Thursday, June 25, 2020

4748. PEMIMPIN AUTENTIK, BUKAN KOSMETIK


PEMIMPIN AUTENTIK, BUKAN KOSMETIK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.    Autentik adalah asli, tulen, sah, dan dapat dipercaya.
2.    Kosmetik adalah hiasan saja.
3.    Din Syamsuddin: Kita Butuh Pemimpin Otentik, Bukan Kosmetik
4.    Prof Dr HM Din Syamsuddin MA menyampaikan dalam Kuliah Kebangsaan bertema Masa Depan Politik Umat Islam di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik, Ahad (10/3/19).
5.    Mengutip Imam Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Mawardi, Din mengatakan secara syariat, pemimpin ini yang akan menegakkan hukum dan syariat Islam di suatu masyarakat.
6.    Sedangkan wajib secara rasional (aqliyah) berarti keberadaan pemimpin di tengah masyarakat akan meniadakan tindakan-tindakan kedzaliman, perselisihan di antara masyarakat.
7.    “Maka diperlukan pemimpin yang akan mengatur kehidupan yang dapat mewadahi kehidupan berkemajemukan dan sosial kemasyarakatan,” ujarnya.
8.    Din menegaskan memilih pemimpin adalah masalah duniawi sekaligus ukhrawi yang akan dipertanggunjawabkan di hadapan Allah, bukan hanya main-main.
9.    Menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, kepemimpinan—termasuk kepemimpinan negara dan bangsa—adalah kelanjutan misi kenabian untuk menjaga agama sebagai salah satu maqashid asy-syariah (tujuan syariat Islam) dan baru mengatur kehidupan duniawi.
10. Ketua Umum Pimpinaan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 berpesan pada umat Islam khususnya warga Muhammadiyah dalam Pemilu 2019 memilih pemimpin yang tidak menyapihkan atau menanggalkan agama.
11. Karena politik tidak bisa dipisah dari agama.
12. Dua Pendekatan Pilih Pemimpin
13. Pada kegiatan yang diinisiasi oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gresik itu Din Syamsudin menyampaikan pendapatnya agar dalam menentukan pemimpin bangsa memakai perpaduan 2 pendekatan.
14. Ke-1: Pendekatan bersifat ruhiyah (spiritual) dengan memperhatikan hati.
1)    “Istafti qalbaka, minta fatwa pada qalbumu atau sanubarimu.
2)    Hati tidak pernah berbohong.
3)    Jika masih ragu-ragu lakukan istikharah.
4)    “Pilih pasangan Calon Presiden 01 atau 02.
15. Ke-2: Kombinasikan dengan pendekatan rasional (aqliyah).
1)    Dalam memilih pemimpin bangsa, masyarakat perlu memiliki literasi dan  kecerdasan politik.
2)    Agar umat Islam tidak terjebak oleh situasi politik seperti terpengaruh oleh opini, pencitraan calon, atau iklan-iklan di TV.
3)    Siapa yang terbaik dan lebih pantas.
4)    Yang baik dari yang tidak baik (buruk).
5)    Yang terbaik dari yang baik-baik.
6)    Sebaiknya jangan golput, karena itu tidak bertanggungjawab.

16. Umat Islam harus ikut ambil bagian dan berpikir secara rasional untuk memilih pemimpin yang sejati, yang memperhatikan, memedulikan dan membela kepentingan umat dan agama Islam.
17.  Tujuan sejati manusia berpolitik adalah li’izzi al-Islam wa al-muslimiin fii Indonesia dalam rangka kemajemukan bangsa ber-Bhinneka Tunggal Ika.
18. Agar menjadi warga Muhammadiyah yang terdidik sehingga memiliki pengetahuan dan kecerdasan tentang ilmu politik.
19. “Jangan sampai terpedaya money politic.
20. Kalau bisa laporkan untuk pembelajaran, karena Allah melaknat perilaku itu.
21. Indonesia merindukan pemimpin yang secara konteks kebangsaan dapat menegakkan kedaulatan negara.
22. “Bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran dari Presiden pertama RI Soekarno dalam pidato Trisakti tahun 1963 yang berbunyi negara yang berdaulat, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara sosial dan budaya.
23. Sehingga akan pemimpin terpilih otentik (sejati), bukan pemimpin kamuflase (kosmetik)—yang memimpin Indonesia mendatang.

(Sumber: internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment