PROFESOR
HABIBIE: JIKA SEMPAT
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Ungkapan
hati BJ Habibie soal akhirat yang bikin merinding, 8 Jan 2019
2. NONSTOPNEWS.ID
- Pidato BJ Habibie viral.
3. Mantan
Presiden RI ini menuliskan tentang kisah hidupnya.
4. SAAT
KEMATIAN ITU KIAN DEKAT.
5. KALAULAH
SEMPAT?
6. Renungan
utk kita semua !!!!
7. BJ
Habibie ketika berpidato di Kairo, beliau berpesan "Saya diberikan
kenikmatan oleh Allah ilmu teknology sehingga saya bisa membuat pesawat
terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih bermanfaat untuk
umat. Kalo saya disuruh memilih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu
Agama."
8. Sepi
penghuni...
9. Istri
sudah meninggal...
10. Tangan
menggigil karena lemah...
11. Penyakit
menggerogoti sejak lama...
12. Duduk
tak enak, berjalan pun tak nyaman...
13. Untunglah
seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu...
14. Tiga
anak, semuanya sukses... berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri...
15. Ada
yang sekarang berkarir di luar negeri...
16. Ada
yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi...
17. Dan
ada pula yang jadi pengusaha ...
18. Soal
ekonomi, saya angkat dua jempol, semuanya kaya raya...
19. Namun....
20. Saat
tua seperti ini dia "merasa hampa", ada "pilu mendesak" di sudut
hatinya..
21. Tidur
tak nyaman...
22. Dia
berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa & enegik yg
penuh kenangan
23. Di
rumah yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak, cucu, hanya detak jam
dinding yang berbunyi teratur...
24. Punggungnya
terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya....
25. Dari
sudut mata ada air yang menetes, rindu dikunjungi anak-anak nya
26. Tapi
semua anak nya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain...
27. Ingin
pergi ke tempat ibadah, namun badan tak mampu berjalan....
28. Sudah
terlanjur melemah...
29. Begitu
lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang
menyeruak...sepanjang waktu ....
30. Laki-laki
renta itu, barangkali adalah saya...
31. Atau
barangkali adalah Anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti_
32. Hanya
menunggu sesuatu yg tak pasti...
33. yang
pasti hanyalah KEMATIAN.
34. Rumah
besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya...
35. Anak
sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber AC...
36. Cucu-cucu
yang hanya seperti orang asing bila datang...
37. Aset-aset
produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa?
38. Kira-kira
jika malaikat "datang menjemput", akan seperti apakah kematiannya
nanti.
39. Siapa
yang akan memandikan?
40. Di mana
akan dikuburkan ?
41. Sempatkah
anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya datang mengurus jenazah dan
menguburkan?
42. Apa
amal yang akan dibawa ke akhirat nanti?
43. Rumah
akan di tinggal, aset juga akan di tinggal pula...
44. Anak-anak
entah apakah akan ingat berdoa untuk kita atau tidak ?
45. Sedangkan
ibadah mereka sendiri saja belum tentu dikerjakan ?
46. Apa
lagi jika anak tak sempat dididik sesuai tuntunan agama?
47. Ilmu
agama hanya sebagai sisipan saja..._
48. "Kalau
sempat" menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah, rumah yatim, panti
asuhan atau ke tempat-tempat di jalan Allah yang lainnya...
49. "Kalau
sempat" dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang
selalu datang......
50. Kalau sempat
memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar dipakai oleh orang
yang memerlukan.....
51. "Kalau
sempat" membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat, dan handai
taulan...
52. Kalau kita
tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akan menjadi "amal
penolong" ...
53. Kalaulah
dahulu anak disiapkan menjadi orang yang
saleh, dan ilmu agamanya lebih diutamakan
54. Ibadah
sedekahnya di bimbing/diajarkan & diperhatikan, maka mungkin senantiasa
akan 'terbangun malam', 'meneteskan air mata' mendoakan orang tuanya.
55. Kalaulah
sempat membagi ilmu dengan ikhlas pada orang, sehingga bermanfaat bagi
sesama...
56. "KALAULAH
SEMPAT"
57. Mengapa
kalau sempat?
58. Mengapa
itu semua tidak jadi perhatian utama kita ?
59. Sungguh
kita tidak adil pada diri sendiri.
60. Kenapa
kita tidak lebih serius?
61. Menyiapkan
'bekal' untuk menghadap-Nya dan 'mempertanggung jawabkan kepada-Nya?
62. Jangan
terbuai dengan 'kehidupan dunia' yang
bisa melalaikan.....
63. Kita
boleh saja giat berusaha di dunia....
64. tapi
jadikan itu untuk bekal kita pada perjalanan panjang & kekal di akhir hidup
kita.
65. Jika
saya ditanya,”Habibie itu siapa, insinyur, muslim, atau Indonesia?”
66. Maka saya
jawab,”Habibie seorang muslim.”
67. Mengapa?
68. Jika saya
mati, maka saya tidak lagi berwarga negara.
69. Jika saya
sampai ke akhirat yang ditanyakan bukan kewarganegaraan saya atau kedudukan
saya.
70. Sehingga
saya jawab saya seorang muslim.
71. Ini bukan
emosional, tetapi sangat rasional.
72. Saya yakin
pada hari akhir kelak, saya tidak ditanya tentang paspor saya.
73. Jadi,
jika saya demikian, apakah Habibie tidak nasionalis? No…!
(Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie)
Sumber: internet.
0 comments:
Post a Comment