Monday, May 22, 2017

77. PASUKAN GAJAH

PASUKAN GAJAH ABRAHAH,
GAGAL MENYERANG KAKBAH
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Abrahah, seorang Gubernur Najashi di Yaman. Wakil Raja Najashi di Habasyah, sekarang Etiopia di benua Afrika. Abrahah membangun gereja raksasa. Sebuah bangunan gereja terbesar di bumi. Yang belum pernah dibangun sebelumnya. Gubernur Abrahah berkirim surat kepada Raja Najashi. Menceritakan ambisi besarnya.
    Gubernur Abrarah “bermimpi besar”. Semua bangsa Arab datang. Mengunjungi gereja mereka. Untuk melaksanakan “ibadah haji”. Ingin “menandingi” Kakbah di Mekah.
     Bangsa Arab mengetahui pembangunan gereja besar. Kinani, seorang badui suku Bani Fukaim “cemburu”. Dia mendatangi gereja raksasa. Melaburi gereja dengan kotoran manusia. Gubernur Abrahah murka. 
    Gubernur Abrahah menyiapkan pasukan. Abrahah menunggang gajah putih besar. Diikuti 13 gajah lainnya. Membawa 60.000 pasukan perang. Bersenjata lengkap. Berangkat dari Yaman, menuju Mekah. Bertujuan menghancurkan Kakbah.
     Bangsa Arab ketakutan. Dzu Nafar, seorang raja “pribumi” Yaman. Mecoba melawan pasukan Abrahah. Pasukan Dzu Nafar kalah. Dia menjadi tawanan perang.  Beberapa suku mencoba melawan Abrahah. Tetapi, kalah dan menjadi tawanan.
     Pasukan Abrahah berhenti di luar Mekah. Mengirimkan pasukan berkuda masuk Mekah. Merampas harta kekayaan penduduk Mekah. Termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muththalib, kepala suku Quraisy.
      Abrahah mengirim utusan. Menemui pemimpin Mekah. Pasukan Abarah tidak ingin berperang. Hanya bertujuan menghancurkan Kakbah. Abdul Muththalib menghadap Gubernur Abrahah.
      Abdul Muththalib, kepala suku Quraisy.  Seorang yang tampan, dan berwibawa. Raja Abrahah menyambutnya. Raja Abrahah turun dari tahtanya. Duduk di permadani mendekati Abdul Muththalib.
     Raja Abrahah berdialog lewat penerjemah. Abdul Muththalib berkata, “Kami hanya ingin harta yang dirampas dikembalikan. Termasuk 200 ekor unta milik saya,”  Abrahah kecewa, “Pertama aku melihatmu, aku kagum kepadamu.  Namun, sekarang memudar. Kamu hanya mengharapkan 200 ekor unta dikembalikan!”
     Raja Abrahah melanjutkan, “Kamu membiarkan Kakbah, yang merupakan simbol agamamu saya hancurkan?” Abdul Muththalib menjawab, “Saya pemilik unta. Sedangkan Kakbah ada pemiliknya yang akan melindungi.”  Abrahah berkata, “ Tak mungkin bisa berlindung dari serangan pasukanku.”
     Abdul Muththalib kembali ke Mekah. Semua harta kekayaan yang dirampas dikembalikan. Termasuk 200 ekor unta. Semua penduduk keluar rumah. Bersembunyi di atas gunung. Daerah Kakbah dan sekitarnya kosong.
     Pasukan Abrahah bersiap menghancurkan Kakbah. “Mahmud’, nama gajah putih besar. Yang ditunggangi Abrahah. Tidak mau berdiri. Gajah “Mahmud” tetap “menderum”. Gajah berlutut dengan kedua kaki depan, atau keempat kakinya.
    Gajah dipukul kepalanya dengan besi. Tetap tak mau berdiri. Perutnya dipukul dengan “mahjan”. Tetap tak bergeming. “Mahjan” berupa tongkat bengkok untuk menekan perut gajah.
      “Kepala suku” gajah diarahkan ke selatan. Balik ke arah Yaman. Gajah berdiri dan berlari. Gajah diarahkan ke Mekah. Dia menderum lagi.   Hal demikian, terjadi berkali-kali. Gajah “Mahmud” menolak berjalan ke arah Mekah.
    Muncul ribuan burung “walet” dan “jalak”. Membawa ribuan kerikil panas. Setiap burung membawa tiga butir kerikil. Seukuran kacang. Dua butir kerikil dijepit kaki, satu butir kerikil di “moncong” burung.
     Pasukan Abrahah kocar-kacir. Mereka berhamburan. Setiap orang yang terkena kerikil langsung tewas. Pasukan penyerbu “balik kucing” kembali ke Yaman.
     Gubernur Abrahah terkena kerikil. Dia dipandu pulang ke Yaman. Setiap bergerak, jari-jarinya berjatuhan. Abrahah mati, tubuhnya terbelah. Pasukan gajah Abrahah gagal menghancurkan Kakbah. Alhamdulillah
      Alquran surah Alfil. Yang berarti “gajah”. Surah ke-105 ayat 1-5. “Apakah kamu tidak memperhatikan? Bagaimana Tuhanmu bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) sia-sia? Dia mengirimkan burung yang berbondong-bondong. Melempari mereka dengan batu. Berasal dari tanah yang terbakar. Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.  
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.

0 comments:

Post a Comment