satu sama lain.
5)    Jika pembelajaran hanya difokuskan pada penguasan teori, maka akan timbul kebingungan dalam diri siswa akan posisi dan peran dirinya dalam mempelajari materi tersebut.

( Yusron Hadi, sumber Modul Matematika SMP 2016)

Related Posts:

  • 641.SALAMANSALAMAN SETELAH SALAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ber… Read More
  • 641. SALAMANSALAMAN SETELAH SALAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ber… Read More
  • 640. QABLISALAT QABLIAH JUMAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat… Read More
  • 641. SALAMANSALAMAN SETELAH SALAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ber… Read More
  • 640. QABLISALAT QABLIAH JUMAT Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat… Read More

0 comments:

Post a Comment