Tuesday, May 16, 2017

71. NABI MENYATUKAN ANSAR DAN MUHAJIRIN

NABI MUHAMMAD MENYATUKAN KAUM ANSAR DAN MUHAJIRIN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


      Kaum Muhajirin merupakan para pendatang. Mereka hijrah dari Mekah ke Madinah. Meninggalkan rumah, harta kekayaan, dan keluarga mereka. Kaum Ansar merupakan penduduk asli Madinah. Terdiri atas dua kabilah. Yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj.     
      Nabi membangun Masjid Nabawi. Sebagai sarana menyatukan manusia. Nabi mengambil tindakan amat fenomenal. Mempersaudarakan orang Ansar dengan orang Muhajirin. Nabi menyatukan kaum Ansar dengan kaum Muhajirin. Sebanyak 45 orang Ansar disatukan dengan 45 orang Muhajirin. Bertempat di rumah Anas bin Malik.
     Nabi menyatukan mereka. Agar saling tolong-menolong. Saling mewarisi, jika ada yang meninggal dunia. Perjanjian ini berlaku sampai peristiwa Perang Badar.
     Alquran surah Alanfal surah ke-8 ayat 75. Alanfal bermakna “rampasan perang”.      Setelah turun ayat ini, maka hak saling mewarisi menjadi gugur. Tetapi, ikatan persaudaraan tetap berlaku.
      “Dan orang-orang beriman sesudah itu. Kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu. Maka orang-orang itu termasuk golonganmu. Orang-orang yang mempunyai hubungan itu, sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada kerabatnya) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
       Tujuan menyatukan umat Islam. Menghilangkan fanatisme jahiliah. Fanatisme jahiliah merupakan kepercayaan dan keyakinan yang terlalu kuat terhadap ajaran nenek moyang yang salah.
      Nabi menghapus perbedaan latar belakang. Menghilangkan perbedaan asal-usul. Perbedaan suku, warna kulit, dan asal daerah. Agar tak ada pihak yang merasa lebih unggul. Dibandingkan pihak lainnya. Yang dibela hanya satu, yaitu Islam. Yang diharapkan cuma kepatuhan dan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
      Saad bin Rabi, orang Ansar, berkata kepada Abdurrahman bin Auf, orang Muhajirin, ”Aku orang Ansar paling kaya di Madinah. Hartaku akan kubagi dua. Aku memiliki dua istri. Pilihlah salah satu. Agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya habis, menikahlah dengan dia.”
      Abdurrahman bin Aus menjawab,”Semoga Allah memberkatimu, keluargamu, dan hartamu. Tunjukkan saja, di mana tempat pasarnya?” 
      Mereka menunjukkan pasar kaum Yahudi, Bani Qainuqa. Beberapa hari kemudian. Nabi bertanya kepada Abdurahman bin Auf, ”Bagaimana keadaanmu?” “Saya sudah menikah,” jawab Abdurahman. Nabi berkata,”Berapa mas kawinnya?” “Beberapa keping emas,”jawab Abdurahman.
      Orang-orang Ansar berkata,”Wahai Nabi. Bagilah kebun kurma kami. Untuk diberikan kepada saudara kami.” “Kami mendengarkan dan kami taat,” kata mereka. Nabi menjawab,”Tidak perlu, cukuplah kalian memberikan bahan makanan pokok saja. Kami bisa bergabung dalam memanen buahnya.” Sungguh, ikatan persaudaraaan mereka luar biasa.
      Dorongan melayani orang lain sangat besar. Mereka lebih mendahulukan kepentingan saudaranya dibandingkan dirinya sendiri. Persaudaraan kaum Ansar dan kaum Muhajirin sungguh hebat. Sulit dicarikan bandingannya. Sampai sekarang.  
       Kaum Ansar bersedia memberikan semuanya kepada kaum Muhajirin. Kaum Muhajirin  menerimanya. Menganggap sebagai kehormatan luar biasa. Tetapi, mereka menerima bahan makanan pokok saja. Mereka saling menghormati dan menyayangi.
      Allah pencipta langit, bumi, dan segala isinya. Memuji hubungan persaudaraan kaum Ansar dan Muhajirin.
      Alquran surah Alhasyr. Surah ke-59 ayat 9. “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin). Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).”
      Nabi Muhammad terus memupuk persaudaraan sesama muslim.  Agar tercipta masyarakat Islam yang kuat luar biasa.   Nabi selalu memompakan semangat dan  motivasi membentuk persatuan dan kesatuan yang tangguh.   
      Alquran surah Alhujurat. Surah ke 49 ayat 10. ”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Oleh karena itu, damaikan antara kedua saudaramu yang berselisih. Bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapatkan rahmat “:
      Alquran surah Alhujurat. Surah ke 49 ayat 11. ”Hai orang-orang yang beriman. Janganlah suatu kelompok menghina kelompok yang lain. Bisa jadi mereka yang dihina lebih baik daripada yang menghina. Jangan pula para wanita menghina wanita yang lain. Bisa jadi wanita yang dihina itu lebih baik daripada  wanita yang menghina. Jangan kamu mencela dirimu sendiri. Jangan kamu saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah beriman. Barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
      Alquran surah Alhujurat. Surah ke 49 ayat 13.  “Hai manusia. Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
      Nabi bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya sesama muslim lebih dari 3 hari. Ketika mereka berjumpa, yang satu memalingkan muka dan yang lain juga  berpaling. Yang terbaik adalah orang yang memulai mengucapkan salam lebih dulu.”
      Rasul bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada 6 perkara: (1) jika bertemu, ucapkan salam; (2) jika mengundang, penuhilah;(3) jika meminta nasihat, berilah nasihat; (4) jika bersin, ucapkan hamdalah dan doakan; (5) jika sakit, jenguklah; dan (6) jika meninggal, antarkan jenazahnya.”
      Nabi bersabda, “Muslim itu saudara bagi muslim yang lain. Ia tidak saling menzalimi dan saling membiarkan. Siapa yang menghilangkan suatu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya di hari kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah pasti akan menutupi aibnya pada hari kiamat nanti.”
      Nabi bersabda. “Seorang muslim itu saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan menzalimi dan meremehkannya dan jangan pula menyakitinya."
      Butir-butir isi perjanjian persaudaraan orang Islam. Semua umat Islam adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Kaum Muhajirin dari Mekah memiliki adat kebiasaan sendiri. Semua masalah harus diselesaikan dengan adil dan baik.
      Kaum Ansar mempunyai adat kebiasaan sendiri. Segala persoalan harus dibereskan dengan baik dan adil. Semua orang Islam harus melawan orang yang berbuat zalim. Setiap orang Islam wajib membantu saudaranya sesama Islam.
      Apabila ada kezaliman, maka semua orang Islam wajib menegur dan membetulkannya. Semua orang Islam dilarang membantu orang non-Islam yang berbuat jahat. Jika terdapat perselisihan segera dilaporkan kepada Nabi.
     Abdullah bin Salam, berasal dari kaum Yahudi, Madinah berkata,” Ketika Nabi tiba di Madinah. Saya mendatanginya. Saya melihat wajah Nabi dengan jelas. Wajah Nabi bukan wajah pendusta. Nabi bersabda,” Wahai manusia.  Sebarkan keselamatan, sambunglah silaturahmi, berikan makanan, kerjakan salat malam ketika orang sedang tidur. Niscaya kalian akan masuk surga.” 
     Nabi Muhammad memiliki sifat lahir dan batin yang sempurna. Berperilaku yang penuh keutamaan akhlak. Sikap dan perlaku yang bagus. Semua orang pasti tertarik kepada setiap ucapan Nabi. Setiap perkataan Nabi pasti dilaksanakan para sahabat. Semua para sahabat berebut mengerjakan semua bimbingan dan penjelasan Nabi. Sungguh sungguh menakjubkan.
      Nabi berhasil membangun masyarakat baru. Masyarakat Madinah yang amat mengagumkan dalam sejarah. Nabi sukses menyelesaikan semua masalah kehidupan. Tercapai kondisi spiritual yang luar biasa. Siap menghadapi segala masalah segala zaman.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.

0 comments:

Post a Comment