PERKEMBANGAN
SOSIAL MURID SMP
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Perkembangan
Sosial Siswa SMP
1. Perkembangan
sosial seseorang berlangsung sejak masa bayi baru lahir hingga akhir hayatnya.
2. Menurut
Bruno (1987) perkembangan sosial adalah proses pembentukan konsep diri
seseorang dalam bermasyarakat, baik dalam kehidupan lingkungan keluarga, budaya,
bangsa maupun dalam lingkungan yang lebih luas lagi.
3. Salah
satu tokoh yang menjadi rujukan dalam pembahasan mengenai perkembangan sosial
adalah Erik Erikson.
4. Erikson
memperluas teori psikodinamika dan psikoanalisis milik Freud dengan menambahkan
dasar teorinya mengenai tahap perkembangan sosial, penekanan pada identitas
serta perluasan metodologi.
5. Dalam
bukunya “Childhood and Society” (1963), Erikson mengurutkan 8 tahap secara
terpisah mengenai perkembangan ego dalam perkembangan sosial.
6. Lima
tahapan yang pertama adalah:
1) Rasa
percaya vs tidak percaya (trust vs mistrust) (umur 0-18 bulan).
a. Tahap
ini berhubungan dengan perasaan nyaman kepercayaan dasar terhadap dunia ini.
b. Sosok
Ibu biasanya adalah orang penting dalam dunia sang bayi.
c. Dia
adalah orang yang harus memuaskan kebutuhan bayi tersebut akan makanan dan
kasih sayang.
d. Jika sosok
Ibu tersebut tidak konsisten atau menolak, maka hal tersebut akan menjadi
sumber kekecewaan bagi bayi.
2) Otonom
vs keraguan (autonomy vs doubt) (usia 18 bulan - 3 tahun).
a. Anak-anak
dalam usia ini tidak lagi ingin bergantung seluruhnya pada orang lain.
b. Anak-anak
akan berusaha meraih otonomi atas perilakunya.
c. Orang
tua harus fleksibel dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengerjakan
sendiri segala sesuatu, juga senantiasa hadir untuk menuntun mereka dalam
membentuk rasa otonom.
d. Orang
tua yang terlalu ketat dan membatasi ruang gerak anak, akan mengakibatkan
munculnya rasa ketidakberdayaan dan ketidakmampuan, yang selanjutnya akan
melahirkan rasa malu dan keraguan akan kemampuan dalam diri anak.
3) Rasa
inisiatif vs rasa bersalah (Initiatif vs guilt) (usia 3-6 tahun).
a. Anak
pada usia ini memiliki rasa inisiatif yang makin besar yang dapat didorong oleh
orang tua maupun orang dewasa lain yang berada dalam lingkungan sehari-hari
anak.
b. Mereka
mulai belajar bertanggung jawab atas diri mereka sendiri.
c. Pengembangan
rasa tanggung jawab ini akan menumbuhkan inisiatif, yang memungkinkan mereka
untuk berlari, melompat, bermain, melempar dan sebagainya.
d. Jika anak
tidak diberi kepercayaan atau bahkan diberikan hukuman atas upaya atau
inisiatif yang dilakukannya, maka hal tersebut akan dapat menimbulkan rasa
bersalah.
4) Membuat
vs minder (industry vs inferiority) (usia 6-12 tahun).
a. Pada
tahap ini, anak-anak mulai ingin membuat sesuatu.
b. Keberhasilan
seorang anak dalam membuat sesuatu yang sesuai dengan standar yang diinginkan
akan menumbuhkan rasa puas dan bangga.
c. Kegagalan
atau ketidakmampuan dalam mengikuti suatu standar akan menciptakan citra diri
yang negatif dan perasaan minder.
5) Indentitas
vs peranan (indentity vs role confusion) (usia 12-18 tahun).
a. Seseorang
mulai dihadapkan pada kondisi pencarian identitas diri dalam kehidupannya.
b. Pertanyaan
“siapa saya” menjadi penting selama masa remaja.
c. Pada
tahap ini pengaruh lingkungan sekolah semakin besar bagi perkembangan sosial
siswa.
d. Dalam
hal ini, kondusif-tidaknya lingkungan yang dihadapi anak di sekolah akan
membantu siswa dalam perkembangan sosialnya ke arah positif.
e. Kondusif
atau tidaknya lingkungan sekolah tersimpul dalam interaksi antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru, dan kualitas atau
kepakaran guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi
model bagi siswa yang sedang berada pada masa remaja.
7. Teori
Erikson menekankan peran lingkungan dalam menyebabkan krisis maupun dalam
menentukan cara mengatasi krisis psikososial tersebut (Slavin, 2006: 51).
1) Jika
lingkungan sosial siswa memberikan respon positif terhadap perilaku seseorang,
maka krisis psikososial dapat teratasi dengan baik sehingga perkembangan
sosialnya akan bergerak ke arah positif.
2) Sebaliknya,
jika lingkungan sosial seseorang memberikan respon negatif, maka seseorang
tidak mampu mengatasi krisis psikolsosial yang dihadapinya, sehingga
perkembangan sosialnya akan bergerak ke arah negatif.
8. Pada
usia 6 – 18 tahun perkembangan sosial siswa sangat banyak dipengaruhi oleh
lingkungan sekolah.
9. Selanjutnya
menurut teori perkembangan sosial yang dikemukakan Erikson (1963), siswa usia
SMP berada pada tahap perkembangan identity vs role confusion.
1) Pada
tahap ini siswa berada pada tahapan mencari identitas dirinya, mulai ingin
tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat tapi belum bisa mengatur dan
memisahkan tugas dalam peran-peran yang berbeda.
2) Guru
dapat menerapkan teori perkembangan sosial ini dengan cara memberikan contoh
atau tauladan yang baik bagi siswanya.
3) Disaat
siswa mencari identitas dirinya, ia dapat meniru sosok gurunya.Selain itu secara
sosial mereka belum bisa menempatkan atau menerapkan ilmu yang didapat secara
tepat sesuai kadar dan peranannya.
4) Jadi,
guru perlu menjelaskan ilmu/materi bukan hanya sekedar teorinya, tetapiharus
menyangkut pengaplikasian ilmu yang tepat, khususnya dalam mata pelajaran
matematika.
10. Untuk
dapat membantu perkembangan sosial siswa SMP secara maksimal, seorang guru
matematika dapat menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat demokratis
dengan menerapkan model bimbingan bagi siswa, baik secara individu maupun
kelompok.
1) Misalnya:
melalui kegiatan pembelajaran pada materi geometri, siswa diberikan arahan dan
bimbingan untuk menyadari kehadiran matematika dalam kehidupan sehari-hari.
2) Guru
dapat menggunakan contoh benda-benda geometris yang konkretdan berada disekitar
siswa seperti: permukaan meja, papan tulis, jendela, alamari, bola volly, dan
sebagainya.
3) Melalui
aktivitas pembelajaran tersebut, siswa membangun pengetahuan dengan senantiasa
menyadari akan pentingnya materi bagi kehidupannya.
4) Melalui
kegiatan diskusi dalam kelompok, siswa juga diarahkan untuk bertukar pikiran
dan mengemukakan pendapatnya. Melalui kegiatan ini, siswa diberikan bimbingan
dan arahan untuk senantiasa bertanggung jawab atas pendapatnya serta saling
menghargai perbedaan pendapat satu sama lain.
5) Jika pembelajaran
hanya difokuskan pada penguasan teori, maka akan timbul kebingungan dalam diri
siswa akan posisi dan peran dirinya dalam mempelajari materi tersebut.
( Yusron Hadi, sumber Modul
Matematika SMP 2016)
0 comments:
Post a Comment